Kapal Tenggelam, 8 ABK Diselamatkan
Pasca kapalnya tenggelam, 8 korban sempat mengapung selama 4 jam di atas rakit buatan darurat, sebelum Kapal Tunda datang membantunya
Evakuasi Korban ke Celukan Bawang Berjalan Alot Selama Hampir 14 Jam
SINGARAJA, NusaBali
Kapal Layar Motor (KLM) Cahaya Nirmala II tenggelam di perairan Buleleng, Senin (11/9) dinihari, saat dalam pelayaran dari Surabaya (Jawa Timur) menuju Bima (Nusa Tenggara Barat). Beruntung, nakhoda dan anak buah kapal (ABK) berjumlah 8 orang berhasil dievakuasi ke darat dalam kondisi selamat. Proses evakuasi berjalan alot hingga membutuhkan waktu hampir 14 jam.
Nakhoda KLM Cahaya Nirmala II yang berhasil dievakuasi ke Pelabuhan Celukan Bawang, desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng adalah Ibrahim, 55 (asal Bima, NTB). Sedangkan 7 ABK yang juga berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat masing-masing Rusdam, 37 (asal Flores, NTT), Iwan, 37 (asal Labuan Safe, Bima, NTB), Hasanudin, 53 (asal Bima, NTB), Brunai, 24 (asal Bima, NTB), Edison, 36 (asal Bima, NTB), Aan Wahyudin, 21 (asal Bima, NTB), dan Muhtar, 55 (asal Bima, NTB).
Para nakhoda dan ABK KLM Cahaya Nirmala II ini baru berhasil dievakuasi ke daratan Desa Celukan Bawang, Senin siang sekitar pukul 14.30 Wita. Pross evakuasi korban kapal yang tenggelam Senin dinihari pukul 00.30 Wita ini melibatkan tim gabungan dari Basarnas, Polri, TNI, petugas Pelabuhan Celukan Bawang, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng.
Mereka dievakuasi dari Kapal Tunda yang awalnya menyelamatkan korban pada jarak sekitar 17 mil arah utara Pelabuhan Celukan Bawang, dengan menggunakan rubber boat milik SAR Pos Buleleng. Setelah berhasil dievaku-asi, mereka langsung dibawa ke Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Celukan Bawang untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis, semua korban dinyatakan dalam keadaan sehat, meski sempat selama berjam-jam terombang-ambing di tengah laut.
Menurut sang nakhoda, Ibrahim, KLM Cahaya Nirmala II yang dinaikninya bersama 7 ABK awalnya berangkat dari Surabaya, Minggu (10/9) malam sekitar pukul 19.00 Wita. Jika dalam kondisi normal, seharusnya kapal tersebut sudah sandar di Bima, Selasa (12/9) pagi ini.
Sayangnya, begitu memasuki perairan Buleleng, Senin dinihari sekitar pukul 00.30 Wita, kapal yang mengangkut berbagai material termasuk bahan bangunan, kasur, dan makanan ini tiba-tiba dihadang cuaca buruk disertai angin kecnang dan gelombang tinggi. “Saat itu, bagian depan kapal dihantam gelombang setinggi 3 meter hingga air laut masuk ke dalam kapal. Habis dihantam gelombang, kapal tidak bisa dikendalikan, hingga akhirnya saya kumpulkan semua ABK agar tidak ada yang tertinggal dan tetap tenang,” kenang Ibrahim ketika ditemui NusaBali di KSOP Celukan Bawang, Senin sore.
Menurut Ibrahum, situasi semakin memburuk saat mesin kapal 320 PK tiba-tiba mati. Walhasil, kapal dengan panjang 23 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 4 meter tersebut kian oleng. Ibrahim kemudian menginstruksikan para ABK untuk melepas semua ikantan dan menurunkan barang-barang yang berada di atas kapal. Mereka kemudian membuat rakit sederhana dari kayu dan barang-barang dalam kapal berkekuatan 250 gros ton.
Dalam situasi darurat, Ibrahim berhasil menghubungi ankanya di Bima untuk menginformasikan kepada SAR Denpasar perihal musibah yang dialami KLM Cahaya Nirmala II di tengah laut. Beberap lama kemudian, setelah Cahaya Nirmala II penuh dengan air laut dan akhirnya tenggelam, Ibrahim bersama 7 ABK naik ke atas rakit yang dibuat dadakan, agar mereka tetap mengapung.
