Pengungsi dari 51 Desa Akan Dipulangkan
Gubernur Pastika tegaskan hanya warga dari 27 desa di KRB III dan KRB II yang wajib mengungsi
Kawah Gunung Agung Keluarkan Asap Putih Pertanda Siap Meletus
AMLAPURA, NusaBali
Inilah keputusan yang diambil Gubernur Made Mangku Pastika terkait melubernya pengungsi korban bencana Gunung Agung ke sembilan kabupaten/kota se-Bali. Pengungsi dari 51 desa di Karangasem akan dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Sedangkan yang wajib mengungsi hanya warga dari 27 desa dari wilayah KRB (Kawasan Rawan Bencana) III dan KRB II.
Penegasan ini disampaikan Gubernur Pastika saat melakukan sosialisasi hasil rapat koordinasi kesiapsiagaan bencana Gunung Agung di ruang rapat Posko Induk Pelabuhan Tanah Ampo, Desa Ulakan, Kecamatan, Jumat (29/9). Gubernur Pastika menyebutkan, jumlah pengungsi dari hasil pemetaan sebelumnya diperkirakan hanya mencapai 70.000 jiwa. Mereka berada di desa-desa KRB III dan KRB II.
Namun faktanya, hingga Jumat (29/9) jumlah pengungsi asal Karangasem yang tersebar di 9 kabupaten/kota se-Bali jumlahnya mencapai 144.389 jiwa. Pemerintah pun kembali melakukan evaluasi agar di tahapan rekonsiliasi, sudah ada validasi data pengungsi akurat yang kemudian akan mendapatkan penanganan secara berkelanjutan.
Berdasarkan evaluasi tersebut, hanya 27 desa yang berada di wilayah KRB II dan KRB III yang dinyatakan wajib mengungsi dan harus segera mengosongkan tempat tinggalnya. Sedangkan pengungsi dari 51 desa lainnya akan dipulangkan ke rumahnya masing-masing.
"Yang wajib mengungsi adalah mereka yang berada di KRB III dan KRB II, jumlahnya diperkirakan sekitar 70.000 orang. Mereka sudah harus mengosongkan tempat tinggalnya. Jika saat ini terdapat lebih dari 140.000 pengungsi, itu berarti ada warga yang berada di kawasan aman yang ikut mengungsi,” tegas Pastika. “Jadi, ada 51 desa yang warganya akan dipulangkan ke rumah masing-masing, karena tidak ada alasan bagi mereka untuk mengungsi,” lanjut Gubernur yang setiap hari terjun ke lokasi pengungsian.
Pastika menyebutkan, pemerintah akan menyiapkan segala fasilitas yang diperlukan untuk memulangkan para pengungsi dari 51 desa di luar KRB III dan KRB II tersebut. Pastika menjamin warga bersangkutan aman di tempat tinggalnya. Mereka diberi waktu seminggu ke depan untuk pulang ke desanya masing-masing.
“Pada tahapan rekonsiliasi setelah tahap evakuasi, seharusnya kita sudah memiliki validasi data pengungsi. Untuk itu, saya kasi waktu seminggu untuk memulangkan mereka. Saya jamin warga aman. Kalaupun Gunung Agung meletus, mereka hanya terkena dampak abu vulkanik, dan lahar dingin hanya terjadi jika saat letusan dibarengi hujan. Saat letusan, kita akan tetap lakukan pengamanan,” tandas mantan Kapolda Bali dan Kalakhar BNN ini.
Sedangkan para pengungsi dari 27 desa KRB III dan KRB II, kata Pastika, nantinya akan ditampung di posko-posko yang memanfaatkan wantilan, bale banjar, kantor desa, gedung serba guna, maupun gedung olahraga (GOR) yang sepenuhnya berada di wilayah Kabupaten Karangasem. Hal ini untuk mempermudah koordinasi dan penyaluran logistik.
“Dan, yang terpenting demi kenyamanan warga pengungsi. Bayangkan, bagaimana kondisi mereka jika harus berada di tenda pengungsian dalam jangka waktu lama, bagaimana kesehatan mereka? Saat siang panas dan berdebu, saat hujan ya kebanjiran. Nah, jika sudah di wantilan, mereka akan lebih nyaman. Pemilik wantilan harus siap dan bersedia menerima. Nanti akan disiapkan fasilitasnya, kita akan sediakan tandon air dan sebagainya,” papar Pastika yang kemarin didampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Wagub Bali Ketut Sudikerta, dan Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri.
Dari 27 desa KRB III ddan KRB III yang wajib mengungsi, 7 di antaranya berada di Kecamatan Kubu, yakni Desa Tulamben, Desa Kubu, Desa Dukuh, Desa Baturinggit, Desa Sukadana, Desa Ban, dan Desa Tianyar. Sementara 5 desa berada di Kecamatan Abang, yakni Desa Pidpid, Desa Nawekerti, Desa Kesimpar, Desa Datah, dan Desa Ababi. Sedangkan 5 di berada di Kecamatan Selat, Desa Duda Utara, Desa Amerta Bhuana, Desa Sebudi, Desa Peringsari, dan Desa Muncan.
