Nelayan dari Desa Seraya Timur Hilang di Selat Lombok
Seorang nelayan dari Banjar Tukad Hitam, Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, I Made Witia, 44, hilang di Selat Lombok, Minggu (10/9) malam.
Jukungnya Ditemukan di Laut
AMLAPURA, NusaBali
Hanya jukung korban yang ditemukan terombang-ambing di Selat Lombok, Senin (11/9) pagi. Informasi di lapangan, korban Made Witia melaut sendirian untuk menangkap ikan, Minggu malam sekitar pukul 19.00 Wita. Nelayan berusia 44 tahun ini berangkat dari pesisir pantai Banjar Tukad Hitam, Desa Sereaya Timur menggunakan jukung Sari Amerta dengan mesin tempel 15 PK.
Biasanya, korban semalaman menangkap ikan tongkol, lalu menginap di Pantai Batumanak kawasan Banjar Batu Keseni, Desa Bunutan, Kecamatan Abang yang merupakan perbatasan Desa Seraya Timur. Barulaah keesokan harinya pukul 07.00 Wita, korban balik ke rumahnya di Desa Seraya Timur.
Namun beda dari biasanya, korban Made Witia belum kunjung pulang hingga Senin pagi pukul 07.00 Wita. Ternyata, pada jam yang sama, jukung korban ditemukan terombang-ambing di Selat Lombok. Jukungnya ditemukan oleh dua nelayan asal Banjar Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, yakni Zulkifli dan Abdul Hakim.
Saat ditemukan, jukung koroban masih lengkap berisi mesin 15 PK, bidak, layar, serta peralatan tangkap ikan seperti pancing dan jaring. Setelah dicek, dalam jukung itu ditemukan kartu identitas Made Witia, asal Banjar Tukad Hitam, Desa Seraya Timur.
Maka, saksi Zulkifli dan Abdul Hakim pun pilih menarik jukung korban ke Pantai Ujung Pesisi, Desa Tumbu dan tiba di lokasi sekitar pukul 10.00 Wita. Selanjutnya, kedua nelayan Ujung Pesisi ini tanpa sengaja bertemu warga dari Desa Seraya Timur, I Made Gunara, sekitar pukul 10.30 Wita. Mereka pun menginformasikan kepada Made Gunara soal nelayan Made Witia yang hilang di laut dan jukungnya ditemukan terombang-ambing di Selat Lombok.
Selanjutnya, Made Gunara melaporkan masalah ini pekada aparat Desa Seraya Timur, hingga laporan diteruskan ke BPBD Karangasem dan Basarnas Pos SAR Karangasem sekitar pukul 10.45 Wita. Begitu dapat laporan, petugas gabungan Pos SAR Karangasem dan BPBD langsung melakukan pencarian. Hanya saja, hingga kemarin sore upaya pencarian korban Made Wita masih nihil.
Komandan Pos SAR Karangasem, I Wayan Suwena, memperkirakan korban Made Wita hilang tenggelam di laut karena mengantuk saat menangkap ikan. Namun, kakak korban, I Wayan Putu Rerod, 45, membantah dugaan tersebut. "Adik saya selama ini kuat begadang, dia tidak ngantuk," bantah Putu Rerod.
Korban Made Wita sendiri selama ini bergabung di Kelompok Nelayan Mandara Sari, Banjar Tukad Hitam, Desa Seraya Timur. Biasanya, korban melaut sore hari dan pulang keesokan paginya. Namun, tumben kali ini korban berangkat melaut malam hari dan akhirnya hilang di laut.
Korban Made Wita dikaruniai tiga anak dari pernikahannya dengan Ni Wayan Galung, wanita sekampunynya. Senin kemarin, Wayan Galung sempat datang ke Pantai Ujung Pesisi untuk mengecek jukung suaminya, dengan didampingi anak sulungnya, I Gede Muliada.
Sementara itu, Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Karangasem, I Ketut Sanur, mengatakan para nelayan di Gumi Lahar telah diasuransikan sejak tahun 2016. "Kami sudah cek, korban Made Wita juga terdaftar masuk asuransi sajak November 2016," jelas Ketut Sanur saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Senin kemarin. *k16
Komentar