nusabali

Tak Sampai Hati Dipulangpaksakan

  • www.nusabali.com-tak-sampai-hati-dipulangpaksakan

Pengungsi zona aman atau non KRB (kawasan rawan bencana) yang masih bertahan itu akan dijemput oleh keluarga mereka.

Pengungsi Bebas KRB Bertahan di Posko Lapangan Sutasoma

GIANYAR, NusaBali
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar tak sampai hati memaksa untuk memulangkan para pengungsi yang rumahnya masuk zona aman. Terutama para pengungsi yang menetap sementara di Posko Lapangan Sutasoma, Sukawati. Hingga Senin (2/10), pengungsi dari zona aman yang mau pulang masih stagnan yakni 36 orang. Sementara hingga pukul 11.00 Wita kemarin, ada 721 pengungsi di Posko Sutasoma. Dari jumlah ini, diakui masih ada beberapa pengungsi dari zona aman yang memilih menetap di posko. “Kami tidak sampai memaksa mereka harus pulang. Yang mau pulang baru 36 orang. Tapi masih ada pengungsi zona aman di posko,” jelasnya.

Digjaya menjelaskan, pengungsi zona aman atau non KRB (kawasan rawan bencana) yang masih bertahan itu akan dijemput oleh keluarga mereka. "Ada lagi yang sudah konfirmasi untuk kembali," jelasnya.

Pantauan di Posko Sutasoma, bagi pengungsi yang daerahnya berada di bawah radius 12 kilometer, tetap bertahan. Para orang tua menyibukkan diri dengan beragam aktivitas. Mulai majejaitan bagi perempuan, dan yang laki-laki bekerja di wilayah Gianyar. "Di Sukawati tidak kurang pekerjaan. Yang laki-laki siangnya jadi tukang, ada yang kerja di tempat kerajinan," imbuh Oka Digjaya.

Mantan Kasatpol PP Gianyar itu mengaku, ada saja pengusaha yang datang memanfaatkan tenaga pengungsi itu. "Baru saja ada pemborong nyari empat orang untuk kerja di proyek," tukasnya.

Sementara itu, jajaran Polres Gianyar dikomando KBO Binmas Iptu Yuliana Lomi, menengok pengungsi di Lapangan Sutasoma. Serangkaian Operasi Bina Waspada, polisi memilih menyasar anak-anak pengungsi. "Kami lebih ke psikologis, biar dunia bermain mereka tidak hilang. Anak-anak kan identik dengan bermain," ujar Iptu Lomi, kemarin. Kepolisian memberikan materi mengenai intoleransi dan radikalisme.

"Karena untuk anak kecil, materi yang ringan saja, tanam rasa cinta melalui lagu kebangsaan," jelas Iptu Lomi. Anak-anak juga diminta melafalkan butir-butir Pancasila. "Sehingga tidak mudah disusupi hal lain yang anti Pancasila," terangnya.*nvi

Komentar