Tumpek Wayang, Puri Gede Belayu di Desa Peken Belayu Marga, Tabanan Gelar Tradisi Metoya Dangdang
‘Tirta’ yang Ditunas Dipercaya Bisa Sembuhkan Penyakit Kulit
Sempat pelaksanaan tradisi ini tidak menggunakan dangdang warisan tersebut, hanya menggunakan unsur dedaunan saja, namun penyakit kulit tidak bisa sembuh
TABANAN, NusaBali
Bertepatan dengan rahina Tumpek Wayang pada Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (18/1) Puri Gede Belayu di Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan melaksanakan tradisi unik, yakni Tradisi Metoya Dangdang yang dipercaya menyembuhkan segala macam penyakit kulit. Dalam tradisi yang digelar secara turun temurun ini menggunakan dangdang/payuk atau priuk warisan yang terbuat dari tembaga. Dangdang ini dilubangi dengan jumlah tujuh lubang.
Saat pelaksanaan Metoya Dangdang di dalam dangdang itu dilengkapi sepit (alat penjepit terbuat dari bambu), batu bulitan, kukusan, dan sangket. Dalam tradisi ini, toya (air) yang ditunas tidak hanya oleh keluarga Puri Gede Belayu, namun masyarakat setempat juga ikut berbaur untuk memohon kesembuhan penyakit kulit yang dideritanya.
Panglingsir Puri Gede Belayu, I Gusti Ngurah Bagus Suryaningrat mengatakan tradisi yang dilaksanakan ini adalah warisan leluhur. Tradisi ini dahulu dilaksanakan ketika Raja Mengwi meninggalkan daerah kekuasaannya di Puri Belayu sekitar tahun 1738. Sehingga pada saat itu masyarakat pun kehilangan arah tidak ada pemerintahan yang membuat banyak terjadi hal negatif yang tak terduga salah satunya terserang penyakit kulit.
"Untuk diketahui dulu sebelum ke Belayu, Leluhur kami aslinya adalah Puri Marga, kemudian leluhur paling alit ditugaskan untuk menjaga di wilayah Belayu pasca Raja Mengwi meninggalkan Belayu," tutur Suryaningrat memulai cerita pada, Minggu (19/1). Setelah adanya wabah penyakit yang tidak bisa diobati secara medis, leluhur dari Puri Gede Belayu pun akhirnya mapakeling mohon petunjuk di Merajan Puri. Akhirnya ada sabda (petunjuk) untuk digelar tradisi tersebut. "Begitu tradisi dijalankan sesuai petunjuk, akhirnya masyarakat sembuh dari penyakit yang dideritanya saat itu," terangnya.
Dijelaskannya saat Tradisi Metoya Dangdang ini masyarakat nunas tirta atau malukat dari air dangdang warisan tersebut. Air yang ditunas adalah air panas yang sebelumnya direbus terlebih dahulu. Dan yang paling penting, air yang direbus itu dicampur dengan tujuh daun bergetah putih yang memilili khasiat sebagai pengobatan. Elemen tersebut tidak boleh dikurangi maupun ditambah. Misalnya sebut Suryaningrat adalah Daun Jeruju, Daun Jeruk Bali, Dauh Pandan Berduri hingga Daun Intaran. Setelah siap air yang sudah diberi campuran daun pengobatan dibawa ke Catus Pata Puri Gede Belayu. "Di sinilah prosesi dilaksanakan. Air yang berada di dalam ember ini dituangkan ke dangdang dari lubang, saat itulah masyarakat nunas tirta. Kemudian dedaunan tersebut ditigtig (dipukul) ke masyarakat yang nunas tirta. Harapannya segala penyakit ataupun aura negatif hilang atau dilebur," bebernya.
Dia menambahkan pelaksanaan tradisi tersebut dimulai tepat pada pukul 12.00 Wita. Sebelumnya dilaksanakan upacara mapakeling di merajan setempat dan di areal Catus Pata. Setelah seluruhnya siap barulah tradisi dijalankan. Sayangnya Suryaningrat tidak mengetahui secara jelas mengapa tradisi dijalankan saat rahina Tumpek Wayang. "Itu yang belum saya ketahui sampai saat ini. Apakah mungkin saat itu harinya digunakan untuk pembersihan sekala niskala atau seperti apa," tegasnya.
Hingga saat ini tradisi tersebut masih terus dilestarikan. Bahkan sempat pelaksanaan tradisi ini tidak menggunakan dangdang tersebut, hanya menggunakan unsur dedaunan saja. Namun ternyata penyakit kulit tidak bisa sembuh. "Akhirnya Dangdang itu kembali digunakan sampai sekarang," ungkapnya. Suryaningrat menambahkan tradisi ini tidak hanya diikuti oleh orang yang sakit saja, masyarakat yang tidak sakit boleh saja mengikuti. Sebab toya yang ditunas ini selain dipercaya menghilangkan segala macam penyakit kulit juga dipercaya mencegah adanya aura negatif. "Makanya banyak masyarakat nunas tirta, sebagian dibawa pulang untuk ditunas oleh keluarganya di rumah," imbuhnya. 7 des
1
Komentar