Masak Nasi 500 Kg Sehari, Petugas Gabungan Kerja Sejak Dinihari
Anggota TNI mendapat tugas memasak nasi, sementara petugas BPBD Kabupaten Buleleng kebagian tugas bikin lauk pauk untuk pengungsi korban bencana Gunung Agung di tenda pengungsian Desa Les
Menengok Aktivitas Dapur Umum di Tenda Pengungsian di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Ada beragam bentuk aksi kemanusian dalam melayani warga korban bencana Gunung Agung di tenda pengungsian kawasan Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Salah satu aktivitas kemanusiaan adalah pelayanan dapur umum bagi para pengungsi korban bencana asal kawasan Kecamatan Kubu, Karangasem. Dalam sehari, ada 500 kilogram atau setengah ton beras yang harus dimasak.
Jumlah warga yang mengungsi di tenda pengungsian Desaa Les mencapai 2.000 jiwa. Mereka mengungsi sejak Jumat (22/9) lalu, setelah penetapan status awas (level IV) Gunung Agung). Nah, setiap hari petugas dan relawan harus menyediakan makan bagi semua pengungsi.
Data yang dihimpun NusaBali, Jumat (29/9), untuk kebutuhan nasi saja petugas harus memasak rata-rata 500 kilogram beras per hari. Sedangkan untuk lauk pauk, dimasak puluhan kilogram, tergatung jenisnya.
Petugas dapur umum di posko pengungsian Desa Les merupakan gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng dan anggota TNI AD. Petugas gabungan ini harus menyediakan makan 3 kali sehari bagi para pengungi. Anggota TNI mendapat tugas khusus memasak nasi, sementara anggota BPBD Buleleng kebagian job memasak lauk pauk.
Kendati telah berbagai tugas, petugas gabungan ini tetap nyaris kurang istirahat. Pasalnya, mereka sudah harus memasak sejak dinihari pukul 03.00 Wita dan baru selesai menjalankan tugas malam hari pukul 22.00 Wita, setelah semua perabotan bersih.
Petugas gabungan memasak sejak dinihari untuk menyiapkan sarapan pagi bagi anak-anak di pengungsian. Kalangan anak-anak di pengungsian memang diutamakan mendapat sarapan pagi, karena banyak dari mereka yang bersekolah di sekolah terdekat. Usai menyediakan sarapan buat anak-anak, petugas masih terus berkutat memasak untuk persiapan makan siang bagi seluruh warga pungungsi.
Setelah makan siang selesai, petugas gabungan BPBD dan TNI masih tetap harus berada di dapur umum, untuk menyiapkan menu makan malam. Jadwal makan malam ditetapkan sekitar pukul 19.00 Wita, sehingga seluruh menu sudah harus siap beberapa menit sebelumnya.
“Kami mulai memasak dinihari. Kami utamakan dulu siapkan sarapan untuk anak-anak sekolah, karena pagi pukul 07.00 Wita mereka sudah harus makan sebelum berangkat ke sekolah,” ungkap anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Buleleng, Made Ardika, yang ditemui NusaBali di dapur umum tenda pengungsian Desa Les, Jumat kemarin.
Warga yang mengungsi ke Desa les sendiri berasal dari sejumah desa wilayah Kecamatan Kubu, Karangasem, seperti Desa Ban, Dedsa Dukuh, dan Desa Sukadana. Mereka sudah berada di tenda pengungsian sejak 21 September 2017 lalu. Jumlah mereka terus bertambah seiring status Awas Gunung Agung.
Data terakhir hingga Jumat kemarin, jumlah warga di pengungsian Desa Les sudah mencapai 2.002 jiwa. Desa asal mereka memang masuk dalam zona merah alias KRB (Kawasan Rawan Bencana) Gunung Agung.
Sedangkan petugas gabungan BPBD Buleleng dan TNI mulai menyiapkan makanan untuk warga di pengungsian Desa Les, sejak Minggu (24/9). Sedangkan sebelumnya, ada warga Desa Les dibantu PKK setempat memberi sumbangan makanan tiap hari bagi pengungsi. Selain itu, lampu penerangan juga baru terpasang di lokasi pengungsian, Sabtu (23/9) lalu.
Nah, sejak ditangani petugas gabungan, terlihat aktivitas di dapur umum begitu padat sejak dinihari hingga malam. Selain menyiapkan makan bagi pengungsi, petugas gabungan juga melayani warga yang meminta air hangat. Selain itu, juga ada aktivitas pelayanan kesehatan.
“Setelah sarapan bagi anak-anak, kami mulai menyiapkan makan untuk semua pengungsi. Sebab, waktu makan siang jam 11 (pukul 11.00 Wita). Setalah itu, kami lanjut menyiapkan makan malam pukul 19.00 Wita,” tandas Made Ardika.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan BPBD Buleleng, Ketut Sensus, mengaku pihaknya sangat terbantu oleh anggota TNI dalam menyiapkan makan bagi para pengungsi korban bencana Gunung Agung. Anggota TNI khusus ambil tugas memasak nasi.
Namun demikian, untuk menyiapkan lauk pauk bagi pengungsi, Ketut Sensus mengaku masih kewalahan. Selain keterbatasan jumlah personel, anggota TRC BPBD Buleleng yang ditugaskan juga tidak begitu ahli dalam memasak. “Anggota di sini hanya 15 orang, semunya kerja full dari pagi sampai malam. Jadi, kadang kami tidak sempat istirahat. Kami sangat kewalahan terutama saat memasak dinihari untuk menyiapkan makan pagi bagi anak-anak,” ujar Ketut Sensus.
Menurut Ketut Sensus, pihaknya kewalahan memasak untuk makan pagi, karena belum belum banyak relawan yang membantunya. Relawan baru datang membantu saat siang hari. Di samping itu, tidak semua personel BPBD di pos pengungsian Desa Les bekerja di dapur umum.
“Mereka juga ikut membantu mengatur penempatan bantuan dari warga. Di samping itu, mereka juga harus bergerak cepat ketika ada kegiatan-kegiaran lain mendistribusikan bantuan,” papar Ketut Sensus. *sudirta
Komentar