Buleleng Rancang Program Pendidikan Jangka Menengah
Dinas Pendidikan pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng menggelar Rapat Koordinasi Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Rakordikpora), Selasa (10/10) di Gedung Mr I Gusti Ketut Pudja, eks Pelabuhan Buleleng.
Pemerataan Pendidikan Belum Maksimal
SINGARAJA, NusaBali
Dalam rakor tersebut dirancang program jangka menengah lima tahun yang akan dilaksanakan oleh Disdikpora Buleleng dan juga evaluasi program pendidikan yang selama ini sudah berjalan di Buleleng.
Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Suyasa, menyebutkan dalam Rakordikpora merupakan sebuah upaya untuk persiapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Buleleng tahun 2018-2022, di masa kepemimpinan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Wabup Nyoman Sutjidra periode kedua. Selain juga untuk menampung program prioritas bidang pendidikan pemuda dan keolahragaan yang nantinya akan dirumuskan menjadi bahan penyusunan Rencana Strategis (Renstra). Selain itu Rakordikpora juga dimanfaatkan sebagai ajang untuk melakukan evaluasi atas program kerja Disdikpora Buleleng.
Suyasa menambahkan, evaluasi tidak hanya menyangkut tentang kebijakan dan program tetap yang mengacu aturan dari Pusat, namun juga dilakukan evaluasi terkait dengan program inovasi. “Capaian yang dipasang tingkat nasional sudah tercapai. Yang perlu evaluasi hanya program inovasi, misalnya posko drop out dan juga program memberikan ruang media kepada sekolah untuk memamerkan karyanya di sekolah seperti kegiatan Buleleng Education Expo,” ujar dia.
Sementara Bupati Buleleng dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Satu Setda Buleleng Made Arya Sukerta menyinggung sejumlah persoalan pendidikan yang selama ini terjadi di Buleleng. Salah satunya masalah pemerataan pendidikan yang dinilai belum dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan topografi dan aksesbilitas Buleleng sangat berbeda dengan daerah lainnya di Bali. Sehingga Disdikpora Buleleng memerlukan tenaga ekstra dalam memecahkan masalah tersebut.
Arya Sukerta juga mengatakan secara umum permasalahan tersebut disebabkan oleh faktor kuantitas dan kualitas. “Kuantitas kita tidak bisa capai karena guru di Buleleng masih kurang jika dilihat dari rasio kebutuhan guru. Jadi kalau kita bikin merata belum bisa,” kata Arya Sukerta.
Terlebih hal tersebut juga dipengaruhi faktor kualitas dari pemenuhan sarana dan prasarana pendukung peningkatan pendidikan yang kebutuhannya berbeda di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah.7k23
Komentar