Prof Sudiana Jadi Rektor IHDN
Ketua PHDI Bali, Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana MSi, 50, berhasil memenangkan pemilihan Rektor IHDN Denpasar 2017-2021.
DENPASAR, NusaBali
Prof Sudiana pun sudah dikukuhkan langsung oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, sebagai Rektor IHDN Denpasar, dalam seremoni di Jakarta, Jumat (13/10) siang.
Prof Sudiana dilantik sebagai Rektor IHDN menggantikan Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi. Sebelum dilantik, Prof Sudiana lebih dulu bertarung memperebutkan kursi Rektor IHDN Denpasar melalui pemilihan yang dilakukan di tingkat Kementerian Agama---karena IHDN sebagai perguruan tinggi agama. Dalam pemilihan Rektor IHDN, Prof Sudiana bersaing dengan 6 kandidat lainnya, termasuk sang incumbent Prof Nengah Duija (Rektor IHDN yang lama).
Sedangkan 5 kandidat lainnya masing-masing Direktur Pascasarjana IHDN Denpasar Dr Drs Ketut Sumadi MPar, Asdir II Program Pascasarjana IHDN Dr Dra Ni Ketut Srie Kusuma Wardhani MPd, Wakil Dekan I Fakultas Brahma Widya Prof Dr Drs I Made Surada MA, Kepala Pusat Studi Gender dan Anak Dr Ni Putu Winanti SAg MSi, serta Dr Made Sri Putri Purnamawati SAg MA MErg.
Menurut Ketua Panitia Penjaringan Bakal Calon Rektor IHDN Denpasar, Dr I Nyoman Yoga Segara Sag MHum, pihaknya hanya bertugas membuka peluang dan kesempatan sebanyak-banyaknya bagi para kandidat yang ingin maju sepanjang memenuhi syarat. Setelah pemenuhan syarat rampung, panitia kemudian menyerahkan ke Senat, untuk selanjutnya diserahkan ke Kementerian Agama (Kemenag) yang membentuk panitia seleksi untuk pemilihan Rektor ini. Penjaringan dilakukan bulan Maret 2017 atau 6 bulan sebelum jabatan Prof Duija berakhir.
“Di lingkup internal, panitia hanya menjaring calon Rektor saja, kemudian memverifikasi sesuai peraturan perundang-undangan. Setelah penjaringan, lalu hasilnya kita serahkan kepada senat untuk diberikan penilaian kualitatif. Senat pun tidak memiliki kewenangan untuk memilih, karena dari penilaian kualitatif senat itu kemudian diserahkan kepada panitia seleksi yang dibentuk oleh Menteri Agaman di pusat,” terang Dr Yoga Sehara saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, tadi malam.
Menteri Agama, lanjut Yoga, membuat panitia seleksi (Pansel) yang terdiri dari pejabat Eselon I, ditambah akademisi dari perguruan tinggi. “Yang saya tahu, Pansel untuk pemilihan Rektor IHDN Denpasar terdiri dari Sekjen Kementerian Agama, Dirjen Bimas Hindu, tokoh masyarakat yang diwakili oleh Ketua Umum PHDI Pusat, serta akademisi dari Unud dan UNHI,” katanya.
Menurut Yoga, pemilihan Rektor IHDN berbeda dengan Rektur perguruan tinggi lainnya. Di sisi dibentuk Pansel yang melaksakan proses melihat administrasi, melakukan assessment dengan memanggil seluruh calon Rektor, pengakumulasian nilai, hingga pemeringkatan yang jadi hasil akhir dari assessment.
“Dari pola pemilihan ini, semua orang bisa punya peluang dan kesempatan untuk bisa mencalonkan diri. Bahkan, tiga orang yang daftar adalah perempuan, ini menjadi sejarah baru di IHDN Denpasar. Minimal kita bisa lihat bagaimana keberanian perempuan untuk tampil di ruang publik,” tegas Yoga.
“Pola pemilihan ini juga meminimalisir konfik internal, karena banyak ada kejadian konflik internal justru saat pemilihan Rektor. Misalnya, terjadi kubu-kubuan yang lumbrah terjadi. Tapi di sisi lain, proses demokrasinya agak sedikit berkurang, karena proses kampanye, debat, dan sosialisasi tidak berlangsung.”
Sementara itu, Prof Sudiana mengatakan, setelah terpilih menjadi Rektor, ada beberapa program yang sudah dirancang untuk mengembangkan IHDN Denpasar. Di antaranya, meningkatkan riset dan publikasi ilmiah serta jurnal yang terakreditasi nasioal dan internasional, membuat penerbitan, memfokuskan agar ada fakultas yang menjadi unggulan sehingga IHDN Denpasar sebagai tempat strategis dalam pengembangan keilmuan berbasis agama, adat, budaya Bali, dan Hindu.
Menurut Prof Sudiana, sebagai kampus Hindu terbesar di Indonesia, IHDN Denpasar punya tanggung jawab moral untuk menungkatkan kualitas dan kuantitas. “Setelah mengemban tugas baru sebagai rektor, saya ingin meningkatkan SDM pegawai, karena tanpa SDM yang baik, kampus tidak baik,” jelas akademisi asal Banjar Santi, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem kelahiran 31 Desember 1967 ini.
