Tak Betah di Pengungsian Dadong Ribek Meninggal
Seorang pengungsi asal Desa Temega, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, Ni Nengah Ribek, 69, meninggal dunia saat tiba di IGD RSUP Sanglah, Denpasar, Rabu (27/9) pukul 17.58 Wita.
DENPASAR, NusaBali
Dadong kelahiran 1948 itu, diungsikan ke rumah keluarga di Banjar Kancil, Kerobokan, Badung sejak ditetapkan status Awas Gunung Agung.
Menurut cucu korban, I Wayan Sudiarsa, sang nenek sepertinya kaget, karena baru pertama kali diungsikan keluarga. Sebab, saat Gunung Agung meletus tahun 1963, neneknya tidak mengungsi kala itu. “Kalau dulu nenek tidak mengungsi. Makanya saat kami mau ungsikan, nenek kaget. Kar kije ne, odah sing nyak. (Mau kemana ini, nenek tidak mau, red),” tutur Sudiarsa menirukan kata neneknya.
Selama di pengungsian, Dadong Ribek mengaku tidak betah sehingga tidak seperti di rumah tanah kelahiran yang masih energik. Semenjak pindah tempat tinggal, dia sering lemas, dan nafsu makan menurun. Padahal jika di rumah, kondisinya sangat sehat. “Kalau makan mau dadong, tapi sedikit-sedikit. Kadang minta susu, tapi sering minta kopi. Sering lemas. Selama ngungsi, dadong sudah ngiah-ngiuh paling (tidak tenang, red), pengen pulang ke kampung halaman,” tuturnya.
Puncaknya, sore kemarin, Dadong Ribek setelah makan dan diberi minum susu, tubuhnya tiba-tiba bergejolak. Keluarga yang panik, langsung melarikan Dadong Ribek ke RSUP Sanglah menggunakan angkot. Namun sayang, sesampainya di IGD, tim medis menyatakan Dadong Ribek telah meninggal dunia.
Disinggung terkiat upacara terhadap jenazah Dadong Ribek, hingga saat ini pihak keluarga masih rembug. Sehingga untuk sementara ini, kemungkinan jenazah akan dititipkan terlebih dahulu di RSUP Sanglah. *in
Menurut cucu korban, I Wayan Sudiarsa, sang nenek sepertinya kaget, karena baru pertama kali diungsikan keluarga. Sebab, saat Gunung Agung meletus tahun 1963, neneknya tidak mengungsi kala itu. “Kalau dulu nenek tidak mengungsi. Makanya saat kami mau ungsikan, nenek kaget. Kar kije ne, odah sing nyak. (Mau kemana ini, nenek tidak mau, red),” tutur Sudiarsa menirukan kata neneknya.
Selama di pengungsian, Dadong Ribek mengaku tidak betah sehingga tidak seperti di rumah tanah kelahiran yang masih energik. Semenjak pindah tempat tinggal, dia sering lemas, dan nafsu makan menurun. Padahal jika di rumah, kondisinya sangat sehat. “Kalau makan mau dadong, tapi sedikit-sedikit. Kadang minta susu, tapi sering minta kopi. Sering lemas. Selama ngungsi, dadong sudah ngiah-ngiuh paling (tidak tenang, red), pengen pulang ke kampung halaman,” tuturnya.
Puncaknya, sore kemarin, Dadong Ribek setelah makan dan diberi minum susu, tubuhnya tiba-tiba bergejolak. Keluarga yang panik, langsung melarikan Dadong Ribek ke RSUP Sanglah menggunakan angkot. Namun sayang, sesampainya di IGD, tim medis menyatakan Dadong Ribek telah meninggal dunia.
Disinggung terkiat upacara terhadap jenazah Dadong Ribek, hingga saat ini pihak keluarga masih rembug. Sehingga untuk sementara ini, kemungkinan jenazah akan dititipkan terlebih dahulu di RSUP Sanglah. *in
Komentar