Kerauhan di SMPN 3 Pupuan Berlanjut
Lokasi sekolah dikepung tempat mistis yakni di selatan setra, di timur Pura Dalem dan Pura Dayang, sementara di barat hutan lindung.
TABANAN, NusaBali
Delapan siswa SMPN 3 Pupuan, Tabanan kerauhan saat mengikuti pelajaran di kelas, Rabu (6/9). Kedelapan siswa yang kerauhan itu seluruhnya perempuan. Ini peristiwa keempat kalinya secara beruntun terjadi di SMP yang berlokasi di Banjar Delod Ceking, Desa Belatungan, Pupuan ini. Mencegah kerauhan lebih meluas, pihak sekolah terpaksa memulangkan siswa sebelum waktunya.
Kepala SMPN 3 Pupuan, I Ketut Gede Asta mengaku kebingungan dengan kasus kerauhan yang kembali terjadi di sekolahnya. Pihak sekolah bersama adat dan dinas telah berupaya menanggulangi kerauhan ini dengan menggelar pacaruan Panca Kelud Madurga pada Sukra Kliwon Watugunung, Jumat (18/8). Dua minggu setelah pacaruan, siswanya tidak ada lagi yang kerauhan. Namun kejadian ini kembali terulang pada Senin (4/9) dan Rabu (6/9). “Sebelum macaru, yang kerauhan mencapai belasan orang. Setelah pacaruan, hanya 3 sampai 6 orang kerauhan, orangnya itu-itu saja,” ungkap Gede Asta.
Dikatakan, menyadarkan yang kerauhan cukup lama. Sebab setelah sadar dipercikkan tirta, beberapa menitnya kembali kesurupan. Sehingga setiap ada yang kerauhan, seluruh siswa yang berjumlah 131 orang dipulangkan. “Mereka yang kerauhan teriak-teriak dengan keras,” terang Gede Asta. Menurutnya, areal SMPN 3 Pupuan seluas 86 are dikenal angker oleh masyarakat setempat. Bahkan saat proyek pembuatan sekolah, para kuli sering diganggu makhlus halus. Kepercayaan warga, lokasi sekolah dikelilingi tepat mistis. Di selatan sekolah ada setra, timur Pura Dalem dan Pura Dayang, dan di sebelah barat hutan lindung.
Gede Asta menuturkan, setiap pagi baik siswa dan guru mengawali dengan sembahyang sebelum proses belajar mengajar. Pihaknya juga terus koordinasi dengan manggala adat dan manggala dinas untuk membantu sekolah cegah terjadi keraihan. Bahkan Tagana Desa Belatungan standby di SMPN 3 Pupuani. “Para orangtua siswa yang rumahnya dekat sekolah juga terus ikut mengawasi. Mereka datang ke sekolah jika mendengar siswa kerauhan,” imbuh Gede Asta.
Gede Asta mengungkapkan, kasus kerauhan pertama kali terjadi pada Kamis (10/8). Saat itu 10 siswi kesurupan secara mendadak saat jam belajar. Keesokan harinya, Jumat (11/8), ada 11 siswi kerauhan lagi. Terpisah, Kapolsek Pupuan AKP Ida Bagus Ketut Mahendra membenarkan Rabu kemarin kembali terjadi kerauhan di SMPN 3 Pupuan. Pihak sekolah mendatangkan balian (orang pintar) untuk menetralisir kerauhan. “Bhabinkamtibmas turut membantu mengevakuasi siswa kerauhan,” ungkap AKP Mahendra. *d
Delapan siswa SMPN 3 Pupuan, Tabanan kerauhan saat mengikuti pelajaran di kelas, Rabu (6/9). Kedelapan siswa yang kerauhan itu seluruhnya perempuan. Ini peristiwa keempat kalinya secara beruntun terjadi di SMP yang berlokasi di Banjar Delod Ceking, Desa Belatungan, Pupuan ini. Mencegah kerauhan lebih meluas, pihak sekolah terpaksa memulangkan siswa sebelum waktunya.
Kepala SMPN 3 Pupuan, I Ketut Gede Asta mengaku kebingungan dengan kasus kerauhan yang kembali terjadi di sekolahnya. Pihak sekolah bersama adat dan dinas telah berupaya menanggulangi kerauhan ini dengan menggelar pacaruan Panca Kelud Madurga pada Sukra Kliwon Watugunung, Jumat (18/8). Dua minggu setelah pacaruan, siswanya tidak ada lagi yang kerauhan. Namun kejadian ini kembali terulang pada Senin (4/9) dan Rabu (6/9). “Sebelum macaru, yang kerauhan mencapai belasan orang. Setelah pacaruan, hanya 3 sampai 6 orang kerauhan, orangnya itu-itu saja,” ungkap Gede Asta.
Dikatakan, menyadarkan yang kerauhan cukup lama. Sebab setelah sadar dipercikkan tirta, beberapa menitnya kembali kesurupan. Sehingga setiap ada yang kerauhan, seluruh siswa yang berjumlah 131 orang dipulangkan. “Mereka yang kerauhan teriak-teriak dengan keras,” terang Gede Asta. Menurutnya, areal SMPN 3 Pupuan seluas 86 are dikenal angker oleh masyarakat setempat. Bahkan saat proyek pembuatan sekolah, para kuli sering diganggu makhlus halus. Kepercayaan warga, lokasi sekolah dikelilingi tepat mistis. Di selatan sekolah ada setra, timur Pura Dalem dan Pura Dayang, dan di sebelah barat hutan lindung.
Gede Asta menuturkan, setiap pagi baik siswa dan guru mengawali dengan sembahyang sebelum proses belajar mengajar. Pihaknya juga terus koordinasi dengan manggala adat dan manggala dinas untuk membantu sekolah cegah terjadi keraihan. Bahkan Tagana Desa Belatungan standby di SMPN 3 Pupuani. “Para orangtua siswa yang rumahnya dekat sekolah juga terus ikut mengawasi. Mereka datang ke sekolah jika mendengar siswa kerauhan,” imbuh Gede Asta.
Gede Asta mengungkapkan, kasus kerauhan pertama kali terjadi pada Kamis (10/8). Saat itu 10 siswi kesurupan secara mendadak saat jam belajar. Keesokan harinya, Jumat (11/8), ada 11 siswi kerauhan lagi. Terpisah, Kapolsek Pupuan AKP Ida Bagus Ketut Mahendra membenarkan Rabu kemarin kembali terjadi kerauhan di SMPN 3 Pupuan. Pihak sekolah mendatangkan balian (orang pintar) untuk menetralisir kerauhan. “Bhabinkamtibmas turut membantu mengevakuasi siswa kerauhan,” ungkap AKP Mahendra. *d
Komentar