Rumah-Sanggah Hancur, 10 KK Terisolasi
Bencana tebing longsor terjadi di Banjar Mekarsari, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana, Minggu (15/10) malam.
Bencana Tebing Longsor Desa Manistutu, Kecamatan Melaya
NEGARA, NusaBali
Selain merusak bangunan rumah dan sanggah milik keluarga I Komang Winayasa, 36, longsor malam itu juga menggerus akses jalan rabat beton sepanjang 300 meter, hingga menyebabkan 10 kepala keluarga (KK) terisolasi.
Tebing di sebelah utara (bagian atas) rumah keluarga Komang Winayasa mendadak longsor saat hujan deras, Minggu malam sekitar pukul 22.40 Wita. Saat bencana terjadi malam itu, Komang Winayasa belum tidur.
Sementara sang istri, Komang Murdiani, sudah tidur. Demikian pula kedua anak mereka, I Putu Junaedi, 12, dan Ni Kadek Aspira Dewi, 2. Untungnya, satu keluarga beranggotakan 4 orang ini selamat dari maut tanpa terluka.
Menurut Komang Winayasa, sebelum longsor terjadi malam itu, dia langsung bergegas mengajak istri dan kedua anaknya keluar dari rumahnya menyelamatkan diri. Winayasa bersama keluarganya masih sempat menyelamatkan diri, karena sempat mendengar gemuruh air dari tebing sebelah utara rumahnya. Begitu Winayasa berada di luar rumah bersama istri dan kedua anaknya, tebing di sebelah utara rumahnya benar-benar longsor.
Dinding rumah korban pun jebol di beberapa titik. Pertama, dinding kamar tidur Winayasa bersama istrinya, Komang Murdiani, serta dua anaknya. Kedua, dinding kamar suci. Material longsoran masuk ke dalam rumahnya. Perabotan di ruang keluarga, serta dua kamar tidur lainnya juga tertimbun lumpur. Bahkan, bangunan Sanggah Lebuh di sisi timur laut rumah korban, roboh diterjang longsor.
“Ya tembok dua ruangan jebol sama Sanggah Lebuh. Beberapa perabotan juga ikut tertimbun longsor, termasuk lemari, TV, dan kulkas. Beruntung, kami sekeluarga selamat,” tutur Winayasa saat ditemui NusaBali di lokasi bencana, Senin (16/10) siang.
Karena rumahnya porakporanda, Winayasa bersama itri dan kedua anaknya malam itu terpaksa tidur di bangunan gudang pekarangan yang masih berdiri utuh. “Ya, rencananya buat sementara kami tetap akan tidur di bangunan gudang ini, sambil menunggu perbaikan. Tadi kami dapat bantuan terpal dari petugas (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jembrana, Red),” tutur Winayasa, yang kesehariannya bekerja sebagai pengepul kelapa dan janur.
Sementara itu, bencana tebing longsor tersebut bukan hanya merusak rumah keluarga Winayasa. Jalan rabat beton di sebelah rumah keluarga Winayasa juga ikut tergerus. Jalan yang tergerus ini merupakan satu-satunya akses jalan menuju rumah milik 10 KK di sebelah utara rumah korban Winayasa.
Walhasil, 10 KK yang tinggal di wilayah Banjar Mekarsari, Desa Manistutu tersebut praktis terisolasi. Hingga Senin kemarin, mereka tidak bisa keluar masuk naik motor. Mereka hanya bisa lewat dengan jalan kaki. Bukan hanya itu. Bencana longsor malam itu juga merusak jaringan air bersih yang dibuat warga secara swadaya untuk mengalirkan kebutuhan air bersih bagi 31 KK setempat.
Kepala Desa (Perbekel) Manistutu, I Putu Suamba, sempat terjun ke lokasi bencana longsor bersama Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, Ketut Eko Susilo Artha Permana, Senin kemarin. “Jalan rabat beton yang tergerus ini dibangun tahun 2008 dengan panjang sekitar 500 meter. Tapi, sekarang tergerus sepanjang 300 meter,” ujar Perbekel Putu Suamba di lokasi, Senin kemarin.
Perbekel Suamba mengatakan, berbagai dampak kerusakan tersebut, khususnya mengenai akses jalan yang tergerus, sudah dikoordinasikan dengan jajaran terkait di Pemkab Jembrana. Rencannya, akses jalan yang tergerus akan diratakan dengan mendatangkan alat berat, Selasa (17/10) ini. “Sedangkan untuk kerusakan bangunan rumah milik keluarga Winayasa, akan diajukan agar mendapat bantuan dari BPBD Provinsi Bali,” sambung Ketut Eko Susilo. 7 ode
Komentar