Posko Sutasoma Belum Perlu Bilik Cinta
Hampir sebulan, para pengungsi telah menghabiskan waktunya di posko-posko pengungsian.
GIANYAR, NusaBali
Selama itu pula, para pengungsi kalangan suami-istri harus rela menahan kebutuhan biologisnya untuk bercinta. Selain karena situasi tak memungkinkan, ketiadaan tempat khusus berupa bilik cinta pun tak disediakan. Seperti di Posko Pengungsian Lapangan Sutasoma, Sukawati, Gianyar. Hingga Rabu (18/10), BPBD Gianyar masih menunggu petunjuk dari atasan. Kepala BPBD Gianyar AA Oka Digjaya mengatakan keberadaan bilik cinta tersebut memang cukup penting. Namun, pembangunannya memerlukan analisis yang matang. Terkait teknis, berapa banyak, dimana hingga aturan mainnya. Namun, hematnya Posko Sutasoma ini tunda pembangunan bilik cinta itu. "Belum ada (bilik cinta, Red) dan akan kami koordinasikan dengan BPBD Bali," jelasnya.
Sementara itu, para pengungsi malu-malu ketika ditanya terkait kebutuhan akan bilik cinta itu. Seperti yang diungkapkan Ni Wayan Renis,37, asal Banjar Perang Sari Kelod, Selat, Karangasem ini. Renis yang baru dikaruniai satu anak berusia 9 tahun ini mengaku tak memikirkan akan membuat anak lagi. "Sudah punya anak, gak begituan lagi. Apalagi sekarang kondisinya seperti ini. Tambah tidak mungkin," ujarnya.
Jika pun nanti dibangun bilik cinta itu, Renis pun masih malu-malu mengatakan akan memanfaatkannya. Agar tak berpikiran ke arah bercinta itu, Renis pilih menekuni kerajinan berbahan ate. Satu bokor bunga ate dijual Rp 30.000, dan bokor oval Rp 150.000.
Ditemui terpisah, ibu muda, Ni Kadek Tresniari,24, mengaku hampir sebulan ini, cuti berhubungan intim. "Kami utamakan keselamatan jiwa saja dulu dan anak-anak. Itu (hubungan intim) urusan belakangan," ujarnya. Perempuan asal Banjar Perang Sari Kelod, Selat ini punya dua anak; satu laki dan satu perempuan balita.
Di Posko Lapangan Sutasoma kini terdapat 582 pengungsi, terdiri dari 137 KK, 297 laki-laki, 285 perempuan, 3 penyandang disabilitas, 2 ibu hamil, 67 lansia, 42 balita, 21 bayi dan sisanya pelajar SD, SMP dan SMA. Kepala BPBD Gianyar AA Oka Digjaya menambahkan, dengan status tanggap darurat ini, kewenangan koordinasi pengungsi ini dari BPBD ke Makodim Ginyar, per Rabu (18/10). *nvi
Sementara itu, para pengungsi malu-malu ketika ditanya terkait kebutuhan akan bilik cinta itu. Seperti yang diungkapkan Ni Wayan Renis,37, asal Banjar Perang Sari Kelod, Selat, Karangasem ini. Renis yang baru dikaruniai satu anak berusia 9 tahun ini mengaku tak memikirkan akan membuat anak lagi. "Sudah punya anak, gak begituan lagi. Apalagi sekarang kondisinya seperti ini. Tambah tidak mungkin," ujarnya.
Jika pun nanti dibangun bilik cinta itu, Renis pun masih malu-malu mengatakan akan memanfaatkannya. Agar tak berpikiran ke arah bercinta itu, Renis pilih menekuni kerajinan berbahan ate. Satu bokor bunga ate dijual Rp 30.000, dan bokor oval Rp 150.000.
Ditemui terpisah, ibu muda, Ni Kadek Tresniari,24, mengaku hampir sebulan ini, cuti berhubungan intim. "Kami utamakan keselamatan jiwa saja dulu dan anak-anak. Itu (hubungan intim) urusan belakangan," ujarnya. Perempuan asal Banjar Perang Sari Kelod, Selat ini punya dua anak; satu laki dan satu perempuan balita.
Di Posko Lapangan Sutasoma kini terdapat 582 pengungsi, terdiri dari 137 KK, 297 laki-laki, 285 perempuan, 3 penyandang disabilitas, 2 ibu hamil, 67 lansia, 42 balita, 21 bayi dan sisanya pelajar SD, SMP dan SMA. Kepala BPBD Gianyar AA Oka Digjaya menambahkan, dengan status tanggap darurat ini, kewenangan koordinasi pengungsi ini dari BPBD ke Makodim Ginyar, per Rabu (18/10). *nvi
1
Komentar