Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Seng Hong Bio di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan/Kabupaten Buleleng
Sering Dikunjungi untuk Memohon Pengobatan hingga Ramalan Nasib
TITD Seng Hong Bio di Kelurahan Kampung Baru, Buleleng ini sudah berumur seratusan tahun, patung dewa utama yang distanakan adalah Seng Hong Ya
SINGARAJA, NusaBali
Umat Tri Dharma mulai sibuk mempersiapkan Hari Raya Imlek 2576 yang jatuh pada pergantian tanggal 28-29 Januari mendatang. Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) mulai dibersihkan dan bersolek, tidak terkecuali TITD Seng Hong Bio yang berlokasi di pinggir pantai Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Menstanakan Seng Hong Ya, dewa penjaga kota dan kesehatan, tempat ibadah ini serang didatangi umat untuk berobat.
TITD ini pun tidak jauh dari TITD Ling Gwan Kiong yang ada di kawasan Pelabuhan Tua, Buleleng. Jaraknya hanya sekitar 700 meter ke arah timur. Sejumlah umat dan pengurus terlihat sedang membongkar altar. Sejumlah patung dewa dewi diturunkan. Seluruh sudut ruangan dibersihkan. Patung dewa-dewi pun dibersihkan dan dicuci dengan air bunga. Lalu dihias dengan jubah dan mahkota baru yang telah disiapkan.
Patung Dewa Seng Hong Ya yang merupakan dewa utama yang distanakan di TITD Seng Hong Bio. –LILIK
Pada, Kamis (23/1) merupakan hari bersih-bersih tempat ibadah, menjelang Imlek. Bersih-bersih ini dilakukan setelah sembahyang dewa naik pada Rabu (22/1) tengah malam. Saat itu, dewa-dewi dipercaya naik ke kahyangan menghadiri rapat untuk menyampaikan laporan peristiwa di bumi selama setahun. Pada masa ini, umat memiliki kesempatan untuk membersihkan stana dewa-dewi ini, sekaligus persiapan menyambut tahun baru Imlek.
Wakil Ketua Adat TITD Seng Hong Bio Bambang Setiawan ditemui di sela-sela bersih-bersih patung dewa dewi mengatakan, TITD Seng Hong Bio ini sudah berumur seratusan tahun. Patung dewa utama yang distanakan adalah Seng Hong Ya. Awalnya Kimsin (arca dewa) adalah milik personal. Menurut cerita para tetua, Kimsin Seng Hong Ya dibawa oleh dua orang warga Tiongkok yakni Lie Chang dan Lie Ho. Keduanya kabur dari Tiongkok saat terjadi keributan dan membawa Kimsin Seng Hong Ya sekitar tahun 1899-1901 Masehi.
Pembersihan patung dewa dewi di TITD Seng Hong Bio Singaraja jelang Imlek 2576, Kamis (23/1). –LILIK
Saat tiba di Singaraja, Lie Chang dan Lie Ho, keduanya ditampung di rumah Kapitein Tituleir Lie Eng Tjie, yang dipilih Belanda untuk mengatur masyarakat Tionghoa di Buleleng. Kimsin Seng Hong Ya awalnya distanakan sebagai milik pribadi pada tahun 1909 di Jalan Pulau Bali yang masih di kawasan Kelurahan Kampung Baru. Hingga pada tahun 1937 Kimsin Seng Hong Ya diserahkan kepada umat tri dharma dan tempat ibadah berpindah ke pinggir pantai (tempat yang sekarang).
“Pertama kali dibangun di sini lantainya masih tanah, pagar kayu dadap pakai seng. Seiring berjalan waktu banyak umat menyumbang jadi dibangun dan direnovasi sedikit demi sedikit sampai seperti sekarang,” ucap Bambang. Menjadi stana dewa penjaga kota dan kesehatan TITD Seng Hong Bio sering dikunjungi umat sebagai tempat untuk memohon pengobatan untuk segala macam penyakit. Tidak hanya umat tri dharma, tidak jarang ada juga umat Hindu dan umat lainnya ke tempat ibadah ini untuk berobat.
Biasanya umat yang datang untuk berobat datang secara mandiri. Mereka membawa sarana yang menyesuaikan dengan kearifan lokal Bali. Bambang menyebut TITD Seng Hong Bio tidak membatasi siapa saja yang datang dengan niat baik. Tempat ibadah ini menyiapkan ciamsi (ramalan tradisional masyarakat China) obat dan ciamsi nasib.
Ritual pengobatan ini diawali dengan penyampaian niat dari pemohon. Sarananya cukup sederhana, yakni canang delapan buah, permen, teh, lilin dan uang emas. Lalu dilanjutkan dengan mengocok sejumlah stik bambu hingga jatuh satu batang. Stik yang sudah diisi nomor kemudian akan dilempar sepasang kayu di dua sisi (pua pue). Jika hasil lemparan menampakkan sisi tengadah dan tengkurap itu diartikan benar. Maka prosesi akan dilanjutkan dengan mencocokkan nomor pada stik dengan kartu yang ada di kotak ciamsi. Kartu itu berisikan ramuan obat. Sedangkan yang meminta ramalan nasib juga akan dibacakan.
“Hasil kocokan stik yang keluar dalam ciamsi ini kami yakini atas kehendak Beliau dan sesuai karma baik buruk pemohon. Banyak yang berobat di sini berakhir, penyakitnya macam-macam dari penyakit medis hingga penyakit aneh-aneh itu ada,” terang dia.
Selain patung Dewa Seng Hong Ya, juga distanakan patung Dewa Kwan Kong yang dikenal sebagai dewa perang. Lalu Dewi Laut Tiang Shang Sheng Mu, Dewi Kwan Im dewi welas asih, Dewa Kwee Seng Ong yang dikenal sebagai pejabat akhirat, dan sejumlah patung prajurit pengawal Dewa Seng Hong Ya. Sementara itu rangkaian Hari Raya Imlek akan berakhir pada tanggal 12 Februari 2025 yang ditutup dengan Cap Go Meh dan upacara tolak bala. Di tahun Imlek 2576 ini, merupakan tahun ular kayu. Tahun ini, menurut kepercayaan China menjadi waktu yang baik untuk memulai proyek baru, memperluas wawasan dan mengejar kreativitas. Tahun ular kayu tahun 2025 ini akan penuh potensi untuk pengembangan diri, inovasi dan penyelesaian konflik secara diplomatis. “Menurut kepercayaan kami di setiap tahun baru ada shio yang tidak cocok. Tahun Ular Kayu kali ini yang mengalami ciong (kemalangan) berat itu shio Ular dan Babi, sedangkan ciong kecil shio kera dan macan. Nah, nanti ada upacara tolak bala untuk mereka yang tahun lahirnya kurang beruntung di tahun ini,” terang Bambang Setiawan. 7 k23
Komentar