Pasca kapalnya tenggelam, nakhoda dan para ABK sempat mengapung selama hampir 4 jam di atas rakit seraya berharap ada kapal melintas. Hingga akhirnya tepat pukul 04.00 Wita, melintas sebuah Kapal Tunda yang kemudian menyelamatkan mereka, sebelum akhirnya dievakuasi tim gabungan ke Celukan Bawang.
Ibrahim menyebutkan, selama hampir 4 jam terapung di tengah laut, dia dan anak buahnya tetap tenang dan selalu bersama. “Kami sudah pasrah dengan nasib, tapi tetap berupaya bersama-sama, jangan sampai berpisah,” cerita Ibrahum.
Ibrahim sendiri mengaku sudah melaut sejak tahun 1987. Sedangkan jabatan nakhoda disandahnya sejak tahun 2000. Selama itu pula, pria berusia 55 tahun ini sudah terbiasa mengangkut barang dalam pelayaran rute Bima-Surabaya dan sebaliknya. Ibrahim yang menahkodai kapal milik Kiong, sebulan sekali ambil barang ke Surabaya untuk dibawa menuju Bima dengan melintasi perairan Buleleng. “Tapi, baru kali ini saya mengalami musibah di laut,” katanya.
Hingga kemarin sore, korban Ibrahum bersama 7 ABK kapal tenggelam masih berada di Kantor KSOP Celukan Bawang. Menurut Kapolsek KP3 Celukan Bawang, AKP I Ketut Wisnaya, para korban akan menginap selama semalam, sebelum mereka dipulangkan ke Bima, hari ini. Pemulangan mereka akan dikoordinasikan dulu dengan instansi terkait. “Dari hasil penyelidikan, ini memang murni kecelakaan laut dihantam gelombang pasang, sehingga kapalnya tenggelam,” tandas Kapolsek Ketut Wisnaya.
Sementara itu, proses evakuasi nakhoda dan ABK KLM Cahaya Nirmala II berjumlah 8 orang ke Pelabuhan Celukan Bawang, Senin kemarin, berlangsung alot. Proses evakuasi sempat terkendala oleh informasi titik koordinat yang diterima petugas tidak sesuai.
Kepala Kantor SAR Denpasar, Ketut Gede Ardana, mengatakan pihaknya baru mendapatkan laporan dari anak nakhoda Ibrahum, Senin dinihari pukul 01.45 Wita. Pihaknya pun langsung mengerahkan KN SAR Arjuna berkekuatan 17 personel, dengan di-back up Tim SAR Pos Buleleng yang mengerahkan rubber boat, Senin dinihari pukul 02.00 Wita.
Setelah dilakukan pencarian dititik koordinat yang diinformasikan, tim gabungan yang juga didukung Sat Pol Air Polres Buleleng, Polres Celukan Bawang, KSOP Celukan Bawnag, dan TNI ternyata tidak menemukan titik terang dan tanda-tanda keberadaan korban. Bahkan, SAR Denpasra sampai mengerahkan dua pesawat helikopter BO 105, yang masing-masing take off Senin pagi pukul 08.50 Wita dan pukul 10.10 wta.
“Pencarian dengan heli ini kami lakukan, karena tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan korban seperti informasi awal di 10 mil areah utara Celukan Bawang. Kami hanya temukan Kapal Tunda titik 18 mil. Setelah kami lakukan pengembangan, ternyata para korban sudah diselamatkan Kapal Tunda,” papar Ketut Gede Ardana saat ditemui di Pelabuhan Celukan Bawang, Senin sore.
Setelah mendapat kepastian tersebut, Tim SAR langsung melakukan penjemputan korban ke Kapal Tunda yang berjarak sekitar 18 mil arah utara Pelabuhan Celukan Bawang. Akhirnya, 8 ABK korban kapal tenggelam baru sampai di darat Celukan Bawang, Senin siang pukul 14.30 Wita. Mereka dievakuasi dari Kapal Tunda dengan menggunakan rubber boat. “Pencarian sudah kita tutup dan kapal mereka (KLM Cahaya Nirmala II, Red) dinyatakan tenggelam. Kami serahkan masalah ini kepada pihak yang berwenang,” tegas Ardana.
