Gudang Logistik Dipindahkan ke BPP
Posko Pengungsian Desa Tembok Rancang ‘Bilik Cinta’
SINGARAJA, NusaBali
Memasuki hari kesepuluh pengungsian erupsi Gunung Agung di Buleleng, gudang logistik yang semula ada di pos pengungsian Desa Tembok dan Les, Kecamatan Tejakula Buleleng dipindahkan ke Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Tejakula, Minggu (1/10). Pendirian posko induk tersebut dilakukan setelah tenda logistik di posko pengungsian sangat penuh dan sesak.
Seperti pantauan NusaBali kemarin di posko pengungsian Desa Tembok dan Desa Les, penyaluran bantuan oleh masyarakat dan komunitas masih terus mengalir. Bahkan kegiatan sosial yang melibatkan hampir semua warga Bali ini mengundang macetnya akses Singaraja-Amlapura.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Gede Komang yang ditemui di Posko Desa Tembok mengatakan pemdirian posko induk untuk gudang logistik akan ditempatkan di gedung BPP yang berlokasi di Desa/Kecamatan Tejakula. Seluruh logistik bantuan dari relawan dan sumbangan dari masyarakat akan dipindahkan ke posko induk.
“Pemindahan ini tujuannya untuk mengubah sistem satu pintu dan mengamankan logistik yang ada. Selain juga selama ini sudah mulai sesak, karena aktivitas pengungsian campur baur dengan gudang logistik,” katanya. Namun pihaknya mengatakan persediaan logistik di masing-masing posko akan diamankan hingga tujuh hari ke depan sehingga posko-posko pengungsian baru akan mengajukan dan mengambil logistik ke posko induk sepekan ke depan.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Buleleng, Made Subur. Menurutnya dari hasil rapat koordinasi pihaknya masih terus mengupayakan pemenuhan sarana prasana warga pengungsian di Buleleng. Selama sepuluh hari berjalan pemenuhan kebutuhan makanan dan sarana lainnya masih mengandalkan bantuan dari relawan dna masyarakat Bali yang peduli terhadap bencana erupsi gunung Agung.
Pihaknya pun mengatakan kembali akan mendata pengungsi dan posko-posko yang mereka tempati, sehingga didapatkan data valid jumlah pengungsi di Buleleng. Mengingat menurut Subur, jumlah pengungsi di Buleleng yang semula hanya berasal dari Desa Dukuh dan Ban Karangasem, saat ini juga banyak yang berasal dari luar desa tersebut. sehingga terjadi pembengkakan jumlah pengungsi yang juga harus diperhatikan persiapan logistik dan sarana lainnya.
“Kami masih data kembali untuk mendapatkan data yang benar-benar pas, dengan melibatkan Camat dan juga Perbekel termasuk kelian banjar dinasnya,” kata dia yang ditemui di posko pengungsian Desa Les.
Sementara itu Perbekel Desa Tembok, Dewa Komang Yudi Astara, mengatakan sejauh ini di Desa Tembok ada 7.157 orang pengungsi yang tersebar di sejumlah gedung serba guna dan juga rumah warga. Pihaknya pun mengatakan sejauh ini cukup terbantu dengan pemberdayaan langsung para pengungsi. Pos pengungsian di Desa Tembok menerapkan sistem pemberdayaan pengungsi, mulai dari piket pembersihan penerimaan barang bantuan hingga memasak kebutuhan makan sehari-harinya sendiri.
Masing-masing pos pengungsian dicari satu orang koordinator yang menghandel jumlah pengungsi yang tinggal di pos mereka. Selanjutnya logistik untuk keperluan permakanan didrop tiga hari sekali dengan menggunakan kupon. Selain juga warga pengungsian di masing-masing pos diwajibkan untuk ikut piket membantu pembersihan dan penerimaan barang bantuan di posko pengungsian.
Dewa Yudi pun sempat menyinggung rencana pendirian bilik cinta, bagi pengungsi yang sudah bekeluarga untuk memenuhi hasrat biologis mereka. “Karena kami sadar situasi ini masih akan berlangsung lama. Meski terdengar agak tabu tapi hal tersebut merupakan kebutuhan utama. Jangan sampai karena masalah itu ada masalah sosial lainnya yang timbul,” ungkapnya.
