Warga Mengungsi, Puluhan Sekolah Libur
Para siswa di tempat pengungsian dapat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah terdekat lokasi pengungsian.
DENPASAR, NusaBali
Bersamaan dengan peningkatan status gunung berapi dengan ketinggian 3.143 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dari status Siaga (level III) ke Awas (level IV), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karangasem, melalui Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga setempat sejak, Jumat (22/9) pagi telah menghentikan proses belajar mengajar di 36 sekolah di enam desa yang masuk daerah rawan bencana atau terdampak dari kemungkinan erupsi.
Menghentikan sementara proses belajar mengajar hingga dalam batas waktu yang tidak ditentukan," ujar Kepala Disdikpora Karangsem, I Gusti Ngurah Kartika. Sejak peningkatan status, arus pengungsi terus mengalir ke berbagai tempat yang aman di Kabupaten Karangasem serta enam kabupaten terdekat, yakni Buleleng, Klungkung, Bangli, Gianyar, Tabanan, dan Kota Denpasar hingga Jumat (22/9) malam.
Sekolah yang dihentikan proses belajar mengajarnya itu, sebagian besar sekolah dasar tersebar di enam desa dan satu unit SMP. Para murid dan siswa di tempat pengungsian dapat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah terdekat.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga telah menginstruksikan bahwa sekolah di tempat pengungsian jika tidak mampu menampung murid dapat menerapkan kelas ganda. Dengan demikian, anak-anak sekolah di tempat pengungsian tetap dapat melaksanakan proses belajar mengajar.
Sekolah yang dihentikan aktivitas proses belajar mengajar itu, di Desa Ban, Kecamatan Kubu delapan unit, Desa Buana Giri, Bebandem tujuh unit, Desa Jungutan, Bebandem enam unit, Desa Besakih, Kecamatan Rendang enam unit, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu empat unit, dan Desa Sebudi, Kecamatan Selat empat unit.
Ngurah Kartika menambahkan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan kepala sekolah di sekitar tempat penampungan sementara untuk menerima murid yang mengungsi dengan menggunakan kelas ganda. Siswa dari kalangan pengungsi agar datang ke sekolah terdekat tempat tinggalnya sementara, meskipun tanpa mengenakan seragam sekolah atau tidak membawa buku.
Di hadapan anak-anak dan keluarga yang mengungsi di Balai Banjar Sanggam, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sideman, ia mengungkapkan sedapat mungkin mengupayakan agar tidak ada siswa yang terbengkalai kelangsungan pendidikannya, mengingat mereka yang Kelas VI SD dan Kelas IX SMP segera akan menghadapi ujian. Meskipun secara resmi 36 sekolah itu ditutup, sebenarnya sejak Selasa (19/9) sudah tidak melakukan proses belajar mengajar dengan baik akibat terganggunya aktivitas kegempaan Gunung Agung makin meningkat.
Seperti diberitakan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas), mulai Jumat (22/9) malam. Dengan peningkatan status itu maka wilayah steril yang semula radius enam kilometer dari puncak gunung diperluas menjadi sembilan kilometer, serta ditambah perluasan wilayah sektoral yang semula 7,5 kilometer menjadi 12 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara, dan selatan-baratdaya.
Dengan demikian seluruh desa di lereng gunung yang berbahaya itu telah dikosongkan dan masyarakatnya dievakuasi sejak Jumat (22/9), pukul 20.30 Wita. Selain itu, tutur Kepala PVMBG Kasbani, tidak boleh ada wisatawan atau aktivitas masyarakat di dalam radius yang telah ditetapkan itu, guna mengantisipasi hal-hal terburuk yang kemungkinan bisa terjadi. *ant
1
Komentar