Buleleng Kembangkan Tanam Padi Salibu
Upaya peningkatan produksi padi di Buleleng terus digenjot pihak Dinas Pertanian Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Setelah mencoba mengembangkan sejumlah varietas baru tahun ini, dinas ini mengembangkan sistem penananam padi model salibu. Dengan salibu, satu kali tanam dapat memanen lebih dari tiga kali.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Nyoman Swatantra, Selasa (12/9), menjelaskan sistem penanaman padi menggunakan teknologi salibu tersebut memiliki berbagai keunggulan. Dengan memotong 5 sentimeter pada batang padi saat panen dari tanah, akan menumbuhkan tunas baru dari buku padi.
“Keuntungannya di antaranya, umur padi lebih pendek, kebutuhan air sedikit, biaya produksi lebih rendah karena tidak lagi mengolah tanah, dan penanaman. Selain juga kemurnian genetik varietas padi yang ditanam itu lebih terpelihara,” ujar Swatantra.
Teknik penanaman padi slaibu juga disebut dapat dilakukan pada seluruh varietas padi unggulan. Tahun 2017, penerapan teknologi salibu pada tanaman padi di Buleleng di 100 hektara lahan pertanian. Lahan itu tersebar, di antaranya 62,5 hektare di Kecamatan Sukasada, 12,5 hektare di Kecamatan Buleleng, dan 25 hektare di Kecamatan Busungbiu. Namun jumlah tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan luas tanam padi di Buleleng mencapai 10.000 hektare.
Swatantra mengatakan penerapan sistem salibu ini akan terus disosialisasikan kepada petani di masa tanam selanjutnya. Karena bagaimanapun juga dengan keuntungan sistem penanam tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian yang berujung pada peningkatan kesejahteraan para petani. Meski demikian, teknologi salibu disebut memiliki satu kelemahan, yakni lebih mudah terserang hama penyakit. Dengan kelemahan ini diharapkan petani lebih ulet dan telaten dalam pemeliharaan.*k23
Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Nyoman Swatantra, Selasa (12/9), menjelaskan sistem penanaman padi menggunakan teknologi salibu tersebut memiliki berbagai keunggulan. Dengan memotong 5 sentimeter pada batang padi saat panen dari tanah, akan menumbuhkan tunas baru dari buku padi.
“Keuntungannya di antaranya, umur padi lebih pendek, kebutuhan air sedikit, biaya produksi lebih rendah karena tidak lagi mengolah tanah, dan penanaman. Selain juga kemurnian genetik varietas padi yang ditanam itu lebih terpelihara,” ujar Swatantra.
Teknik penanaman padi slaibu juga disebut dapat dilakukan pada seluruh varietas padi unggulan. Tahun 2017, penerapan teknologi salibu pada tanaman padi di Buleleng di 100 hektara lahan pertanian. Lahan itu tersebar, di antaranya 62,5 hektare di Kecamatan Sukasada, 12,5 hektare di Kecamatan Buleleng, dan 25 hektare di Kecamatan Busungbiu. Namun jumlah tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan luas tanam padi di Buleleng mencapai 10.000 hektare.
Swatantra mengatakan penerapan sistem salibu ini akan terus disosialisasikan kepada petani di masa tanam selanjutnya. Karena bagaimanapun juga dengan keuntungan sistem penanam tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian yang berujung pada peningkatan kesejahteraan para petani. Meski demikian, teknologi salibu disebut memiliki satu kelemahan, yakni lebih mudah terserang hama penyakit. Dengan kelemahan ini diharapkan petani lebih ulet dan telaten dalam pemeliharaan.*k23
Komentar