Para Napi Ajari Pengungsi Bikin Kerajinan Berbahan Koran Bekas
Belasan narapidana dari LP Narkotika Bangli dan LP Karangasem terjun ke Posko Pengungsian Bencana Gunung Agung di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Selasa (17/10) pagi.
BANGLI, NusaBali
Para napi ini datang untuk mengajarkan keterampilan membuat kerajinan berbahan koran bekas kepada pengungsi. Ada 14 napi yang punya keterampilan khusus terjun ke Posko Pengungsian di Kelurahan Kubu, Selasa pagi pukul 10.00 Wita. Mereka terdiri dari 8 napi LP Narkotika Bangli (yang berlokasi di Banjar Bungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli) dan 6 napi LP Karangasem (yang penahananya dipindahkan ke LP Narkotika Bangli sejak 26 September 2017, karena bencana Gunung Agung).
Para napi yang terjun berbagi ilmu keterampilan kepada pengungsi di Posko Pengungsian Kubu, Selasa kemarin, dikawal ketat sejumlah petugas LP Narkotika untuk antisipasi jangan sampai mereka kabur. Kepala LP Narkotika Bangli, Arif Rahman, juga ikut mendampingi para napi.
Menurut Arif Rahman, kegiatan bhakti sosial ke Posko Pengungsian Bencana Gunung Agung ini sebetulnya sudah direncanakan lama. Namun, baru sekarang bisa terealisasi. Pihaknya sekalian menyerahkan bantuan bencana yang terkumpul dari sumbangan seluruh staf. Bantuan yang diserahkan di Posko Pengungsian kemarin berupa tempat tidur, perlengkapan mandi, dan kebutuhan pokok.
Sedangkan para napi yang diajak terjun ke Posko Pengungsian di Kelurahan Kubu, kata Arif Rahman, adalah mereka yang memiliki kemampuan membuat kerajinan dari bahan koran bekas. Itu pun, diutamakan bagi para napi yang sudah menjelang bebas dari penjara. "Kami pilih yang bisa diajak keluar, tapi tetap diperhitungkan keamanannya," jelas Arif Rahman.
Sementara itu, para napi dari LP Narkotika Bangli dan LP Karangasem berjumlah 14 orang tiba di Posko Pengungsian Kelurahan Kubu, Selasa pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Para napi yang semuanya memiliki keterampilan ini langsung berbaur dengan para pengungsi.
Mereka berbagi ilmu dan keterampilan membuat kerajinan dari koran bekas, seperti sokasi atau keben. Para pengungsi pun dengan antusias belajar membuat sokasi yang diberikan napi. Bahkan, pengungsi kalangan anak-anak juga ikut berbaur.
Salah seorang napi dari LP Narkotika Bangli, Muhamad Syarif, 32, termasuk di antara 14 napi yang terjun berbagi ilmu keterampilan ke Posko Pengungsian Kubu. Mereka mengajarkan cara membuat sokasi dan tempat bunga kepada para pengungsi. "Kami tidak punya apa-apa untuk diberikan, kami hanya bisa berbagi cara membuat kerajinan," ungkap Syarif kepada NusaBali.
Syarif berharap apa yang diajarkan bisa dipraktekkan oleh krama pengungsi untuk mengisi waktu luang. "Saya tidak berpikir terlalu jauh untuk bisnis, paling tidak kerajinan bisa dibuat untuk keperluan sendiri. Bahan-bahannya juga tidak terlalu sulit didapat, yakni koran bekas," jelas terpidana 12 tahun kasus narkotika asal Jakarta ini.
Menurut Syarif, buat sementara warga pengungsi baru diperkenalkan proses pembuatan awal sokasi berbahan koran bekas, mulai dari menggulung koran sampai membentuk rangka. Karena keterbatasan waktu, maka jika ada pengungsi yang ingin belajar serius, dipersilakan datang ke LP Narkotika Bangli. "Kami siap membantu kalau ada yang mau datang ke Lapas untuk belajar bikin kerajinan berbahan koran," katanya.
Syarif mengaku senang, karena bisa datang ke Posko Pengungsian dan diterima dengan baik oleh para pengungsi tanpa ada rasa takut. Apalagi, semua pengungsi, termasuk kalangan anak-anak, bisa akrab dengan para napi.
Syarif sendiri mengaku bisa membuat kerajinan berbahan koran bekas, secara otodidak. "Kebetulan, saya dulu ditahan di Lapas Tabanan. Ada teman yang membuat kerajinan ini di Lapas Tabanan, saya pun coba-coba, ternyata akhirnya bisa juga," tutur Syarif.
Menurut Syarif, awalnya kerajinan yang dibuat berupa kapal laut. Namun, melihat kenyataan di lapangan, dia terinspirasi membuat kerajinan berupa perlengakapan upacara keagamaan Hindu, seperti bentuk sokasi, bokor, dan tempat bunga.
Disebutkan, 80 persen penghuni LP Narkotika Bangli bisa membuat kerajinan seperti ini. Hasil karya para napi kasus narkotika tersebut bahkan sudah dipasarkan, peminatnya pun cukup banyak. "Pemasaran dibantu keluarga dan petugas Lapas. Pesanan biasanya diambil saat jam besuk. Jadi, meski berada di dalam Lapas, kami bisa memiliki penghasilan," ujar Syarif.