Rencana tersebut pun masih diperhitungkan dengan melibatkan instansi terkait. Termasuk masalah lahan dan juga kesiapan bahan bangunan yang diperlukan untuk membuat bilik cinta sederhana. *k23
Seperti pantauan NusaBali kemarin di posko pengungsian Desa Tembok dan Desa Les, penyaluran bantuan oleh masyarakat dan komunitas masih terus mengalir. Bahkan kegiatan sosial yang melibatkan hampir semua warga Bali ini mengundang macetnya akses Singaraja-Amlapura.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Gede Komang yang ditemui di Posko Desa Tembok mengatakan pemdirian posko induk untuk gudang logistik akan ditempatkan di gedung BPP yang berlokasi di Desa/Kecamatan Tejakula. Seluruh logistik bantuan dari relawan dan sumbangan dari masyarakat akan dipindahkan ke posko induk.
“Pemindahan ini tujuannya untuk mengubah sistem satu pintu dan mengamankan logistik yang ada. Selain juga selama ini sudah mulai sesak, karena aktivitas pengungsian campur baur dengan gudang logistik,” katanya. Namun pihaknya mengatakan persediaan logistik di masing-masing posko akan diamankan hingga tujuh hari ke depan sehingga posko-posko pengungsian baru akan mengajukan dan mengambil logistik ke posko induk sepekan ke depan.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Buleleng, Made Subur. Menurutnya dari hasil rapat koordinasi pihaknya masih terus mengupayakan pemenuhan sarana prasana warga pengungsian di Buleleng. Selama sepuluh hari berjalan pemenuhan kebutuhan makanan dan sarana lainnya masih mengandalkan bantuan dari relawan dna masyarakat Bali yang peduli terhadap bencana erupsi gunung Agung.
Pihaknya pun mengatakan kembali akan mendata pengungsi dan posko-posko yang mereka tempati, sehingga didapatkan data valid jumlah pengungsi di Buleleng. Mengingat menurut Subur, jumlah pengungsi di Buleleng yang semula hanya berasal dari Desa Dukuh dan Ban Karangasem, saat ini juga banyak yang berasal dari luar desa tersebut. sehingga terjadi pembengkakan jumlah pengungsi yang juga harus diperhatikan persiapan logistik dan sarana lainnya.
“Kami masih data kembali untuk mendapatkan data yang benar-benar pas, dengan melibatkan Camat dan juga Perbekel termasuk kelian banjar dinasnya,” kata dia yang ditemui di posko pengungsian Desa Les.
Sementara itu Perbekel Desa Tembok, Dewa Komang Yudi Astara, mengatakan sejauh ini di Desa Tembok ada 7.157 orang pengungsi yang tersebar di sejumlah gedung serba guna dan juga rumah warga. Pihaknya pun mengatakan sejauh ini cukup terbantu dengan pemberdayaan langsung para pengungsi. Pos pengungsian di Desa Tembok menerapkan sistem pemberdayaan pengungsi, mulai dari piket pembersihan penerimaan barang bantuan hingga memasak kebutuhan makan sehari-harinya sendiri.
Masing-masing pos pengungsian dicari satu orang koordinator yang menghandel jumlah pengungsi yang tinggal di pos mereka. Selanjutnya logistik untuk keperluan permakanan didrop tiga hari sekali dengan menggunakan kupon. Selain juga warga pengungsian di masing-masing pos diwajibkan untuk ikut piket membantu pembersihan dan penerimaan barang bantuan di posko pengungsian.
Dewa Yudi pun sempat menyinggung rencana pendirian bilik cinta, bagi pengungsi yang sudah bekeluarga untuk memenuhi hasrat biologis mereka. “Karena kami sadar situasi ini masih akan berlangsung lama. Meski terdengar agak tabu tapi hal tersebut merupakan kebutuhan utama. Jangan sampai karena masalah itu ada masalah sosial lainnya yang timbul,” ungkapnya.
Rencana tersebut pun masih diperhitungkan dengan melibatkan instansi terkait. Termasuk masalah lahan dan juga kesiapan bahan bangunan yang diperlukan untuk membuat bilik cinta sederhana. *k23
1
Komentar