Selain itu, di bawah kepemimpinannya nanti, Prof Sudiana akan meningkatkan kerjasama dengan universitas baik dalam dan luar negeri. Bahkan, dalam waktu dekat, pihaknya akan mengadakan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Konjen Tiongkok, sehingga para pelajar di sana dapat mengenal dan belajar di IHDN Denpasar. “Tentu juga meningkatkan status IHDN menjadi universitas dan melanjutkan program rektor lama,” tandas Ketua PHDI Bali ini. *in
Prof Sudiana dilantik sebagai Rektor IHDN menggantikan Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi. Sebelum dilantik, Prof Sudiana lebih dulu bertarung memperebutkan kursi Rektor IHDN Denpasar melalui pemilihan yang dilakukan di tingkat Kementerian Agama---karena IHDN sebagai perguruan tinggi agama. Dalam pemilihan Rektor IHDN, Prof Sudiana bersaing dengan 6 kandidat lainnya, termasuk sang incumbent Prof Nengah Duija (Rektor IHDN yang lama).
Sedangkan 5 kandidat lainnya masing-masing Direktur Pascasarjana IHDN Denpasar Dr Drs Ketut Sumadi MPar, Asdir II Program Pascasarjana IHDN Dr Dra Ni Ketut Srie Kusuma Wardhani MPd, Wakil Dekan I Fakultas Brahma Widya Prof Dr Drs I Made Surada MA, Kepala Pusat Studi Gender dan Anak Dr Ni Putu Winanti SAg MSi, serta Dr Made Sri Putri Purnamawati SAg MA MErg.
Menurut Ketua Panitia Penjaringan Bakal Calon Rektor IHDN Denpasar, Dr I Nyoman Yoga Segara Sag MHum, pihaknya hanya bertugas membuka peluang dan kesempatan sebanyak-banyaknya bagi para kandidat yang ingin maju sepanjang memenuhi syarat. Setelah pemenuhan syarat rampung, panitia kemudian menyerahkan ke Senat, untuk selanjutnya diserahkan ke Kementerian Agama (Kemenag) yang membentuk panitia seleksi untuk pemilihan Rektor ini. Penjaringan dilakukan bulan Maret 2017 atau 6 bulan sebelum jabatan Prof Duija berakhir.
“Di lingkup internal, panitia hanya menjaring calon Rektor saja, kemudian memverifikasi sesuai peraturan perundang-undangan. Setelah penjaringan, lalu hasilnya kita serahkan kepada senat untuk diberikan penilaian kualitatif. Senat pun tidak memiliki kewenangan untuk memilih, karena dari penilaian kualitatif senat itu kemudian diserahkan kepada panitia seleksi yang dibentuk oleh Menteri Agaman di pusat,” terang Dr Yoga Sehara saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, tadi malam.
Menteri Agama, lanjut Yoga, membuat panitia seleksi (Pansel) yang terdiri dari pejabat Eselon I, ditambah akademisi dari perguruan tinggi. “Yang saya tahu, Pansel untuk pemilihan Rektor IHDN Denpasar terdiri dari Sekjen Kementerian Agama, Dirjen Bimas Hindu, tokoh masyarakat yang diwakili oleh Ketua Umum PHDI Pusat, serta akademisi dari Unud dan UNHI,” katanya.
Menurut Yoga, pemilihan Rektor IHDN berbeda dengan Rektur perguruan tinggi lainnya. Di sisi dibentuk Pansel yang melaksakan proses melihat administrasi, melakukan assessment dengan memanggil seluruh calon Rektor, pengakumulasian nilai, hingga pemeringkatan yang jadi hasil akhir dari assessment.
“Dari pola pemilihan ini, semua orang bisa punya peluang dan kesempatan untuk bisa mencalonkan diri. Bahkan, tiga orang yang daftar adalah perempuan, ini menjadi sejarah baru di IHDN Denpasar. Minimal kita bisa lihat bagaimana keberanian perempuan untuk tampil di ruang publik,” tegas Yoga.
“Pola pemilihan ini juga meminimalisir konfik internal, karena banyak ada kejadian konflik internal justru saat pemilihan Rektor. Misalnya, terjadi kubu-kubuan yang lumbrah terjadi. Tapi di sisi lain, proses demokrasinya agak sedikit berkurang, karena proses kampanye, debat, dan sosialisasi tidak berlangsung.”
Sementara itu, Prof Sudiana mengatakan, setelah terpilih menjadi Rektor, ada beberapa program yang sudah dirancang untuk mengembangkan IHDN Denpasar. Di antaranya, meningkatkan riset dan publikasi ilmiah serta jurnal yang terakreditasi nasioal dan internasional, membuat penerbitan, memfokuskan agar ada fakultas yang menjadi unggulan sehingga IHDN Denpasar sebagai tempat strategis dalam pengembangan keilmuan berbasis agama, adat, budaya Bali, dan Hindu.
Menurut Prof Sudiana, sebagai kampus Hindu terbesar di Indonesia, IHDN Denpasar punya tanggung jawab moral untuk menungkatkan kualitas dan kuantitas. “Setelah mengemban tugas baru sebagai rektor, saya ingin meningkatkan SDM pegawai, karena tanpa SDM yang baik, kampus tidak baik,” jelas akademisi asal Banjar Santi, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem kelahiran 31 Desember 1967 ini.
Selain itu, di bawah kepemimpinannya nanti, Prof Sudiana akan meningkatkan kerjasama dengan universitas baik dalam dan luar negeri. Bahkan, dalam waktu dekat, pihaknya akan mengadakan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Konjen Tiongkok, sehingga para pelajar di sana dapat mengenal dan belajar di IHDN Denpasar. “Tentu juga meningkatkan status IHDN menjadi universitas dan melanjutkan program rektor lama,” tandas Ketua PHDI Bali ini. *in
1
Komentar