Syarif mengangku setiap bulan bisa mendapatkan penghasilan Rp 1 juta dari keterampilan membuat kerajinan berbahan koran bekas. “Setelah nanti bebas dari penjara, saya akan melanjutkan pekerjaan membuat kerajinan koran bekas ini. Semoga ada modal nantinya.” *e
Para napi yang terjun berbagi ilmu keterampilan kepada pengungsi di Posko Pengungsian Kubu, Selasa kemarin, dikawal ketat sejumlah petugas LP Narkotika untuk antisipasi jangan sampai mereka kabur. Kepala LP Narkotika Bangli, Arif Rahman, juga ikut mendampingi para napi.
Menurut Arif Rahman, kegiatan bhakti sosial ke Posko Pengungsian Bencana Gunung Agung ini sebetulnya sudah direncanakan lama. Namun, baru sekarang bisa terealisasi. Pihaknya sekalian menyerahkan bantuan bencana yang terkumpul dari sumbangan seluruh staf. Bantuan yang diserahkan di Posko Pengungsian kemarin berupa tempat tidur, perlengkapan mandi, dan kebutuhan pokok.
Sedangkan para napi yang diajak terjun ke Posko Pengungsian di Kelurahan Kubu, kata Arif Rahman, adalah mereka yang memiliki kemampuan membuat kerajinan dari bahan koran bekas. Itu pun, diutamakan bagi para napi yang sudah menjelang bebas dari penjara. "Kami pilih yang bisa diajak keluar, tapi tetap diperhitungkan keamanannya," jelas Arif Rahman.
Sementara itu, para napi dari LP Narkotika Bangli dan LP Karangasem berjumlah 14 orang tiba di Posko Pengungsian Kelurahan Kubu, Selasa pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Para napi yang semuanya memiliki keterampilan ini langsung berbaur dengan para pengungsi.
Mereka berbagi ilmu dan keterampilan membuat kerajinan dari koran bekas, seperti sokasi atau keben. Para pengungsi pun dengan antusias belajar membuat sokasi yang diberikan napi. Bahkan, pengungsi kalangan anak-anak juga ikut berbaur.
Salah seorang napi dari LP Narkotika Bangli, Muhamad Syarif, 32, termasuk di antara 14 napi yang terjun berbagi ilmu keterampilan ke Posko Pengungsian Kubu. Mereka mengajarkan cara membuat sokasi dan tempat bunga kepada para pengungsi. "Kami tidak punya apa-apa untuk diberikan, kami hanya bisa berbagi cara membuat kerajinan," ungkap Syarif kepada NusaBali.
Syarif berharap apa yang diajarkan bisa dipraktekkan oleh krama pengungsi untuk mengisi waktu luang. "Saya tidak berpikir terlalu jauh untuk bisnis, paling tidak kerajinan bisa dibuat untuk keperluan sendiri. Bahan-bahannya juga tidak terlalu sulit didapat, yakni koran bekas," jelas terpidana 12 tahun kasus narkotika asal Jakarta ini.
Menurut Syarif, buat sementara warga pengungsi baru diperkenalkan proses pembuatan awal sokasi berbahan koran bekas, mulai dari menggulung koran sampai membentuk rangka. Karena keterbatasan waktu, maka jika ada pengungsi yang ingin belajar serius, dipersilakan datang ke LP Narkotika Bangli. "Kami siap membantu kalau ada yang mau datang ke Lapas untuk belajar bikin kerajinan berbahan koran," katanya.
Syarif mengaku senang, karena bisa datang ke Posko Pengungsian dan diterima dengan baik oleh para pengungsi tanpa ada rasa takut. Apalagi, semua pengungsi, termasuk kalangan anak-anak, bisa akrab dengan para napi.
Syarif sendiri mengaku bisa membuat kerajinan berbahan koran bekas, secara otodidak. "Kebetulan, saya dulu ditahan di Lapas Tabanan. Ada teman yang membuat kerajinan ini di Lapas Tabanan, saya pun coba-coba, ternyata akhirnya bisa juga," tutur Syarif.
Menurut Syarif, awalnya kerajinan yang dibuat berupa kapal laut. Namun, melihat kenyataan di lapangan, dia terinspirasi membuat kerajinan berupa perlengakapan upacara keagamaan Hindu, seperti bentuk sokasi, bokor, dan tempat bunga.
Disebutkan, 80 persen penghuni LP Narkotika Bangli bisa membuat kerajinan seperti ini. Hasil karya para napi kasus narkotika tersebut bahkan sudah dipasarkan, peminatnya pun cukup banyak. "Pemasaran dibantu keluarga dan petugas Lapas. Pesanan biasanya diambil saat jam besuk. Jadi, meski berada di dalam Lapas, kami bisa memiliki penghasilan," ujar Syarif.
Syarif mengangku setiap bulan bisa mendapatkan penghasilan Rp 1 juta dari keterampilan membuat kerajinan berbahan koran bekas. “Setelah nanti bebas dari penjara, saya akan melanjutkan pekerjaan membuat kerajinan koran bekas ini. Semoga ada modal nantinya.” *e
Komentar