Sementara, Kepala KSOP Celukan Bawnag, I Ketut Aryadana, menyatakan pihaknya belum ada melakukan penutupan dermaga, meskipun cuaca sedang memburuk. “Sampai saat ini belum ada penutupan. Ini kasusnya kan terjadi di tengah laut. Kalau di pinggir (pantai) masih aman,” tegas Aryadana. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Kapal Layar Motor (KLM) Cahaya Nirmala II tenggelam di perairan Buleleng, Senin (11/9) dinihari, saat dalam pelayaran dari Surabaya (Jawa Timur) menuju Bima (Nusa Tenggara Barat). Beruntung, nakhoda dan anak buah kapal (ABK) berjumlah 8 orang berhasil dievakuasi ke darat dalam kondisi selamat. Proses evakuasi berjalan alot hingga membutuhkan waktu hampir 14 jam.
Nakhoda KLM Cahaya Nirmala II yang berhasil dievakuasi ke Pelabuhan Celukan Bawang, desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng adalah Ibrahim, 55 (asal Bima, NTB). Sedangkan 7 ABK yang juga berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat masing-masing Rusdam, 37 (asal Flores, NTT), Iwan, 37 (asal Labuan Safe, Bima, NTB), Hasanudin, 53 (asal Bima, NTB), Brunai, 24 (asal Bima, NTB), Edison, 36 (asal Bima, NTB), Aan Wahyudin, 21 (asal Bima, NTB), dan Muhtar, 55 (asal Bima, NTB).
Para nakhoda dan ABK KLM Cahaya Nirmala II ini baru berhasil dievakuasi ke daratan Desa Celukan Bawang, Senin siang sekitar pukul 14.30 Wita. Pross evakuasi korban kapal yang tenggelam Senin dinihari pukul 00.30 Wita ini melibatkan tim gabungan dari Basarnas, Polri, TNI, petugas Pelabuhan Celukan Bawang, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng.
Mereka dievakuasi dari Kapal Tunda yang awalnya menyelamatkan korban pada jarak sekitar 17 mil arah utara Pelabuhan Celukan Bawang, dengan menggunakan rubber boat milik SAR Pos Buleleng. Setelah berhasil dievaku-asi, mereka langsung dibawa ke Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Celukan Bawang untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis, semua korban dinyatakan dalam keadaan sehat, meski sempat selama berjam-jam terombang-ambing di tengah laut.
Menurut sang nakhoda, Ibrahim, KLM Cahaya Nirmala II yang dinaikninya bersama 7 ABK awalnya berangkat dari Surabaya, Minggu (10/9) malam sekitar pukul 19.00 Wita. Jika dalam kondisi normal, seharusnya kapal tersebut sudah sandar di Bima, Selasa (12/9) pagi ini.
Sayangnya, begitu memasuki perairan Buleleng, Senin dinihari sekitar pukul 00.30 Wita, kapal yang mengangkut berbagai material termasuk bahan bangunan, kasur, dan makanan ini tiba-tiba dihadang cuaca buruk disertai angin kecnang dan gelombang tinggi. “Saat itu, bagian depan kapal dihantam gelombang setinggi 3 meter hingga air laut masuk ke dalam kapal. Habis dihantam gelombang, kapal tidak bisa dikendalikan, hingga akhirnya saya kumpulkan semua ABK agar tidak ada yang tertinggal dan tetap tenang,” kenang Ibrahim ketika ditemui NusaBali di KSOP Celukan Bawang, Senin sore.
Menurut Ibrahum, situasi semakin memburuk saat mesin kapal 320 PK tiba-tiba mati. Walhasil, kapal dengan panjang 23 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 4 meter tersebut kian oleng. Ibrahim kemudian menginstruksikan para ABK untuk melepas semua ikantan dan menurunkan barang-barang yang berada di atas kapal. Mereka kemudian membuat rakit sederhana dari kayu dan barang-barang dalam kapal berkekuatan 250 gros ton.
Dalam situasi darurat, Ibrahim berhasil menghubungi ankanya di Bima untuk menginformasikan kepada SAR Denpasar perihal musibah yang dialami KLM Cahaya Nirmala II di tengah laut. Beberap lama kemudian, setelah Cahaya Nirmala II penuh dengan air laut dan akhirnya tenggelam, Ibrahim bersama 7 ABK naik ke atas rakit yang dibuat dadakan, agar mereka tetap mengapung.
