Beda Kurikulum, PBM Jalan Terus
Siswa kelas IX SMPN 1 Bangli belajar berdesakan akibat tambahan siswa baru.
BANGLI, NusaBali
Siswa kelas IX di SMPN 1 Bangli belajar berdesakan menyusul ada tambahan siswa pengungsi. Meski berdesakan, proses belajar mengajar tetap terlaksana. Kendala lainnya, siswa pengungsi harus beradaptasi karena di SMPN 1 Bangli yang menerapkan kurikulum 2013. Sementara di sekolah asal siswa para pengungsi menggunakan kurikulum 2006. Meski beda penggunaan kurikulum, proses belajar mengajar (PBM) jalan terus.
Kepala SMP Negeri 1 Bangli, I Wayan Widiana Sandhi mengaku masih menunggu petunjuk dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli untuk penyesuaian kurikulum. Dikatakan, SMPN 1 Bangli telah menerima 78 siswa. Seluruh siswa pengungsi itu telah mengikuti proses belajar mengajar. “Masalah kurikulum kami kesampingkan dulu. Terpenting mereka bisa sekolah. Sesuai instruksi, kami terima siswa yang mendaftar tanpa membedakan kurikulum,” terang Widiana Sandhi, Jumat (29/9).
Widiana Sandhi mengungkapkan, khusus di kelas IX, siswa belajar berdesakan mengingat dari awal merupakan kelas gemuk. Apalagi ada tambahan siswa pengungsi maka belajar jadi berhimpitan. SMPN 1 Bangli menyiasati dengan menggunakan kursi lipat agar bisa menampung seluruh siswa. Para guru juga dioptimalkan dalam pembelajaran, pemberian materi, dan melakukan pengawasan.
Terpisah, Kepala Bidang Pendidikan Dasar SD, SMP, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli, I Wayan Danta Hariyana mengaku masih berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali menyangkut perbedaan kurikulum. Danta Hariyana punya rencana buka kelas khusus bagi pengungsi. Jika jumlah siswa makin banyak, layak untuk dibuka kelas baru. Jika jumlah siswa pengungsi hanya beberapa orang, maka kegiatan pembelajaran diarahkan di sekolah terdekat.
Danta Hariyana menambahkan, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Bangli masih melakukan pendataan jumlah siswa pengungsi. Jika sudah ada titik fokus pengungsian, kemungkinan kelas baru bisa dibuka. Diterangkan, sampai Jumat kemarin, siswa SD sebanyak 897 siswa, SMP 434 siswa, SMA 86 siswa, dan SMK 43 siswa. Dikatakan, di Kabupaten Bangli sudah ada 18 sekolah menerapkan kurikulum 2013. *e
Siswa kelas IX di SMPN 1 Bangli belajar berdesakan menyusul ada tambahan siswa pengungsi. Meski berdesakan, proses belajar mengajar tetap terlaksana. Kendala lainnya, siswa pengungsi harus beradaptasi karena di SMPN 1 Bangli yang menerapkan kurikulum 2013. Sementara di sekolah asal siswa para pengungsi menggunakan kurikulum 2006. Meski beda penggunaan kurikulum, proses belajar mengajar (PBM) jalan terus.
Kepala SMP Negeri 1 Bangli, I Wayan Widiana Sandhi mengaku masih menunggu petunjuk dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli untuk penyesuaian kurikulum. Dikatakan, SMPN 1 Bangli telah menerima 78 siswa. Seluruh siswa pengungsi itu telah mengikuti proses belajar mengajar. “Masalah kurikulum kami kesampingkan dulu. Terpenting mereka bisa sekolah. Sesuai instruksi, kami terima siswa yang mendaftar tanpa membedakan kurikulum,” terang Widiana Sandhi, Jumat (29/9).
Widiana Sandhi mengungkapkan, khusus di kelas IX, siswa belajar berdesakan mengingat dari awal merupakan kelas gemuk. Apalagi ada tambahan siswa pengungsi maka belajar jadi berhimpitan. SMPN 1 Bangli menyiasati dengan menggunakan kursi lipat agar bisa menampung seluruh siswa. Para guru juga dioptimalkan dalam pembelajaran, pemberian materi, dan melakukan pengawasan.
Terpisah, Kepala Bidang Pendidikan Dasar SD, SMP, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli, I Wayan Danta Hariyana mengaku masih berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali menyangkut perbedaan kurikulum. Danta Hariyana punya rencana buka kelas khusus bagi pengungsi. Jika jumlah siswa makin banyak, layak untuk dibuka kelas baru. Jika jumlah siswa pengungsi hanya beberapa orang, maka kegiatan pembelajaran diarahkan di sekolah terdekat.
Danta Hariyana menambahkan, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Bangli masih melakukan pendataan jumlah siswa pengungsi. Jika sudah ada titik fokus pengungsian, kemungkinan kelas baru bisa dibuka. Diterangkan, sampai Jumat kemarin, siswa SD sebanyak 897 siswa, SMP 434 siswa, SMA 86 siswa, dan SMK 43 siswa. Dikatakan, di Kabupaten Bangli sudah ada 18 sekolah menerapkan kurikulum 2013. *e
1
Komentar