Dewan Pertanyakan Kepastian Bandara Buleleng
“Tahu-tahu sudah ada upacara pakelem. Siapa dan kapan akan dibangun belum tahu kita. Saya wakil rakyat dapil Buleleng yang tuan rumah tidak pernah dilibatkan” (Anggota Fraksi PDIP DPRD Bali, Dewa Made Mahayadnya)
DENPASAR, NusaBali
Meskipun sudah digelar upacara Nuasen dan Pakelem, namun Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) atau Bandara Buleleng di Kecamatan Kubutambahan hingga kini belum ada kepastian kapan akan dibangun. Wakil rakyat Bali pun tetap teriak. Mereka mendesak ada kepastian terhadap pembangunan bandara yang disebut-sebut akan menelan biaya sebesar Rp 50 triliun tersebut.
"Kapan mau dibangun. Harus secepatnya ada kepastian. Kita dan masyarakat Buleleng sangat menunggu kepastiannya. Bukan rencana saja. Stakeholder dan pihak terkait tolonglah supaya ada kepastian," desak anggota Komisi I DPRD Bali Ida Gede Komang Kresna Budi di Gedung Dewan, Niti Mandala, Denpasar, Senin (7/9) lalu.
Politisi Golkar asal Desa Liligundi, Kecamatan Buleleng ini menegaskan saat ini lokasi yang paling tepat membangun Bandara Buleleng adalah di Kecamatan Kubutambahan. “Kalau di Buleleng ya di Kubutambahan dan kami berharap segera direalisasikan oleh yang punya kewenangan dan pemangku kebijakan. Rakyat sudah menunggu," tegas Kresna Budi.
Menurutnya, pembangunan Bandara Buleleng adalah untuk memeratakan pembangunan dan mengentaskan kemiskinan. Ada jarak kesejahteraan masyarakat di Bali Utara dan Bali Selatan. Kalau Bandara Buleleng cepat terwujud maka pariwisata di Bali Utara berkembang. "Ini yang saya maksud membawa pemerataan pariwisata," imbuhnya.
Sementara wakil rakyat asal dapil Buleleng yang juga anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dewa Made Mahayadnya menyebut, kajian Bandara Buleleng belum pernah ada lagi disampaikan ke DPRD Bali sejauh mana perkembangannya. "Tahu-tahu sudah ada upacara pakelem. Siapa dan kapan akan dibangun belum tahu kita. Saya wakil rakyat dapil Buleleng yang tuan rumah tidak pernah dilibatkan. Ya kalau memang akan dibangun ada kepastianlah, " kata Dewa Mahayadnya.
Dewa Mahayadnya yang duduk di Komisi II membidangi pariwisata dan investasi ini mengaku pesimis Bandara Buleleng terwujud. Sebab dari beberapa kali investor yang datang ke Buleleng saat dirinya sebagai anggota DPRD Buleleng, terungkap investor susah mengembalikan modal untuk investasi bandara. "Kembali modalnya lama. Antara 15 tahun sampai 20 tahun. Investornya kan normalnya hitung 7 tahun kembali modal. Nah ini kendala kalau menunggu investor. Harus ada solusi lain. Sebab investor kalau nggak untung nggak mau, " ungkapnya.
Bandara Buleleng menurut Dewa Mahayadnya juga terkendala dengan target wisatawan ke Bali. Kalau mau Bandara Buleleng dan Bandara Ngurah Rai berjalan, harus ada 12 juta turis ke Bali setiap tahun. "Kalau tidak terpenuhi 12 juta turis berarti ada salah satunya bandara yang harus mengalah," imbuhnya.
Dewa Mahayadnya mengungkap saat dirinya menjabat Ketua Komisi C DPRD Buleleng membidangi investasi ada wacana kalau Bandara Buleleng dibangun dan beroperasi maka Bandara Buleleng menjadi bandara komersial. Sementara Bandara Ngurah Rai dijadilan bandara edukasi yang khusus untuk pendidikan seperti untuk melatih para pilot. "Nah sekarang mana mau dipilih. Kita sih harapannya ada kepastian,” tegasnya.
Sebelumnya Gubernur Made Mangku Pastika disela-sela pelantikan Bupati Buleleng di Gedung Wiswasabha Utama mengatakan, pembangunan di Bali harus mengedepankan Tri Hita Karana, memerhatikan aspek lingkungan dan budaya. Soal Bandara Buleleng, kata dia, lokasinya masih dikaji. Kapan dan siapa membangun menurut Pastika belum ada keputusan apapun. "Siapa yang akan membangun dan dimana dibangun semuanya masih dipelajari. Dilakukan kajian, " ujar Gubernur asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng ini.
