Dokter Spesialis Terjun ke Posko Pengungsi
Terpenting, bimbingan dari dokter psikolog, karena para pengungsi perlu pendampingan. Beban psikologis pengungsi pasti tinggi.
GIANYAR, NusaBali
Pos Kesehatan pada Posko Pengungsian di Lapangan Sutasoma Sukawati, Gianyar, dilengkapi dokter spesialis. Mereka di antaranya, dokter penyakit dalam, psikolog, jiwa, dan spesialis gigi.
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Gianyar dr IA Cahyani Widyawati Mkes mengatakan keberadaan dokter spesialis ini sebagai upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi pengungsi. “Terpenting, keberadaan dokter yang psikolog, karena para pengungsi ini perlu pendampingan. Beban psikologis pengungsi pasti tinggi,” jelasnya.
Selain dokter spesalis, posko juga dilengkapi dengan mobil ambulans. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada warga pengungsi yang harus dirujuk ke rumah sakit. “Petugas kesehatan juga kami sebar untuk mengecek kesehatan para pengungsi yang tercecer di rumah penduduk,” jelasnya.
Hingga Senin kemarin, jelas Cahyani, dari perkiraan total pengungsi di Gianyar yang mencapai 5.468 orang, 40 persen di antaranya memerlukan perawatan. “Kami pastikan seluruh pengungsi sudah diperiksa kesehatannya sebelum menetap. Dari keseluruhan, kami perkirakan 40 persen di antaranya mendapatkan penanganan dan pemberian obat,” jelasnya. Dominan, sakit yang dialami para pengungsi adalah ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). “Lazimnya, para pengungsi akan kena diare. Tapi jika kebersihan kita jaga, maka penyakit ini bisa dihindari. Maka itu kami atensi betul kebersihan dapur dan lingkungan posko,” jelasnya.
Jumlah bayi yang mengungsi di Kabupaten Gianyar, per Senin kemarin, tercatat 22 orang. “Bayi ini masih tersebar di tujuh kecamatan. Sedangkan di Lapangan Sutasoma Sukawati ada empat bayi,” jelasnya.
Cahyani mengakui kesehatan ibu dan bayi ini paling rawan di tenda pengungsian. Maka itu, pihaknya menyediakan ruang khusus. “Bagi yang tinggal di rumah penduduk kami pastikan tempatnya nyaman. Sedangkan yang di posko, ditempatkan dalam satu blok. Jadi tidak campur dengan pengungsi lain. Disini mereka diawasi khusus langsung oleh ahli gizi,” terangnya.
Selain bayi, pihaknya juga mendata jumlah ibu hamil dan melahirkan. “Sementara, dari laporan ada tiga ibu hamil. Satu sudah melahirkan kemarin, dua masih dalam proses lahir,” jelasnya. Terkait layanan kesehatan, para pengungsi yang sakit, sementara waktu masih dibebaskan dari segala bentuk biaya. “Tapi yang sudah punya BPJS, kita pakai itu,” jelasnya.
Dirut RS Sanjiwani dr Ida Komang Upeksa mengatakan saat ini pihaknya menerima enam pasien rawat inap dan delapan pasien rawat jalan, dari kalangan pengungsisi. “Yang rawat inap, perlu penanganan khusus. Di antaranya ada yang melahirkan, TBC, Flu Singapur, kurang gizi, dan satu ibu hamil mengalami pecah ketuban dini dengan usia kandungan 28 minggu. Itu sedang dalam perawatan khusus, sekarang kondisinya sehat,” jelasnya.*nvi
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Gianyar dr IA Cahyani Widyawati Mkes mengatakan keberadaan dokter spesialis ini sebagai upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi pengungsi. “Terpenting, keberadaan dokter yang psikolog, karena para pengungsi ini perlu pendampingan. Beban psikologis pengungsi pasti tinggi,” jelasnya.
Selain dokter spesalis, posko juga dilengkapi dengan mobil ambulans. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada warga pengungsi yang harus dirujuk ke rumah sakit. “Petugas kesehatan juga kami sebar untuk mengecek kesehatan para pengungsi yang tercecer di rumah penduduk,” jelasnya.
Hingga Senin kemarin, jelas Cahyani, dari perkiraan total pengungsi di Gianyar yang mencapai 5.468 orang, 40 persen di antaranya memerlukan perawatan. “Kami pastikan seluruh pengungsi sudah diperiksa kesehatannya sebelum menetap. Dari keseluruhan, kami perkirakan 40 persen di antaranya mendapatkan penanganan dan pemberian obat,” jelasnya. Dominan, sakit yang dialami para pengungsi adalah ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). “Lazimnya, para pengungsi akan kena diare. Tapi jika kebersihan kita jaga, maka penyakit ini bisa dihindari. Maka itu kami atensi betul kebersihan dapur dan lingkungan posko,” jelasnya.
Jumlah bayi yang mengungsi di Kabupaten Gianyar, per Senin kemarin, tercatat 22 orang. “Bayi ini masih tersebar di tujuh kecamatan. Sedangkan di Lapangan Sutasoma Sukawati ada empat bayi,” jelasnya.
Cahyani mengakui kesehatan ibu dan bayi ini paling rawan di tenda pengungsian. Maka itu, pihaknya menyediakan ruang khusus. “Bagi yang tinggal di rumah penduduk kami pastikan tempatnya nyaman. Sedangkan yang di posko, ditempatkan dalam satu blok. Jadi tidak campur dengan pengungsi lain. Disini mereka diawasi khusus langsung oleh ahli gizi,” terangnya.
Selain bayi, pihaknya juga mendata jumlah ibu hamil dan melahirkan. “Sementara, dari laporan ada tiga ibu hamil. Satu sudah melahirkan kemarin, dua masih dalam proses lahir,” jelasnya. Terkait layanan kesehatan, para pengungsi yang sakit, sementara waktu masih dibebaskan dari segala bentuk biaya. “Tapi yang sudah punya BPJS, kita pakai itu,” jelasnya.
Dirut RS Sanjiwani dr Ida Komang Upeksa mengatakan saat ini pihaknya menerima enam pasien rawat inap dan delapan pasien rawat jalan, dari kalangan pengungsisi. “Yang rawat inap, perlu penanganan khusus. Di antaranya ada yang melahirkan, TBC, Flu Singapur, kurang gizi, dan satu ibu hamil mengalami pecah ketuban dini dengan usia kandungan 28 minggu. Itu sedang dalam perawatan khusus, sekarang kondisinya sehat,” jelasnya.*nvi
Komentar