Pasca kapalnya tenggelam, nakhoda dan para ABK sempat mengapung selama hampir 4 jam di atas rakit seraya berharap ada kapal melintas. Hingga akhirnya tepat pukul 04.00 Wita, melintas sebuah Kapal Tunda yang kemudian menyelamatkan mereka, sebelum akhirnya dievakuasi tim gabungan ke Celukan Bawang.
Ibrahim menyebutkan, selama hampir 4 jam terapung di tengah laut, dia dan anak buahnya tetap tenang dan selalu bersama. “Kami sudah pasrah dengan nasib, tapi tetap berupaya bersama-sama, jangan sampai berpisah,” cerita Ibrahum.
Ibrahim sendiri mengaku sudah melaut sejak tahun 1987. Sedangkan jabatan nakhoda disandahnya sejak tahun 2000. Selama itu pula, pria berusia 55 tahun ini sudah terbiasa mengangkut barang dalam pelayaran rute Bima-Surabaya dan sebaliknya. Ibrahim yang menahkodai kapal milik Kiong, sebulan sekali ambil barang ke Surabaya untuk dibawa menuju Bima dengan melintasi perairan Buleleng. “Tapi, baru kali ini saya mengalami musibah di laut,” katanya.
Hingga kemarin sore, korban Ibrahum bersama 7 ABK kapal tenggelam masih berada di Kantor KSOP Celukan Bawang. Menurut Kapolsek KP3 Celukan Bawang, AKP I Ketut Wisnaya, para korban akan menginap selama semalam, sebelum mereka dipulangkan ke Bima, hari ini. Pemulangan mereka akan dikoordinasikan dulu dengan instansi terkait. “Dari hasil penyelidikan, ini memang murni kecelakaan laut dihantam gelombang pasang, sehingga kapalnya tenggelam,” tandas Kapolsek Ketut Wisnaya.
Sementara itu, proses evakuasi nakhoda dan ABK KLM Cahaya Nirmala II berjumlah 8 orang ke Pelabuhan Celukan Bawang, Senin kemarin, berlangsung alot. Proses evakuasi sempat terkendala oleh informasi titik koordinat yang diterima petugas tidak sesuai.
Kepala Kantor SAR Denpasar, Ketut Gede Ardana, mengatakan pihaknya baru mendapatkan laporan dari anak nakhoda Ibrahum, Senin dinihari pukul 01.45 Wita. Pihaknya pun langsung mengerahkan KN SAR Arjuna berkekuatan 17 personel, dengan di-back up Tim SAR Pos Buleleng yang mengerahkan rubber boat, Senin dinihari pukul 02.00 Wita.
Setelah dilakukan pencarian dititik koordinat yang diinformasikan, tim gabungan yang juga didukung Sat Pol Air Polres Buleleng, Polres Celukan Bawang, KSOP Celukan Bawnag, dan TNI ternyata tidak menemukan titik terang dan tanda-tanda keberadaan korban. Bahkan, SAR Denpasra sampai mengerahkan dua pesawat helikopter BO 105, yang masing-masing take off Senin pagi pukul 08.50 Wita dan pukul 10.10 wta.
“Pencarian dengan heli ini kami lakukan, karena tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan korban seperti informasi awal di 10 mil areah utara Celukan Bawang. Kami hanya temukan Kapal Tunda titik 18 mil. Setelah kami lakukan pengembangan, ternyata para korban sudah diselamatkan Kapal Tunda,” papar Ketut Gede Ardana saat ditemui di Pelabuhan Celukan Bawang, Senin sore.
Setelah mendapat kepastian tersebut, Tim SAR langsung melakukan penjemputan korban ke Kapal Tunda yang berjarak sekitar 18 mil arah utara Pelabuhan Celukan Bawang. Akhirnya, 8 ABK korban kapal tenggelam baru sampai di darat Celukan Bawang, Senin siang pukul 14.30 Wita. Mereka dievakuasi dari Kapal Tunda dengan menggunakan rubber boat. “Pencarian sudah kita tutup dan kapal mereka (KLM Cahaya Nirmala II, Red) dinyatakan tenggelam. Kami serahkan masalah ini kepada pihak yang berwenang,” tegas Ardana.
Sementara, Kepala KSOP Celukan Bawnag, I Ketut Aryadana, menyatakan pihaknya belum ada melakukan penutupan dermaga, meskipun cuaca sedang memburuk. “Sampai saat ini belum ada penutupan. Ini kasusnya kan terjadi di tengah laut. Kalau di pinggir (pantai) masih aman,” tegas Aryadana. *k23
1
Komentar