Bahrun Naim Jadikan Anak sebagai ‘Senjata’
Bahrun Naim atau Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo disebut sebagai otak di balik peristiwa penembakan dan teror bom di kawasan Sarinah dan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Januari 2016.
Dalam tulisannya, Bahrun Naim menyebut, mereka dijemput tim dari ISIS. Mereka melewati perbatasan dengan kawat berduri. Sambil mengendong anaknya terkecil, Bahrun mengaku sempat tersungkur persis di depan kawat berduri. “Petugas Turki yang menyoroti kami dengan lampu hanya terdiam saat kami menyeberang dengan berjalan pelan,” tulis Bahrun.
Bahrun juga menjadikan anak bungsunya sebagai ‘senjata’ untuk lolos pemeriksaan petugas imigrasi bandara saat dia ke Suriah pada 2014.
Lewat blognya yang kini tak lagi bisa diakses, Bahrun bercerita popok pesing anaknya amat ampuh merusak konsentrasi petugas imigrasi. Sebelum masuk ke terminal bandara, Bahrun menghitung waktu. Ia sengaja melewati pemeriksaan imigrasi saat sudah waktunya bagi anak bungsu dia untuk ganti popok.
“Bau menyengat membuat petugas imigrasi tidak bisa berkonsentrasi mendeteksi identitas kami,” tulis Bahrun pada 12 Juli 2015, seperti dilansir cnnindonesia.
Meski demikian, Bahrun yakin popok pesing anaknya bukan satu-satunya faktor yang membuat dia lolos pengecekan imigrasi. Dia juga menilai tim hacker-nya berhasil mengacak sistem sistem online imigrasi bandara.
Pun Bahrun telah mengamankan jalur komunikasinya dengan menonaktifkan alat komunikasi dan mengaktifkan alat pengacak terbatas dalam radius tiga meter.
Bahrun akhirnya berhasil terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, ke Istanbul, Turki, menyusul istri keduanya yang telah lebih dulu berangkat di tim pertama yang membuka ‘jalan’ bagi tim-tim berikutnya.
Setibanya di Istanbul, Turki, yang menjadi lokasi transit ke Suriah, anak bungsu Bahrun kembali menjadi ‘senjata’. Si bungsu berlari-larian hingga mengalihkan perhatian petugas imigrasi.
“Sikap lucu anak kami yang berlarian ke sana kemari saat melewati pemeriksaan imigrasi menjadikan sebagian petugas kewalahan ‘menghadang’ ananda, dan sebagian (petugas lain) terpingkal-pingkal (melihat ulah si bungsu),” cerita Bahrun.
Enam tahun sebelumnya, September 2008, Bahrun tercatat sempat bergabung dengan Jamaah Ansharut Tauhid. Dia juga disebut terafiliasi dengan Abdullah Sunata yang ditangkap Detasemen Khusus Antiteror 88 Polri di Klaten, Jawa Tengah, pada 2011.
Bahrun yang memiliki nama lengkap Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo itu pun diduga pernah ikut menyembunyikan pelaku Bali Noordin M Top yang menjadi buron. 7
1
2
Komentar