Nangkil di 6 Pura, SGB Nunas Ica Keselamatan Bali
Aktivitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem yang terus meningkat membuat seluruh kalangan memanjatkan doa untuk kerahayuan Jagat Bali.
DENPASAR, NusaBali
Wagub Bali yang juga Ketua DPD I Golkar Bali, I Ketut Sudikerta tak ketinggalan keliling ngaturang bakti saat Purnama Kapat, Wrespasti Pon Wariga, Kamis (5/10) kemarin. Sudikerta yang dijuluki SGB (Sudikerta Gubernur Bali) nangkil di 6 pura Kahyangan Jagad di seluruh Bali untuk nunas ica supaya Bali terhindar dari marabahaya,.
Sudikerta mengawali nangkil di Pura Tirta Empul, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Setelah itu berlanjut ke Pura Ulun Danu Batur dan Pura Tuluk Biu yang berada di Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Selain itu Sudikerta juga nangkil di Pura Bale Agung Desa Les Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Kemudian Pura Bale Agung di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. SGB mengakhiri acara nangkil di Pura Bukit Puncak Sinunggal Buleleng. SGB nangkil bersama relawan dan semeton Bali untuk mendoakan Bali supaya terhindar dari marabahaya akibat aktivitas Gunung Agung yang makin meningkat.
Sudikerta dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin mengatakan di Pura Tirta Empul Tampaksiring, Pura Tuluk Biu dan Pura Ulundanu Batur dirinya hadiri Karya Ngusaba Kapat. ”Kita ngaturang bhakti nunas ica, terlebih dengan aktivitas Gunung Agung yang semakin meningkat, kita memohon kerahayuan Jagad Bali, Pulau Dewata supaya terhindar dari marabahaya,” ujar Sudikerta.
Sudikerta mengatakan saat bersamaan kemarin doa oleh elemen masyarakat Bali dilakukan bersama-sama di pelosok Bali. “Hari ini mungkin banyak yang sudah melakukan doa bersama, dari elemen masyarakat Bali. Hal ini sangat bagus, karena membawa energi positif bagi kerahayuan Jagad Bali,” tegas politisi asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung ini.
Di Pura Tuluk Biu dan Ulun Danu Batur, Sudikerta berbaur dengan masyarakat. Mantan Wakil Bupati Badung ini mengajak masyarakat supaya melaksanakan yadnya dengan sederhana tanpa mengurangi makna dari yadnya itu sendiri. “Yadnya merupakan wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Lebih dari itu, pelaksanaan upacara bertujuan pula untuk memohon perlindungan dan kesejahteraan sekala dan niskala,” tegas Sudikerta. *nat
Komentar