Bocah Pengungsi ‘Mogok’ Makan
Warga korban bencana Gunung Agung yang berada di pengungsian mulai hadapi masalah psikologis.
Kangen Rumah, Terus Merengek Minta Pulang
SINGARAJA, NusaBali
Salah satunya, I Wayan Eka Putra Pratama, 13, bocah SMP yang bahkan ‘mogok makan’ di lokasi pengungsian Banjar Sanih, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Bocah asal asal Banjar Batugiling, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem ini tak mau makan karena rindu kampung halamannya.
Wayan Eka Putra Pratama merupakan anak sulung dari dua bersaudara keluarga pasangan I Nengah Pariata dan Ni Komang Sulasmini. Bocah berusia 13 tahun ini diajak mengungsi oleh keluarganya ke Banjar Sanih, Desa Bukti sejak status Gunung Agung naik ke level IV (awas), 22 September 2017. Eka Putra Pratama diajak mengungsi bersama adiknya, Ni Made Arini, 11.
Awalnya, Eka Putra Pratama beserta kedua orangtua dan adiknya mengungsi bersama puluhan krama Dadia Arya Kebon Tubuh, Banjar Batugiling, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu di hutan Jati kawasan Banjar Sanih, Desa Bukti. Kemudian, mereka pindah ke lokasi pengungsian ke bangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Banjar Sanih, sejak Minggu (1/10) pagi.
Nah, Eka Putra Pratama mulai menunjukkan gejala aneh, sejak Sabtu (30/9) sore atau sehari sebelum pindah lokasi penguingsian. Bocah berusia 13 tahun ini kerap melamun karena kangen dengan rumahnya di Banjar Batugiling, Desa Dukuh. Sejak itu pula, Eka Putra Pratama terus merenggek kepada orangtuannya agar diajak pulang.
Karena permintaanya sulit dipenuhi, Eka Putra Pratama kerap menanggis. Bahkan, dia mulai enggan makan dan main. Bocah pengungsi ini lebih pilih menyediri sambil menangis. Menurut ibundanya, Komang Sulasmini, Eka Putra Pratama bahkan sudah enggan makan sejak Sabtu sore.
“Uling poan sanje sing nyak medaar. Jeg ngeling, nak nagih mulih, dot gati ningalin umahne (Sejak Sabtu sore tidak mau makan. Dia terus menangis, minta pulang, karena kangen dengan rumahnya, Red),” ungkap Komang Sulasmini saat ditemui NusaBali di lokasi pengungsian TPST Banjar Sanih, Desa Bukti, Senin (2/10).
Menurut Sulasmini, sebenarnya tidak ada yang istimewa di rumahnya yang berhubungan dengan anak sulungnya ini. Sebab, kesehariannya Eka Putra Pratama biasanya sepulang sekolah, langung bermain atau ikut ayahnya mengirim batako. Ayahnya, Nengah Pariata, kesehariannya bekerja sebagai sopir.
“Sing ade inget-ingetan tekan ubuh-ubuhan, nak sing ngubuh kedis wiadin kuluk. Nak jeg nagih mulih, dot ningalin umah dogen (Padahal, tidak ada yang diinggat-ingat sama hewan peliharaan, tidak ada peliharaan burung atau anjing. Pokoknya ingin pulang, pingin lihat rumah saja),” papar Sulasmini.
Sulasmini mengatakan, dirinya sangat sedih melihat kondisi anak sulungnya yang murung hingga kerap menangis dan tidak mau makan. Dia tidak tahu bagaimana cara membujuk anaknya yang masih duduk di bangku SMP ini. Sedangkan suaminya, Nengah Pariata, saat ini masih sibuk memindahkan barang bawaan dari hutan Jati ke tempat pengungsian yang baru, termasuk mengurus ternak sapinya yang dikut diungsikan.
“Nyen sing sedih milu, yen panake nyak meplalian, mekedekan, tiang dados memene nak demen masi. Jani jeg ngeling, makan sing nyak, nagih lompiang sube beliang sing nyak makanne (Siapa yang tidak ikut sedih, kalau anak mau bermain, ketawa, saya sebagai ibunya sangat senang juga. Tapi, sekarang menangis, tidak mau makan, minta lompia sudah dibelikan, tetap tidak mau makan),” keluh Sulasmini.
Karena tidak tega melihat kondisi anaknya terweebut, Nengah Pariata pun sempat mengajak Eka Putra Pratama pulang ke Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Agung, Minggu siang. Sesampainya di rumah, Eka Putra Pratama langsung gembira, bahkan sempat menyiram pekarangan.
Begitu memasuki sore hari, Eka Putra Pratama pun dipaksa untuk diajak kembali ke tenda pengungsian di Banjar Sanih, Desa Bukti. “Jani sube demen, be misi kenehne ajak mulih. Mare tiyang demen masi, ningalin panak sube nyak masuk, meplalian, mekedekan jak timpal-timpalne dini (Sekarang sudah senang, keinginan melihat rumah sudah terwujud. Baru saya ikut tenang melihat anak sudah mau sekolah, bermain, ketawa dengan teman-temannya di sini,” papar sang ayah, Ne-ngah Pariata, Senin kemarin.
Bocah Wayan Eka Putra Pratama sendiri kini melanjutkan sekolah di SMPN 1 Kubutambahan, Buleleng sejak mengungsi. Dulunya, Eka Putra Pratama sekolah di SMPN 1 Kubu, Karangasem. Sedangkan adiknya, Made Arini, yang baru Kelas V SD kini melanjutkan sekolah di SDN 1 Bukti. *k19
Komentar