Dinas PMD Rancang Desa Tematik Melalui BUMDes
SINGARAJA, NusaBali - Sebanyak 129 desa di Buleleng dirancang menjadi Desa Tematik dalam pengembangan dan optimalisasi potensi desa.
Potensi ini akan dikelola oleh masing-masing Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Pengembangan desa berbasis potensi ini diharapkan dapat mendukung pendapatan asli desa.
Rancangan desa tematik ini dimungkinkan Pemkab Buleleng melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD). Sebab Buleleng sangat kaya dengan sumber daya alam, hasil pertanian, perkebunan, peternakan, kuliner dan juga produksi Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Kepala Bidang Desa Dinas PMD, Madong Hartono menjelaskan, masing-masing desa di Buleleng sebenarnya memiliki potensi tersendiri. Hanya saja sejauh ini belum fokus digarap oleh desanya. Produksi pertanian, perkebunan, hingga peternakan masih diambil oleh pihak ketiga. Padahal jika bisa dikelola dan diserap BUMDes, tidak hanya memberikan manfaat untuk pendapatan asli desa, tetapi juga bisa mensejahterakan masyarakatnya yang menjadi produsen.
“Harapan kita ke depan ada desa tematik, disesuaikan dengan potensi desa. Seperti misalnya Desa Pakisan yang terkenal sebagai penghasil cabai dan bawang merah, Tajun dengan urutan asap, Penglatan dengan dodolnya. Desa Sumberklampok yang setiap tahun menghasilkan jagung dan kacang tanah, dibeli buyer luar pulau, datangnya sudah jadi produk luar Bali, padahal kacang dan jagung Buleleng,” terang Madong.
Pengembangan desa tematik ini pun akan diarahkan ke seluruh desa di Buleleng. Masing-masing desa akan mengkaji dan mendata potensi unggulan apa yang akan ditetapkan sebagai ciri khas desa. Hal ini pun harus diputuskan berdasarkan potensi yang ada dan disepakati dalam musyawarah desa (musdes).
Sementara itu untuk mendukung desa tematik, penting menurut Madong dikelola oleh BUMDes. Dari 129 desa di Buleleng yang sudah membentuk BUMDes sudah 127 desa. Namun 7 BUMDes diantaranya belum berbadan hukum. Selain itu dua desa yakni Desa Banyupoh di Kecamatan Gerokgak dan Desa Pelapuan Kecamatan Busungbiu belum memiliki BUMDes. Dua desa ini belum siap dan masih mengkaji bidang usaha yang akan dikembangkan.
“Memang bahasa di peraturannya itu pilihan tidak wajib. Namun dalam konteks kekinian, optimalisasi pengelolaan potensi SDM lokal desa, PAM Desa, Wisata Desa, produk unggulan, BUMDes menjadi hal sangat penting kedepannya untuk mensuport pendapatan asli desa,” ungkap Madong.
Menurutnya saat ini BUMDes yang ada di 127 desa rata-rata bergerak di bidang usaha simpan pinjam yang sangat berisiko kredit macet. Selain juga ada bidang usaha PAM Desa, Pertamina shop, PAM Desa, minimarket hingga pengelolaan hasil pertanian dan peternakan. Sejauh ini ada beberapa BUMDes di Buleleng yang berkembang pesat, hingga asetnya mencapai miliaran. Seperti BUMDes Desa Tajun, Desa Tunjung di Kecamatan Kubutambahan, BUMDes Desa Panji di Kecamatan Sukasada, BUMDes Jinengdalem di Kecamatan Buleleng dan BUMDes Pemuteran di Kecamatan Gerokgak.7 k23
Komentar