Soal upacara pakelem yang sudah berjalan, mantan Kapolda Bali ini mengatakan tak masalah, karena siapapun boleh melaksanakan upacara. "Namanya upacara kan untuk keselamatan Bali. Memohon kesejahteraan. Kan nggak salah," ujarnya. *nat
"Kapan mau dibangun. Harus secepatnya ada kepastian. Kita dan masyarakat Buleleng sangat menunggu kepastiannya. Bukan rencana saja. Stakeholder dan pihak terkait tolonglah supaya ada kepastian," desak anggota Komisi I DPRD Bali Ida Gede Komang Kresna Budi di Gedung Dewan, Niti Mandala, Denpasar, Senin (7/9) lalu.
Politisi Golkar asal Desa Liligundi, Kecamatan Buleleng ini menegaskan saat ini lokasi yang paling tepat membangun Bandara Buleleng adalah di Kecamatan Kubutambahan. “Kalau di Buleleng ya di Kubutambahan dan kami berharap segera direalisasikan oleh yang punya kewenangan dan pemangku kebijakan. Rakyat sudah menunggu," tegas Kresna Budi.
Menurutnya, pembangunan Bandara Buleleng adalah untuk memeratakan pembangunan dan mengentaskan kemiskinan. Ada jarak kesejahteraan masyarakat di Bali Utara dan Bali Selatan. Kalau Bandara Buleleng cepat terwujud maka pariwisata di Bali Utara berkembang. "Ini yang saya maksud membawa pemerataan pariwisata," imbuhnya.
Sementara wakil rakyat asal dapil Buleleng yang juga anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dewa Made Mahayadnya menyebut, kajian Bandara Buleleng belum pernah ada lagi disampaikan ke DPRD Bali sejauh mana perkembangannya. "Tahu-tahu sudah ada upacara pakelem. Siapa dan kapan akan dibangun belum tahu kita. Saya wakil rakyat dapil Buleleng yang tuan rumah tidak pernah dilibatkan. Ya kalau memang akan dibangun ada kepastianlah, " kata Dewa Mahayadnya.
Dewa Mahayadnya yang duduk di Komisi II membidangi pariwisata dan investasi ini mengaku pesimis Bandara Buleleng terwujud. Sebab dari beberapa kali investor yang datang ke Buleleng saat dirinya sebagai anggota DPRD Buleleng, terungkap investor susah mengembalikan modal untuk investasi bandara. "Kembali modalnya lama. Antara 15 tahun sampai 20 tahun. Investornya kan normalnya hitung 7 tahun kembali modal. Nah ini kendala kalau menunggu investor. Harus ada solusi lain. Sebab investor kalau nggak untung nggak mau, " ungkapnya.
Bandara Buleleng menurut Dewa Mahayadnya juga terkendala dengan target wisatawan ke Bali. Kalau mau Bandara Buleleng dan Bandara Ngurah Rai berjalan, harus ada 12 juta turis ke Bali setiap tahun. "Kalau tidak terpenuhi 12 juta turis berarti ada salah satunya bandara yang harus mengalah," imbuhnya.
Dewa Mahayadnya mengungkap saat dirinya menjabat Ketua Komisi C DPRD Buleleng membidangi investasi ada wacana kalau Bandara Buleleng dibangun dan beroperasi maka Bandara Buleleng menjadi bandara komersial. Sementara Bandara Ngurah Rai dijadilan bandara edukasi yang khusus untuk pendidikan seperti untuk melatih para pilot. "Nah sekarang mana mau dipilih. Kita sih harapannya ada kepastian,” tegasnya.
Sebelumnya Gubernur Made Mangku Pastika disela-sela pelantikan Bupati Buleleng di Gedung Wiswasabha Utama mengatakan, pembangunan di Bali harus mengedepankan Tri Hita Karana, memerhatikan aspek lingkungan dan budaya. Soal Bandara Buleleng, kata dia, lokasinya masih dikaji. Kapan dan siapa membangun menurut Pastika belum ada keputusan apapun. "Siapa yang akan membangun dan dimana dibangun semuanya masih dipelajari. Dilakukan kajian, " ujar Gubernur asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng ini.
Soal upacara pakelem yang sudah berjalan, mantan Kapolda Bali ini mengatakan tak masalah, karena siapapun boleh melaksanakan upacara. "Namanya upacara kan untuk keselamatan Bali. Memohon kesejahteraan. Kan nggak salah," ujarnya. *nat
Komentar