Kemarau Panjang, Buleleng Siaga Kekeringan
Memasuki musim penghujan, Kabupaten Buleleng masih dilanda kemarau panjang.
SINGARAJA, NusaBali
Meski hujan sudah mulai mengguyur sejumlah wilayah di Bali, namun tidak demikian halnya di Kabupaten Buleleng. Cuaca panas dan daerah yang masih nihil hujan nampak masih berlangsung hingga Senin (16/10) kemarin.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Made Subur tidak menampik bahwa Buleleng mengalami kemarau panjang. Situasi ini pun sesuai dengan ramalan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatoogi dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung hingga akhir Oktober mendatang. “Diperkirakan musim penghujan di Buleleng baru dimulai pada awal November mendatang,” kata Subur.
Pihaknya pun mengatakan bahwa kemarau panjang yang sering kali menimpa Buleleng memang merupakan siklus alam dengan rentang waktu 3-5 tahun sekali. Meski demikian pihaknya mengaku sudah melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menanggulangi kekeringan yang biasanya dibarengi dengan krisis air bersih di sejumlah wilayah Buleleng.
Tiga mobil tangki air BPBD pun disiagakan untuk penyuplaian air bersih setiap saat jika dibutuhkan oleh desa-desa yang dilanda kekeringan. Dua mobil tangki di antaranya adalah milik BPBD Provinsi Bali yang di-standby-kan dan siap meluncur kapan saja diperlukan. Selain itu dalam suplai air besih di musim kemarau, BPBD juga dibantu oleh PDAM Buleleng.
“Memang saat ini belum banyak yang mengajukan, baru di tiga desa di Tejakula, seperti Sambirenteng, Sembiran dan Tembok,” kata dia. Sedangkan pemetaan daerah rawan kekeringan di Buleleng hampir ada di sembilan kecamatan. Pengajuan suplai air bersih akibat kekeringan dan kemarau panjang dijelaskan Subur sangat mudah.
Masyarakat di daerah terdampak cukup mengajukan permohonan kepada BPBD Buleleng melalui Perbekelnya. Selanjutnya air bersih segera akan disuplai ke daerah terdampak. Sementara itu ditanya soal kaitan cuaca panas dan kemarau panjang di Buleleng dengan bencana erupsi Gunung Agung, Subur pun menegaskan hal tersebut tidak ada sangkut-pautnya. Kemarau panjang dan cuaca panas di Buleleng memang terjadi karena faktor dan siklus alam yang berbeda dari Daerah di Bali tengah dan Selatan.*k23
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Made Subur tidak menampik bahwa Buleleng mengalami kemarau panjang. Situasi ini pun sesuai dengan ramalan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatoogi dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung hingga akhir Oktober mendatang. “Diperkirakan musim penghujan di Buleleng baru dimulai pada awal November mendatang,” kata Subur.
Pihaknya pun mengatakan bahwa kemarau panjang yang sering kali menimpa Buleleng memang merupakan siklus alam dengan rentang waktu 3-5 tahun sekali. Meski demikian pihaknya mengaku sudah melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menanggulangi kekeringan yang biasanya dibarengi dengan krisis air bersih di sejumlah wilayah Buleleng.
Tiga mobil tangki air BPBD pun disiagakan untuk penyuplaian air bersih setiap saat jika dibutuhkan oleh desa-desa yang dilanda kekeringan. Dua mobil tangki di antaranya adalah milik BPBD Provinsi Bali yang di-standby-kan dan siap meluncur kapan saja diperlukan. Selain itu dalam suplai air besih di musim kemarau, BPBD juga dibantu oleh PDAM Buleleng.
“Memang saat ini belum banyak yang mengajukan, baru di tiga desa di Tejakula, seperti Sambirenteng, Sembiran dan Tembok,” kata dia. Sedangkan pemetaan daerah rawan kekeringan di Buleleng hampir ada di sembilan kecamatan. Pengajuan suplai air bersih akibat kekeringan dan kemarau panjang dijelaskan Subur sangat mudah.
Masyarakat di daerah terdampak cukup mengajukan permohonan kepada BPBD Buleleng melalui Perbekelnya. Selanjutnya air bersih segera akan disuplai ke daerah terdampak. Sementara itu ditanya soal kaitan cuaca panas dan kemarau panjang di Buleleng dengan bencana erupsi Gunung Agung, Subur pun menegaskan hal tersebut tidak ada sangkut-pautnya. Kemarau panjang dan cuaca panas di Buleleng memang terjadi karena faktor dan siklus alam yang berbeda dari Daerah di Bali tengah dan Selatan.*k23
Komentar