Ribuan Hektare Tanaman Padi Diasuransikan
Sedikitnya 1.270, 62 hektare tanaman padi di Buleleng pada musim tanam April – September 2017, diasuransikan.
SINGARAJA, NusaBali
Jumlah tersebut dari 51 subak dan 2.255 KK petani yang tersebar di seluruh Buleleng. Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Swatantra, Senin (18/9), mengatakan, program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ini untuk mengurangi dan menekan kerugian para petani jika mengalami gagal panen. Jumlah lahan padi petani yang ikut asuransi di musim tanam kedua tahun 2017 ini memang berkurang dari musim tanam sebelumnya Oktober-Maret 2017, seluras 4.456 hektare.
Penurunan jumlah peserta AUTP di Buleleng setelah dipertimbangkan para petani dari potensi gagal panen yang akan terjadi. Pada musim tanam April –September 2017 potensi gagal panen sangat tipis, jika dilihat dari cuaca, yang menjadi faktor penyebab berkurangnya pengikut asuransi.
Dalam program AUTP, petani masih disubsidi oleh pemerintah. Bahkan menurut Swatantra, asuransi yang dibayarkan sangat murah. “Masih sama dengan tahun sebelumnya, satu kali panen petani membayar Rp 180.000, dari pemerintah disubsidi Rp 144.000 sehingga petani hanya membayar Rp 36.000,” ujar dia.
Asuransi padi, menurutnya, hanya boleh diikuti oleh petani yang memiliki luas lahan di bawah dua hectare. Mereka digolongkan sebagai petani menengah ke bawah dengan penghasilan pas-pasan. Petani akan mendapatkan tanggungan apabila lahan pertanian sawahnya mengalami gagal panen karena kekeringan, bencana banjir, maupun serangan dengan kerusakan 75 persen ke atas. Satu hektare lahan pertanian yang gagal panen akan ditanggung Rp 6 juta. Sehingga hal tersebut dapat mengurangi potensi kerugian besar terhadap petani kecil.
Keikutsertaan petani Buleleng dalam mengasuransikan padinya setiap tahun tetap ada. Meski di tahun ini belum ada klaim asuransi padi yang didapatkan oleh petani di Buleleng. Hal tersebut karena potensi gagal panen pada tanaman padi selalu ada, baik dari faktor cuaca, kekeringan maupun serangan hama.
Namun sebagian petani juga masih tabu untuk mengikuti asuransi tersebut. Seperti petani yang memiliki lahan dengan pasokan air yang melimpah dan sistem irigasi yang bagus, didominasi di kawasan dataran tinggi. Mereka pun masih nyaman dengan kesuburan tanah dan ancaman hama penyakit yang dapat meningkatkan produksi padi mereka menurun. “Program ini tetap kami sosialisasikan kepada petani, terutama petani kecil, sehingga mereka dapat lebih sejahtera meski mengalami gagal panen,” kata dia.*k23
Jumlah tersebut dari 51 subak dan 2.255 KK petani yang tersebar di seluruh Buleleng. Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Swatantra, Senin (18/9), mengatakan, program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ini untuk mengurangi dan menekan kerugian para petani jika mengalami gagal panen. Jumlah lahan padi petani yang ikut asuransi di musim tanam kedua tahun 2017 ini memang berkurang dari musim tanam sebelumnya Oktober-Maret 2017, seluras 4.456 hektare.
Penurunan jumlah peserta AUTP di Buleleng setelah dipertimbangkan para petani dari potensi gagal panen yang akan terjadi. Pada musim tanam April –September 2017 potensi gagal panen sangat tipis, jika dilihat dari cuaca, yang menjadi faktor penyebab berkurangnya pengikut asuransi.
Dalam program AUTP, petani masih disubsidi oleh pemerintah. Bahkan menurut Swatantra, asuransi yang dibayarkan sangat murah. “Masih sama dengan tahun sebelumnya, satu kali panen petani membayar Rp 180.000, dari pemerintah disubsidi Rp 144.000 sehingga petani hanya membayar Rp 36.000,” ujar dia.
Asuransi padi, menurutnya, hanya boleh diikuti oleh petani yang memiliki luas lahan di bawah dua hectare. Mereka digolongkan sebagai petani menengah ke bawah dengan penghasilan pas-pasan. Petani akan mendapatkan tanggungan apabila lahan pertanian sawahnya mengalami gagal panen karena kekeringan, bencana banjir, maupun serangan dengan kerusakan 75 persen ke atas. Satu hektare lahan pertanian yang gagal panen akan ditanggung Rp 6 juta. Sehingga hal tersebut dapat mengurangi potensi kerugian besar terhadap petani kecil.
Keikutsertaan petani Buleleng dalam mengasuransikan padinya setiap tahun tetap ada. Meski di tahun ini belum ada klaim asuransi padi yang didapatkan oleh petani di Buleleng. Hal tersebut karena potensi gagal panen pada tanaman padi selalu ada, baik dari faktor cuaca, kekeringan maupun serangan hama.
Namun sebagian petani juga masih tabu untuk mengikuti asuransi tersebut. Seperti petani yang memiliki lahan dengan pasokan air yang melimpah dan sistem irigasi yang bagus, didominasi di kawasan dataran tinggi. Mereka pun masih nyaman dengan kesuburan tanah dan ancaman hama penyakit yang dapat meningkatkan produksi padi mereka menurun. “Program ini tetap kami sosialisasikan kepada petani, terutama petani kecil, sehingga mereka dapat lebih sejahtera meski mengalami gagal panen,” kata dia.*k23
Komentar