Desa Pakraman Besang Kawan Terima Penitipan Sapi
Pemkab Karangasem berupaya membeli ribuan hewan ternak milik pengungsi korban bencana Gunung Agung dengan harga yang pantas.
Bantu Pengungsi Korban Gunung Agung Hindari Jual Ternak Harga Murah
SEMARAPURA, NusaBali
Tiga krama Banjar Lebah, Desa Pakraman Besang Kawan Toh Jiwa, Kelurahan Semarapura Kaja, Kecamatan Klungkung merelakan lahannya untuk dijadikan tempat penampungan hewan ternak sapi secara gratis bagi pengungsi korban bencana Gunung Agung. Penyediaan lahan pengungsian hewan ini dilakukan demi melindungan para korban bencana Gunung Agung asal Karangasem dari serbuan pembeli sapi dengan harga murah.
Informasi penyediaan tempat pengungsian gratis hewan ternak sapi ini sempat menyebar dengan cepat melalui media sosial (medsos) Facebook, Instagram, dan lainnya, Sabtu (23/9). Informasi ini pun langsung direspons sejumlah pengungsi korban bencana Gunung Agung asal kawasan Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem dengan mengungsikan hewan ternak mereka ke Banjar Lebah, Desa Pakraman Besang Kawan Toh Jiwa.
Ada lahan seluas 20 are milik tiga krama di Banjar Lebah, Desa Pakraman Besang Kawan Toh Jiwa yang dijadikan tempat pengungsian ternak sapi secara gratis. Ini tak terlepas berkat upaya yang dilakukan milik Ipda I Ketut Merta, anggota kepolisian asal Karangasem yang kesehariannya berdinas di Polres Klungkung.
Data yang diperoleh NusaBali, para pengungsi asal Desa Sebudi, Kecamatan Selat mulai berdatangan membawa ternak sapinya untuk diunsikan ke Banjar Lebah, Desa Pakraman Besang Kawan Toh Jiwa, sejak Jumat (22/9) malam. Awalnya, hanya 10 ekor sapi yang diungsikan ke Banjar Lebah, Jumat malam. Namun, hingga keesokan harinya, Sabtu petang 18.00 Wita, jumlah ternak sapi yang diungsikan ke tempat gratis ini sudah mencapai 30 ekor.
Diprediksi, jumlah ternak sapi yang diungsikan ke Banjar Lebah akan semakin bertambah. Pasalnya, pengungsi korban Gunung Agung masih berupaya menjemput sapi-sapinya di Desa Sebudi. Hanya saja, mereka masih terkendala sulitnya mencari kendaraan Truk untuk mengangkut sapi-sapinya, mengingat Gunung Agung dalam status level IV (awas).
“Masih ada sekitar 80 ekor sapi yang tertinggal di Desa Sebudi. Saat ini, para pemiliknya masih berusaha mencari kendaraan Truk untuk mengangkut sapi,” ungkap salahs seorang pengungsi asal Desa Sebudi, I Made Suda, yang ikut mengungsikan sapinya ke Banjar Lebah, Desa Pakraman Besang Kawan Toh Jiwa.
Menurut Made Suda, dengan diberikan tempat penitipan ternak secara gratis ini, otomatis memberi angin segar bagi pengungsi bencana Gunung Agung. Pasalnya, sejak status Gunung Agung masih level III (siaga), para pembeli sapi dari luar daerah terus berdatangan. Mereka memanfaatkan kondisi kepanikan akibat situasi Gunung Agung untuk membeli sapi dengan harga murah.
Made Suda menyebutkan, beberapa warga sudah telanjur menjual sapinya dengan harga banting-bantingan. Bahkan, ada sapi yang dalam kondisi seharusnya berharga Rp 14 juta, ditawar pembeli sangat rendah sampai Rp 1 juta. “Saya sayang kalau menjual sapi dengan harga semurah itu,” cerita Made Suda yang memiliki 2 ekor sapi produktif dan 2 ekor godel (anak sapi).
