Pendidikan Berspektif Hindu Mungkinkah?
Beberapa penelitian menunjukkan bukti tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya
Misalnya, kajian Trends International Mathematics Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa siswa Indonesia menduduki posisi 36 dari 49 negara lain dalam matematika, dan sains pada posisi 35, lebih rendah dari Jordania. Hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada intinya menyimpulkan bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia ada pada peringkat 48 dari 56, matematika pada posisi 50 dari 57, dan sains pada posisi 50 dari 57 negara lain. Demikian juga, hasil studi Progress In International Reading Literacy Study (PIRLS) melaporkan bahwa anak-anak kelas IV SD menduduki posisi 41 dari 45 negara lainnya dalam membaca. Kenapa bisa demikian?
Sesungguhnya, banyak faktor terkait dengan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Tetapi, bila menengok budaya pembelajaran antara ‘guru nabe dengan sisya’ dan praktik terbaik (best practices) yang terjadi dalam pasraman Hindu, maka harapan tertumpang pada filsafat pendidikan Hindu. Menurut Veda, sistem pendidikan menggambarkan lembaga pendidikan sebagai kula atau parivara yang artinya keluarga yang bertanggungjawab untuk melahirkan putra yang suputra, karena kelahiran dari ibu, dipandang lebih rendah dipandingkan lahir dari kandungan pendidikan sastra (sebagai dvija, yang lahir ke dua kali).
Tentang keakraban hubungan guru dan siswa sangat jelas digambarkan dalam mantra Atharvaveda (XI.3.5.3) yang menyatakan: àcàrya upanayamàno brahmacàrióàý kåóute garbhamantá, seorang guru menuntun dan menerima siswa (Brahmacàri) seperti seorang anak dan melindunginya seperti seorang wanita hamil yang melindungi bayinya di dalam kandungan. Mantra Atharvaveda Kàóða XI. Sùkta terdiri dari 26 mantra menguraikan hubungan yang demikian akrab antara seorang guru dengan para siswanya, ia melindungi dengan penuh kasih sayang, memberikan pendidikan utamanya moralitas serta melakukan latihan-latihan rohani, Sàdhana atau Tapabrata. Menurut mantra Atharvaveda tersebut, seorang guru bukanlah semata-mata hanya seorang tenaga pengajar, tetapi ia juga menjadi pendidik atau ayah dari para siswanya
Bawa Atmadja (2013) berpandangan bahwa pendidikan Hindu mengacu pada proses Dewanisasi Insani. Realitas ini disadari dalam Hindu dengan mengkaji masalah pendidikan sebagai suatu relatitas proses kemenjadian. Hindu menyebut pendidikan dengan istilah aguron-aguron atau asewakadharma. Bila dikaji makna pendidikan tersebut, maka ia mengandung arti mengantarkan seorang anak menuju ke tingkat dewasa atau kedewasaan. Kata dewasa setara maknanya dengan kata dewa atau devata yang artinya seorang itu dalam perilakunya sudah memiliki sifat-sifat kedewataan (daiwisampat), tidak sebaliknya dikuasai oleh sifat-sifat keraksasaan atau asurisampat. Gagasan ini bernuansa filosofis, sebab kandungannya tidak sekadar memenuhi hasrat ingin tahu tentang hakikat pendidikan, tetapi memuat pula cita-cita ideal tentang tujuan pendidikan, yaitu mewujudkan divine human. Secara ringkas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan dalam perspektif filsafat pendidikan Hindu merupakan proses men-dewatakan manusia atau dewatanisasi insani. Hal ini sekaligus mengandung makna upaya untuk mencegah kemunculan insan berkarakter raksasa.
Pemaknaan pendidikan sebagai dewatanisasi insani atau deraksasanisasi insani mencerminkan konsep oposisi biner (rwabhineda) dalam melihat eksistensi manusia. Gagasan ini berkaitan erat dengan pandangan Hindu tentang hakikat manusia, yakni secara substansial terdiri dari unsur tubuh, pancaindra, pikiran (manah), budi (budhi, kecerdasan), dan atman (rokh, spriton, kesadaran). Kepemilikan tubuh dan pancaindra memunculkan hasrat atau kama. Hasrat selalu berkecenderungan untuk menikmati sesuatu yang menyenangkan. Gagasan ini tidak jauh berbeda daripada gagasan Aristoteles tentang tujuan hidup manusia, yakni mencari nikmat dan menghindarkan rasa sakit. Semoga kearifan Hindu dapat memperbaiki kualitas pendidikan Hindu secara efektif dan efisien. *
1
Komentar