Epilepsi Kambuh, Teruna Lingsir Tewas Nyemplung ke Sumur
Saat berhasil dievakuasi dari sumur sedalam 14 meter, korban I Ketut Budi Ardika sebenarnya masih bernapas. Namun, teruna lingsir berusia 47 tahun ini dinyatakan meninggal saat tiba di RSUD Negara.
Musibah Maut Saat Timba Air dari Sumur di Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana
NEGARA, NusaBali
Kematian salahpati menimpa I Ketut Budi Ardika, 47, teruna lingsir (bujangan lapuk) asal Lingkungan Satria, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Kamis (14/1) pagi. Diduga penyakit ayan (epilepsi)-nya mendadak kambuh saast menimba air, korban pun tewas nyemplung ke sumur sedalam 14 meter di pekarangan rumahnya.
Tidak ada yang melihat secara langsung bagaimana peristiwa maut yang menimpa korban Ketut Budi Ardika. Tiba-tiba, teruna lingsir berusia 47 tahun ini ditemukan sudah berada di dalam sumur. Musibah ini pertama kali diketahui adik ipar korban, Ni Luh Putu Sri Wahyuni, 27, Kamis pagi sekitar pukul 09.15 Wita, karena mendengar suara benda jatuh dari arah sumur. Setelah dicek, ternyata korban sudah berada di sumur berkedalaman 14 meter.
Padahal, 15 menit sebelumnya, sekitar pukul 09.00 Wita, korban Budi Ardika yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan diketahui masih memberikan makan ternak dua ekor babi peliharannya, yang berada 5 meter di sebelah selatan sumur maut tersebut. Saksi Luh Putu Sri Wahyuni pun kaget melihat kakak iparnya yang membujang hingga usia 47 tahun ini berada di dalam sumur. Dalam kondisi panik, dia berteriak minta tolong.
Saat musibah terjadi, Sri Wahyuni berada di rumah bersama ibu mertuanya, Ni Nengah Weli, 71, yang merupakan ibu kandung korban Budi Ardika. Kala itu, Nengah Budi duduk di Bale Bengong dekat sumur, namun perempuan sepuh berusia 71 tahun ini tidak tahu apa yang terjadi. Perempuan sepuh yang menderita penyakit stroke ini hanya sempat mendengar korban menimba air di sumur, diperkirakan untuk mencuci tangan setelah memberi makan babinya.
Ibunda korban baru baru tahun anaknya yang membujang jatuh ke sumur, setelah sang menantu, Sri Wahyuni, berteriak histeris seraya minta pertolongan. “Tadi memang sempat ngasi makan babi, terus masuk ke dapur. Habis itu, barulah anak saya ke sumur, tapi tidak lihat sewaktu jatuh,” cerita Nengah Weli didampingi Sri Wahyuni.
Sementara, mendengar ada teriakan dari arah rumah korban Budi Ardika, warga sekitar kemarin pagi langsung berdatangan ke lokasi TKP. Demikian pula sejumlah petugas Sat Pol PP Jembrana terjun ke lokasi musibah, karena kebetulan lebih awal mendapat informasi.
Akhirnya, warga bersama petugas Sat Pol PP bahu membahu melakukan evakuasi korban Budi Ardika dari dalam sumur. Namun, proses evakuasi sempat terkendala karena korban tidak sadarkan diri di dalam sumur yang sempit. Setelah berkuatat selama hampir 15 menit, akhirnya korban berhasil diangkat dari sumur dengan menggunakan tali. Adalah tetangga korban, Suraji, 40, yang turun ke dalam sumur menggunakan bantuan tangga.
Ketika berhasil diangkat, korban Budi Ardika yang sudah sekarat dan langsung dilarikan ke UDG RSUD Negara menggunakan mobil Sat Pol PP Jembrana. Namun sayang, nyawanya tidak terselamatkan. Korban yang teruna lingsir ini dinyatakan sudah meninggal saaat tiba di RSUD Negara.
Jenazah korban pun langsung diserahkan kepada pihak keluarga, yang menolak dilakukan otopsi. Pasalnya, pihak keluarga sudah ikhlas dan yakin jika korban Budi Ardika jatuh ke dalam sumur murni kecelakaan karena penyakit epilespsi yang diderita sejak remaja mendadak kumat. “Memang penyakitnya sering kambuh-kambuhan. Tapi, biasanya sebentar, lalu sadar lagi,” tutur Nengah Weli.
Selanjutnya...
Komentar