21 Karya Ogoh-ogoh Terbaik Bakal Dipawaikan
MANGUPURA, NusaBali - Pemerintah Kabupaten Badung akan tetap melaksanakan lomba ogoh-ogoh tahun 2025, kendati Pemerintah Provinsi Bali sudah mengumumkan meniadakan lomba ogoh-ogoh tingkat provinsi.
Bahkan yang baru dari Badung di tahun ini, karya ogoh-ogoh terbaik yang masuk 21 besar akan dipawaikan di areal Puspem Badung.
Kepala Dinas Kebudayaan I Gde Eka Sudarwitha, mengatakan penilaian ogoh-ogoh diawali dengan penilaian keseluruhan ogoh-ogoh se-Badung, yakni sebanyak 594 karya ogoh-ogoh dari Sekaa Teruna (ST) dan Yowana. Dari penilaian yang dilakukan berjenjang, akan terpilih sebanyak 21 besar karya terbaik. Karya yang terbaik itu kemudian akan dipawaikan di areal Puspem Badung.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya kita hanya melombakan pembuatan ogoh-ogoh sampai jadi. Nah tahun ini kami akan menggelar lomba terhadap 21 karya terbaik untuk diikutkan dalam festival atau pawai Ogoh-ogoh Kabupaten Badung yang akan diselenggarakan di Puspem Badung,” ujar Sudarwitha, Rabu (29/1).
Dikatakan, pawai ogoh-ogoh di areal Puspem Badung dirancanakan selama dua hari pada 21-22 Maret 2025. Untuk lokasi yang akan dijadikan tempat pawai, kata Sudarwitha, kemungkinan besar di areal depan Balai Budaya Giri Nata Mandala. “Memang masih simulasi, tapi rencananya seperti itu. Ada alternatif lain apakah di Pantai Kuta atau di tempat lain, tetapi kelihatannya untuk kali ini rencananya di Puspem Badung,” jelas mantan Camat Petang ini.
Sudarwitha melanjutkan, tujuan dilaksanakan pawai ogoh-ogoh di Puspem Badung, yakni bagaimana agar secara fisik pembuatan ogoh-ogoh dapat dinikmati, begitu juga atraksi pawainya. “Jadi energi kemeriahan itu kita tarik ke awal, sehingga sudah ada rasa excited yang dapat dinikmati di awal. Baru setelah itu murni untuk Pengerupukan. Jadi setelah itu (pawai di Puspem Badung) baru nanti mereka akan pawai di masing-masing desa adat dan desa saat malam Pengerupukan,” katanya.
Sementara untuk mekanisme pembuatan ogoh-ogoh, lankjut Sudarwitha, saat ini sedang disusun. Namun yang jelas, materi yang diangkat bentuk personifikasi dewa-dewi dan raksasa atau kala. Dalam pembuatan harus menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan. “Pembuatan ogoh-ogoh ini harus dikerjakan, tidak boleh membeli ogoh-ogoh, atau menggunakan ogoh-ogoh tahun lalu,” tegas Sudarwitha.
Ditambahkan, saat malam Pengerupukan, Sudarwitha juga mengimbau agar pawai bisa dikoordinisasi oleh bendesa adat atau perbekel dan lurah, sehingga pawai ogoh-ogoh saat malam Pengerupukan itu bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Kami akan memastikan, kalau melewati jam 11 malam (23.00 Wita), otomatis akan didiskualifikasi dari penilaian dan juga untuk tahun berikutnya mungkin tidak diikutkan lagi dalam lomba. Kita pastikan itu,” kata Sudarwitha. 7 ind
1
Komentar