Dibangun Tahun 1910, Ada Bangku Peninggalan Belanda
Stambuk tertua tahun 1910 juga masih tersimpan di SDN 1 Kawan, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, namun kondisinya sudah tidak utuh lagi karena termakan rayap
SDN 1 Kawan, Kecamatan Bangli Dicanangkan Menjadi Cagar Budaya
BANGLI, NusaBali
SDN 1 Kawan, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli dicanangkan menjadi salah satu cagar budaya di Gumi Sejuk. Pasalnya, bangunan yang ditempati sekolah tersebut merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda. Bahkan, masih ada bangku peninggakan zaman Belanda di sekolah yang berdiri tahun 1910 iini.
Kepala Sekolah (Kasek) SDN 1 Kawan, Nurhayati, mengatakan tim ahli cagar budaya dari pusat telah melakukan dikajian kelayakan sekolahnya sebagai cagar budaya. Pengkajian tersebut bertujuan melakukan identifikasi dan klasifikasi terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai cagar budaya.
Menurut Nurhayati, SDN 1 Kawan dicanangkan sebagai cagar budaya lantaran bangunan sekolah yang berdiri jauh sebelum kemerdekaan 1945, tepatnya tahun 1910 ini, hingga kini masih kokoh. Ada lima ruangan dalam bangunan peninggalan zaman penjajahan yang hingga kini digunakan ruang belajar untuk siswa Kelas III, Kelas IV, Kelas V, dan Kelas VI SDN 1 Kawan.
Nurhayati mengatakan, selain fisik bangunannnya, yang juga menguatkan SDN 1 Kawan menjadi cagar budaya adalah tersimpannya stambuk (buku berisikan data siswa) tertua yakni tahun 1910. Saat itu, Indonesia masih di bawah penjajahan Belanda dan baru tahap masuk gerakan Kebangkitan Nasional.
"Stambuk tertua tahun 1910 inilah yang dicek tim ahli cagar budaya saat pengkajian setahun lalu. Termasuk juga dicek bangunan fisik dan barang lainnya. Hanya saja, arsip yang masih tersimpan hanya seberapa. Banyak data hilang," ungkap Nurhayati didampingi staf Tata Usaha SDN 1 Kawan, Putu Adi Astiti, Sabtu (9/9) lalu.
Disebutkan, kondisi stambuk tertua tahun 1910 sudah tidak utuh lagi, lantaran dimakan rayap. Sesuai stambuk yang masih ada, SDN 1 Kawan awalnya dinamakan Sekolah Desa Bangli (tahun 1910). Kemudian, namanya mengalami perubahan menjadi Sekolah Klas II Bangli (tahun 1916). Namanya terus berubah menjadi Sekolah Rendah (tahun 1941), Sekolah Rakyat (tahun 1948), sebelum akhirnya menjadi SDN 1 Bangli (tahun 1955), dan kemudian menjadi SDN 1 Kawan (tahun 1993).
"Kami tak tahu pasti kapan perubahan nama-nama tersebut, karena tidak ada yang bisa memberikan penjelasan. Data terakhir 1993 baru menjadi SDN 1 Kawan," sambung Putu Adi Astiti.
Menurut Adi Astiti, stambuk yang ada di SDN 1 Kawan saat ini adalah stambuk tahun 1910-1916, stambuk 1916-1920, stambuk 1921-1924, stambuk 1941-1946, dan stambuk 1948-1952. Selain itu, ada pula bangku berbahan kayu yang usianya diperkirakan sama dengan usia bangunan SDN 1 Bangli. Bangku tua tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk belajar di Ruang Kelas I.
Adi Astiti mengatakan, sebuah kebanggan tersendiri bagi Bangli, jika SDN 1 Kawan sebagai salah satu peninggalan dunia pendidikan dica-nangkan menjadi cagar budaya. Namun demikian, pihak sekolah saat ini masih kebingungan karena kurangnya ruang belajar bagi para siswa.
"Tentu bangun peninggalan Belanda ini tidak boleh dirombak, harus dibiarkan seperti semula, hanya dilakukan perawatan. Namun, bila membangun lagi, lahan tidak mendukung. Beberapa kali dilakukan pengukuran, tapi tidak ada ruang lagi. Jadi, ruang yang ada saat ini yang dioptimalkan," jelas Adi Astiti.
Berdasarkan catatan, jumlah siswa SDN 1 Kawan saat ini mencapai 238 orang, terbagi dalam 10 rombongan belajar. Sedangkan ruang kelas hanya 6 ruangan. Karenanya, siswa Kelas III, Kelas IV, da Kelas V, yang awalnya terbagi dalam dua kelas, kini harus digabung.
"Siswa Kelas III total 41 orang, Kelas IV 50 orang, Kelas V ada 40 orang. Idealnya hanya 28 siswa per kelas. Tahun ajaran 2017/2018 ini, kami terima 28 siswa baru saja," terang Adi Astini.
Dioa menyebutkan, jumlah guru PNS di SDN 1 Kawan saat ini hanya 7 orang termasuk kepala sekolah. Sedangkan guru pengabdi sebanyak 7 orang, selain guru tidak tetap 4 orang, dan pegawai pegawai tidak tetap 3 orang. Agar proses belajar mengajar optimal, kata dia, kelas gabung diisi dua guru. Ada yang memberikan materi dan satunya lagi melakukan pengawasan.
Sementara itu, pantauan NusaBali, fisik dan arsitektur bangunan SDN 1 Kawan berbeda dari sekolah umumnya di Bali. Bagunan SDN 1 Kawan bercorak Belanda. Kerangaka banguanan tidak menggunakan tulang beton, tapi mengandalkan beberapa tiang penyangga berbahan kayu jati pilihan. Bukan hanya itu, tinggi bangunan cukup tinggi mencapai 10 meter lebih. Tinggi kusennya saja mencapai 2,5 meter. *e
1
Komentar