Selanjutnya, 3 desa di Kecamatan Karangasem (sebagian Kelurahan Padangkerta, sebagian Kelurahan Subagan, sebagian Kelurahan Karangasem), 4 desa di Kecamatan Bebandem (Desa Buwana Giri, Desa Budekeling, Desa Bebandem, Desa Jungutan), serta 3 desa di Kecamatan Rendang (Desa Besakih, Desa Menanga, dan Desa Pempatan).
Pada bagian lain, Pastika juga menyoroti keberadaan para Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkab Karangasem, yang diinstruksikan untuk segera kembali ke posnya masing-masing dan mulai beraktivitas seperti biasa guna memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Kepada Bupati, tolong beri tindakan tegas jika masih ada yang tidak melaksanakan tugas. Mereka harus tetap memberikan pelayanan, karena seperti hasil koordinasi, Kota Amlapura termasuk kawasan aman.”
Sementara itu, asap putih cukup tinggi di puncak Gunung Agung terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Agung, sejak Jumat pagi. Berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, asap putih keluar dari kawah Gunung Agung sejak pukul 00.00 Wita. Asap tersebut berintensitas tinggi hingga tipis dengan ketinggian 50-200 meter dari kawah Gunung Agung.
Keluarnya asap ini membuat PVMBG mengeluarkan Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) berwarna oranye. VONA tersebut sebagai rekomendasi untuk pesawat-pesawat agar terbang menjauhi area Gunung Agung. Berdasarkan VONA tersebut, asap putih teramati setinggi 100 meter dari kawah dan mengarah ke barat mengikuti angin. Namun, tidak teramati adanya material vulkanik selain asap tersebut.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika, menyatakan Gunung Agung sudah menunjukkan tanda-tanda kritis yang mengarah ke persiapan untuk meletus. "Gempa vulkanik dangkalnya juga meningkat, sekarang masih 300-an. Artinya, Gunung Agung kritis dan sudah siap meletus," ujar Suantika dilansir detikcom Pos Pengamatan Gunung Agung kawsasan Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat kemarin.
Indikasi untuk menyimpulkan hal tersebut, kata Suantika, berasal dari retakan di kawah yang terus melebar dan asap putih dari hotspot yang menebal dan semakin tinggi. Jika asap berubah warna semakin gelap, maka Gunung Agung segera akan meletus. "Asap itu awalnya tipis, sekarang makin tebal.” *k16
AMLAPURA, NusaBali
Inilah keputusan yang diambil Gubernur Made Mangku Pastika terkait melubernya pengungsi korban bencana Gunung Agung ke sembilan kabupaten/kota se-Bali. Pengungsi dari 51 desa di Karangasem akan dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Sedangkan yang wajib mengungsi hanya warga dari 27 desa dari wilayah KRB (Kawasan Rawan Bencana) III dan KRB II.
Penegasan ini disampaikan Gubernur Pastika saat melakukan sosialisasi hasil rapat koordinasi kesiapsiagaan bencana Gunung Agung di ruang rapat Posko Induk Pelabuhan Tanah Ampo, Desa Ulakan, Kecamatan, Jumat (29/9). Gubernur Pastika menyebutkan, jumlah pengungsi dari hasil pemetaan sebelumnya diperkirakan hanya mencapai 70.000 jiwa. Mereka berada di desa-desa KRB III dan KRB II.
Namun faktanya, hingga Jumat (29/9) jumlah pengungsi asal Karangasem yang tersebar di 9 kabupaten/kota se-Bali jumlahnya mencapai 144.389 jiwa. Pemerintah pun kembali melakukan evaluasi agar di tahapan rekonsiliasi, sudah ada validasi data pengungsi akurat yang kemudian akan mendapatkan penanganan secara berkelanjutan.
Berdasarkan evaluasi tersebut, hanya 27 desa yang berada di wilayah KRB II dan KRB III yang dinyatakan wajib mengungsi dan harus segera mengosongkan tempat tinggalnya. Sedangkan pengungsi dari 51 desa lainnya akan dipulangkan ke rumahnya masing-masing.
"Yang wajib mengungsi adalah mereka yang berada di KRB III dan KRB II, jumlahnya diperkirakan sekitar 70.000 orang. Mereka sudah harus mengosongkan tempat tinggalnya. Jika saat ini terdapat lebih dari 140.000 pengungsi, itu berarti ada warga yang berada di kawasan aman yang ikut mengungsi,” tegas Pastika. “Jadi, ada 51 desa yang warganya akan dipulangkan ke rumah masing-masing, karena tidak ada alasan bagi mereka untuk mengungsi,” lanjut Gubernur yang setiap hari terjun ke lokasi pengungsian.
