Tangis Warnai Kepulangan Pengungsi
Karena selama di pengungsian, mereka sudah terjalin ikatan emosional yang erat antar pengungsi dan warga sekita
SEMARAPURA, NusaBali
469 pengungsi dari Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem, di Klungkung, mulai berbondong-bondong pulang ke kampung halamannya. Kepulangan ini karena rumah mereka berada di luar wilayah kawasan rawan bencana (KRB), jika terjadi erupsi Gunung Agung.
Antara lain, pengungsi di Lapangan Tembak Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, pulang ke kampungnya. Mereka mulai pulang kampung sejak Senin (2/9) petang dari pukul 18.00 Wita-19.00 Wita. Sisa pengungsi di Lapangan Tembak, Desa Paksebali 98 jiwa dari total pengungsi 567 jiwa.
Suasana isak tangis mewarnai kepulangan para pengungsi tersebut, terutama kalangan anak-anak. Karena selama di pengungsian, mereka sudah terjalin ikatan emosional yang erat antar pengungsi dan warga sekitar. Bagitu mereka pulang, suasana menjadi sepi dan teman bermain bagi anak-anak yang masih berada di pengungsian menjadi lebih sedikit. Hal ini diakui oleh Perbekel Paksebali I Putu Ariadi. “Banyak yang menangis saat para pengungsi itu pulang, karena mereka berada di luar KRB,” ujar Ariadi, Selasa (3/10).
Kata dia, sebagian besar sudah pulang Senin malam. Sedangkan pada Selasa kemarin ada yang menyusul pulang kampung. Pengungsi sudah kembali ke kampung halamannya masing-masing 469 jiwa. “Kalau di GOR Swecapura memang penuh, kami siap menerima pengungsi, karena masih ada tempat yang tersisa,” ujarnya.
Agar para pengungsi bisa produktif dan tidak cepat jenuh, pihaknya sampai membuat kelompok kerja (pokja). Setiap pokja memiliki tugas yang berbeda-beda, ada yang memasak, bersih-bersih dan lainnya. Selain itu, mereka bisa diberdayakan dengan ikatan persaudaraan agar satu sama lain semakin terjalin erat. “Kami berharap agar musibah ini segera berlalu, sehingga para pengungsi bisa kembali beraktivitas normal dan pulang dengan aman,” katanya. *wa
Antara lain, pengungsi di Lapangan Tembak Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, pulang ke kampungnya. Mereka mulai pulang kampung sejak Senin (2/9) petang dari pukul 18.00 Wita-19.00 Wita. Sisa pengungsi di Lapangan Tembak, Desa Paksebali 98 jiwa dari total pengungsi 567 jiwa.
Suasana isak tangis mewarnai kepulangan para pengungsi tersebut, terutama kalangan anak-anak. Karena selama di pengungsian, mereka sudah terjalin ikatan emosional yang erat antar pengungsi dan warga sekitar. Bagitu mereka pulang, suasana menjadi sepi dan teman bermain bagi anak-anak yang masih berada di pengungsian menjadi lebih sedikit. Hal ini diakui oleh Perbekel Paksebali I Putu Ariadi. “Banyak yang menangis saat para pengungsi itu pulang, karena mereka berada di luar KRB,” ujar Ariadi, Selasa (3/10).
Kata dia, sebagian besar sudah pulang Senin malam. Sedangkan pada Selasa kemarin ada yang menyusul pulang kampung. Pengungsi sudah kembali ke kampung halamannya masing-masing 469 jiwa. “Kalau di GOR Swecapura memang penuh, kami siap menerima pengungsi, karena masih ada tempat yang tersisa,” ujarnya.
Agar para pengungsi bisa produktif dan tidak cepat jenuh, pihaknya sampai membuat kelompok kerja (pokja). Setiap pokja memiliki tugas yang berbeda-beda, ada yang memasak, bersih-bersih dan lainnya. Selain itu, mereka bisa diberdayakan dengan ikatan persaudaraan agar satu sama lain semakin terjalin erat. “Kami berharap agar musibah ini segera berlalu, sehingga para pengungsi bisa kembali beraktivitas normal dan pulang dengan aman,” katanya. *wa
Komentar