Usaha Pariwisata di Buleleng Minim Sertifikasi
Usaha pariwisata di Buleleng masih minim sertifikasi.
SINGARAJA, NusaBali
Data di Dinas Pariwisata, hanya ada satu hotel yang sudah bersertifikasi yakni Hotel Matahari. Menindak lanjuti hal tersebut Dinas Pariwisata Buleleng mendorong puluhan usaha pariwisata untuk segera mengikuti sertifikasi.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna, Senin (18/9), mengatakan pihaknya saat ini sedang mendorong usaha pariwisata di Buleleng yakni hotel, villa, restauran, rumah makan, agen perjalanan wisata dan biro perjalanan wisata untuk mengikuti sertifikasi. Ada 37 usaha pariwisata bidang hotel dan restoran, Senin kemarin mengikuti sosialisasi tentang sertifikasi usaha pariwisata.
Pihaknya menjelaskan, sertifikasi tersebut sangat penting dimiliki pelaku usaha pariwisata. Tujuannya, untuk membangun kepercayaan pihak wisatawan. Selain itu, sertifikasi diamanatkan oleh peraturan pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang sertifikasi kompetensi dan sertifikasi usaha di bidang pariwisata.
“Ini (sertifikasi) sangat penting dalam persaingan pasar bebas. Kepercayaan wisatawan akan lahir saat mengetahui usaha pariwisata yang mereka kunjungi sudah bersertifikat. Sertifikasi juga menyatakan kualitas,” kata dia.
Dengan minimnya usaha pariwisata di Buleleng yang bersertifikasi, pihaknya pun terus mendorong untuk mewujudkan hal tersebut. Sehingga upaya untuk meningkatkan pariwisata di Buleleng sejalan dengan upaya dari pengusaha pariwisata.
Sertifikasi tersebut melibatkan lembaga dari PT Qis Certi Indonesia yang merupakan lembaga sertifikasi resmi yang ditunjuk Komite Akreditasi Nasional (KAN). Pembicara dari PT Qis, Jony S Salim mengatakan untuk mendapatkan sertifikasi, pengusaha pariwisata harus menyiapkan sejumlah persyaratan. Penilaiannya cukup kompleks, tidak hanya dari segi keamanan, pelestarian lingkungan hidup, sanitasi, juga kemandirian usaha pariwisata yang bersangkutan. “Sertifikasi ini merupakan persyaratan menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sehingga ke depannya usaha pariwisata di Indonesia tidak kalah dengan di Malaysia dan sekitarnya, karena sudah memiliki standar tersendiri,” kata dia. *k23
1
Komentar