Pastika menyebutkan, pemerintah akan menyiapkan segala fasilitas yang diperlukan untuk memulangkan para pengungsi dari 51 desa di luar KRB III dan KRB II tersebut. Pastika menjamin warga bersangkutan aman di tempat tinggalnya. Mereka diberi waktu seminggu ke depan untuk pulang ke desanya masing-masing.
“Pada tahapan rekonsiliasi setelah tahap evakuasi, seharusnya kita sudah memiliki validasi data pengungsi. Untuk itu, saya kasi waktu seminggu untuk memulangkan mereka. Saya jamin warga aman. Kalaupun Gunung Agung meletus, mereka hanya terkena dampak abu vulkanik, dan lahar dingin hanya terjadi jika saat letusan dibarengi hujan. Saat letusan, kita akan tetap lakukan pengamanan,” tandas mantan Kapolda Bali dan Kalakhar BNN ini.
Sedangkan para pengungsi dari 27 desa KRB III dan KRB II, kata Pastika, nantinya akan ditampung di posko-posko yang memanfaatkan wantilan, bale banjar, kantor desa, gedung serba guna, maupun gedung olahraga (GOR) yang sepenuhnya berada di wilayah Kabupaten Karangasem. Hal ini untuk mempermudah koordinasi dan penyaluran logistik.
“Dan, yang terpenting demi kenyamanan warga pengungsi. Bayangkan, bagaimana kondisi mereka jika harus berada di tenda pengungsian dalam jangka waktu lama, bagaimana kesehatan mereka? Saat siang panas dan berdebu, saat hujan ya kebanjiran. Nah, jika sudah di wantilan, mereka akan lebih nyaman. Pemilik wantilan harus siap dan bersedia menerima. Nanti akan disiapkan fasilitasnya, kita akan sediakan tandon air dan sebagainya,” papar Pastika yang kemarin didampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Wagub Bali Ketut Sudikerta, dan Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri.
Dari 27 desa KRB III ddan KRB III yang wajib mengungsi, 7 di antaranya berada di Kecamatan Kubu, yakni Desa Tulamben, Desa Kubu, Desa Dukuh, Desa Baturinggit, Desa Sukadana, Desa Ban, dan Desa Tianyar. Sementara 5 desa berada di Kecamatan Abang, yakni Desa Pidpid, Desa Nawekerti, Desa Kesimpar, Desa Datah, dan Desa Ababi. Sedangkan 5 di berada di Kecamatan Selat, Desa Duda Utara, Desa Amerta Bhuana, Desa Sebudi, Desa Peringsari, dan Desa Muncan.
Selanjutnya, 3 desa di Kecamatan Karangasem (sebagian Kelurahan Padangkerta, sebagian Kelurahan Subagan, sebagian Kelurahan Karangasem), 4 desa di Kecamatan Bebandem (Desa Buwana Giri, Desa Budekeling, Desa Bebandem, Desa Jungutan), serta 3 desa di Kecamatan Rendang (Desa Besakih, Desa Menanga, dan Desa Pempatan).
Pada bagian lain, Pastika juga menyoroti keberadaan para Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkab Karangasem, yang diinstruksikan untuk segera kembali ke posnya masing-masing dan mulai beraktivitas seperti biasa guna memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Kepada Bupati, tolong beri tindakan tegas jika masih ada yang tidak melaksanakan tugas. Mereka harus tetap memberikan pelayanan, karena seperti hasil koordinasi, Kota Amlapura termasuk kawasan aman.”
Sementara itu, asap putih cukup tinggi di puncak Gunung Agung terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Agung, sejak Jumat pagi. Berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, asap putih keluar dari kawah Gunung Agung sejak pukul 00.00 Wita. Asap tersebut berintensitas tinggi hingga tipis dengan ketinggian 50-200 meter dari kawah Gunung Agung.
Keluarnya asap ini membuat PVMBG mengeluarkan Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) berwarna oranye. VONA tersebut sebagai rekomendasi untuk pesawat-pesawat agar terbang menjauhi area Gunung Agung. Berdasarkan VONA tersebut, asap putih teramati setinggi 100 meter dari kawah dan mengarah ke barat mengikuti angin. Namun, tidak teramati adanya material vulkanik selain asap tersebut.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika, menyatakan Gunung Agung sudah menunjukkan tanda-tanda kritis yang mengarah ke persiapan untuk meletus. "Gempa vulkanik dangkalnya juga meningkat, sekarang masih 300-an. Artinya, Gunung Agung kritis dan sudah siap meletus," ujar Suantika dilansir detikcom Pos Pengamatan Gunung Agung kawsasan Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat kemarin.
Indikasi untuk menyimpulkan hal tersebut, kata Suantika, berasal dari retakan di kawah yang terus melebar dan asap putih dari hotspot yang menebal dan semakin tinggi. Jika asap berubah warna semakin gelap, maka Gunung Agung segera akan meletus. "Asap itu awalnya tipis, sekarang makin tebal.” *k16
Komentar