Tersangka Marah karena Dijadikan Bahan Gosip
Kasus Pentolan Ormas Serang Pecalang
“Kalau motif pastinya belum terungkap. Tapi, dalam keterangan di BAP, tersangka menduga korban sering menggosipkan namanya. Makanya, korban langsung diserang dengan taji di bale banjar,” beber Iptu Aan. Terkait motif konflik tanah tempat dibangunnya Bale Banjar Liligundi, Desa Ubung Kaja, menurut Iptu Aan, masih didalami.
Sementara, informasi lain yang dihimpun NusaBali, aksi penyerangan pecalang di bale banjar ini diduga dipicu kesepakatan jual beli tanah bale banjar milik tersangka Made Murdana. Dalam kesepakatan itu, pihak Banjar Liligunda membeli tanah untuk dibangunkan bale banjar. Harga kesepakatan dengan tersangka mencapai Rp 1 miliar.
Hanya saja, kata sumber NusaBali, krama Banjar Liligunda baru membayar secara tunai Rp 900.000.000 atau Rp 0,9 miliar. Sedangkan sisanya sebesar Rp 100 juta akan dibayarkan, Sabtu (16/9) ini. Uang sebanyak itu rencananya akan digali dari warga yang berada di Banjar Liligundi, Desa Ubung Kaja.
Namun, tersangka Made Murdana tidak sepakat atas hal tersebutu. Itu sebabnya, Senin, 11 September 2017 siang, tersangka membatalkan penjualan lahan bale banjar dan berjanji akan kembalikan uang Rp 0,9 miliar milik banjar yang sudah berada di tangannya.
“Tapi, malamnya sekitar pukul 21.30 Wita, terangka malah datang ke bale banjar seraya memukul dan menusuk pecalang Putu Sunarwatan hingga terluka di bagian punggung,” ungkapnya sumber tersebut.
Karena lahan bale banjar menjadi masalah, krama di Banjar Liligunda pun tidak mau mengambil risiko lebih jauh atas tanah yang sudah dibangun bale banjar tersebut. Karenanya, seluruh peralatan termasuk perankat gambelan yang semula disimpan di bale banjar, telah dipindahkan ke rumah penduduk. “Ya, ini masih dicarikan solusinya nanti,” katanya.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah terkait konflik lahan bale banjar, I Nyoman Kepala Dusun (Kadus) Liligundi, Arik Wirawan, mengaku belum mendapatkan jalan keluarnya. “Coba konfirmasi ke Kaling (Kepala Lingkungan) saja untuk lebih jelas ya. Saya masih di kantor polisi,” elak Arik Wirawan, Kamis lalu. Sebaliknya, Kaling Liligundi belum bisa dimintai konfirmasinya.
Sementara itu, pecalang korban penusukan, Putu Sunartawan, mengaku dirinya sudah diizinkan pulang dari perawatan di RS Sanglah, Denpasar. Dokter merekomendasikan untuk rawat jalan. “Saya hanya semalam dirawat di RS Sanglah. Keesokan harinya (Kamis) saya dibolehkan pulang. Ini masih dalam pemulihan,” tutur Sunartawan, Kamis malam.
Menurut Sunartawan, insiden penyerangan yang dilakukan tersangka Made Murdana begitu cepat. Dia belum sempat menyelamatkan diri, tersangka sudah berada di hadapannya dan melakukan pemukulan. Kemudian, pinggang kanannya ditusuk dengan taji.
Ditanya soal motif di balik penyerangan itu, korban Sunartawan mengaku tidak tahu. “Saya juga tidak tahu masalahnya apa? Saya tidak memiliki masalah pribadi dengan dia (tersangka Murdana). Tiba-tiba, dia datang dan menyerang saya di bale banjar,” papar Sunartawan.
Aksi penusukan korban Sunartawan sendiri terjadi di Bale Banjar Liligundi, Senin malam sekitar pukul 21.30 Wita. Kala itu, korban Sunartawan bersama beberapa pecalang lainnya sedang berkumpul di bale banjar untuk bersiap-siap melakukan patroli.
Tiba-tiba, tersangka Made Murdana menerobos masuk ke kerumunan pecalang seraya berteriak hendak mencari korban Putu Sunartawan. Tersangka kemudian berlari ke arah korban, lalu memukulinya dengan tangan kosong. Melihat aksi itu, para pecalang lainnya mundur, karena tersangka membawa taji (senjata sabung ayam) dan juga gagang kapak berbahan besi. *dar
1
2
Komentar