Karena itu, Made Suda mengaku sangat bersyukur ada orang baik hati menyediakan tempat pengungsian sapi secara gratis di Banjar Lebah, Desa Pakraman Besang Kawan Toh Jiwa. Menurut Made Suda, semua berawal ketika dirinya dan sejumlah pengungsi yang ditampung di GOR Suwecapura, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung curhat dengan seorang anggota Polres Klungkung, Ipda I Ketut Merta, saat mereka bertemu di pengungsian, Kamis (21/9) lalu.
Gayung pun bersambut, Ipda Ketut Merta, polisi asal Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem berusaha mencarikan alternatif tempat penitipan sapi. Ipda Ketut Merta akhirnya berkoordinasi dengan warga di wilayah Banjar Lebah, Desa Pakraman Besang Kawan Toh Jiwa. Kebetulan, ada beberapa warga yang memiliki tegalan kosong dan bisa untuk menampung ternak sapi. “Kami berterimakasih diberikan tempat untuk hewan ternak,” kenang Made Suda.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Sabtu siang, Kelian Banjar Lebah, Desa Pakraman Besang Kawan Toh Jiwa, Nyoman Suardika, membenarkan ada tiga warganya yang memiliki lahan tegalan dengan sukarela tegalannya dijadikan tempat penitipan ternak sapi pengungsi bencana Gunung Agung. “Lokasinya di tiga tempat berbeda, total luas lahan tegalan itu mencapai 20 are,” jelas Nyoman Suardika.
Menurut Suardika, pihaknya berharap lewat langkah ini, bisa meringankan beban penungsi korban bencana Gunung Agung, hingga mereka terhindar dari tindakan jual sapi murah-murah. Untuk penyediaan pakan dan perawatan sapi di pengungsian ini, kata Suardika, tetap dilakukan pemilikmua dengan mencari pakan di areal Banjar Lebah. Pengawasan juga tetap dilakukan supaya sapi yang dititipkan tersebut tidak sampai hilang.
Sementara itu, Pemkab Karangasem upayakan untuk membeli ribuan hewan ternak milik pengungsi korban bencana Gunung Agung, agar tidak dijual dengan harga murah oleh pemiliknya. "Kami sedang upayakan hewan ternak milik masyarakat yang mengungsi dibeli pemerintah dengan harga yang pantas,” ujar Bupati Karangasem, I Gustu Ayu Mas Sumantri, Minggu (24/9).
Menurut Mas Sumatri, selama ini masyarakat panik dengan kondisi hewan ternaknya yang ditinggal mengungsi. Pemilik ternak pun pilih menjual hewan peliharaannya, walau dengan harga yang sangat murah.
Mas Sumantri menegaskan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan TNI/Polri dan BPBD untuk membantu masyarakat evakuasi ternaknya, sejak Sabtu. Untuk alokasi dana membeli hewan ternak milik warga yang mengungsi, kata dia, bersumber dari anggaran pemerintah daerah dan dibantu Pemprov Bali.
"Total alokasi anggarannya belum bisa menjelaskan secara rinci," katanya dikutp Antara kemarin. "Bila memang memerlukan anggaran sangat banyak, kami akan upayakan untuk membeli semua hewan ternak milik warga yang mengungsi," tegas Bupati Wanita Pertama di Karangasem ini.
Pemkab Karangasem dibantu relawan untuk mengevakuasi hewan ternak milik warga yang mengungsi ke tempat aman dan sekaligus bantu menjualnya dengan harga pantas. Pemkab Karangasem sendiri sempat membeli puluhan ribu ekor ayam petelor yang ditinggal pemiliknya mengungsi, dengan harga yang kompetitif dan kemudian dimanfaatkan untuk konsumsi lauk pauk di pengungsian. "Kami membeli ayam milik peternak yang ditinggal mengungsi ini, sebagai asupan nutrisi para peng-ungsi," katanya. *wa,k16
Komentar