Kerja Keras Buat Bide untuk Bekal Pulang Saat Galungan
Cerita Pengungsi Gunung Agung di Nyanglan, Tembuku, Bangli
BANGLI, NusaBali
Warga pengungsi asal Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem yang menempati wantilan Desa Adat Nyanglan, Desa Bangbang, Kecamatan Tembuku, Bangli, berencana pulang kampung saat Hari Raya Galungan yang jatuh pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu 1 November 2017 nanti. Agar ada bekal saat hari raya, warga pengungsi bekerja dengan membuat bide (anyaman dari bambu).
Pantauan NusaBali, Sabtu (21/10) nampak sejumlah ibu-ibu pengungsi tengah asyik membuat bide di areal wantilan. Salah seorang warga Ni Wayan Rani, 35, mengaku berencana pulang saat Hari Raya Galungan agar bisa sembahyang di rumah. Setelah itu dia dan warga yang lain akan kembali ke pengungsian.
"Kami merasa ada yang kurang bila hari raya tidak pulang. Semoga nanti kondisi masih aman," ujarnya. Kemudian, agar mendapat penghasilan, warga pengungsi khusus perempuan membuat bide. "Biar ada kegiatan di pengungsian dan kami bisa berbelanja, setidaknya bisa membeli canang," ungkap perempuan asal Banjar Gunung Jau, Desa Muncan ini.
Pembuatan bide dilakukan secara berkelompok, setelah bide terkumpul baru pembeli datang ke lokasi pengungsian untuk mengambil bide. Bide biasa digunakan untuk alas atau tempat buah salak. Satu lembar bide dengan ukuran 1 meter dijual Rp 6.000. Dalam sehari satu orang bisa membuat bide sebanyak tiga lembar.
Proses pembuatan bide, yakni bambu di potong ukuran 50 centimeter, kemudian bambu dibilah tipis. Selanjutnya bambu tersebut dijemur agar saat dianyam bambu bisa rapat. "Bambu kami cari di Muncan, untuk penjualan ada yang langsung cari ke sini," sambung pengungsi yang lain.
Disinggung terkait persiapan hari raya Galungan, warga pengungsi mengaku belum ada persiapan khusus, sementara masih bekerja agar ada penghasilan. Warga pun mengaku waswas dengan kondisi Gunung Agung. "Tahun 1963 Gunung Agung meletus menjelang Galungan, mungkin sekarang meletus bertemu dengan otonannya. Memohon yang terbaik kepada Ida Sang Hyang Widhi," ungkap Wayan Rani seraya mengatakan pengungsi di wantilan Desa Adat Nyanglan sebanyak 9 kepala keluarga. *e
Pantauan NusaBali, Sabtu (21/10) nampak sejumlah ibu-ibu pengungsi tengah asyik membuat bide di areal wantilan. Salah seorang warga Ni Wayan Rani, 35, mengaku berencana pulang saat Hari Raya Galungan agar bisa sembahyang di rumah. Setelah itu dia dan warga yang lain akan kembali ke pengungsian.
"Kami merasa ada yang kurang bila hari raya tidak pulang. Semoga nanti kondisi masih aman," ujarnya. Kemudian, agar mendapat penghasilan, warga pengungsi khusus perempuan membuat bide. "Biar ada kegiatan di pengungsian dan kami bisa berbelanja, setidaknya bisa membeli canang," ungkap perempuan asal Banjar Gunung Jau, Desa Muncan ini.
Pembuatan bide dilakukan secara berkelompok, setelah bide terkumpul baru pembeli datang ke lokasi pengungsian untuk mengambil bide. Bide biasa digunakan untuk alas atau tempat buah salak. Satu lembar bide dengan ukuran 1 meter dijual Rp 6.000. Dalam sehari satu orang bisa membuat bide sebanyak tiga lembar.
Proses pembuatan bide, yakni bambu di potong ukuran 50 centimeter, kemudian bambu dibilah tipis. Selanjutnya bambu tersebut dijemur agar saat dianyam bambu bisa rapat. "Bambu kami cari di Muncan, untuk penjualan ada yang langsung cari ke sini," sambung pengungsi yang lain.
Disinggung terkait persiapan hari raya Galungan, warga pengungsi mengaku belum ada persiapan khusus, sementara masih bekerja agar ada penghasilan. Warga pun mengaku waswas dengan kondisi Gunung Agung. "Tahun 1963 Gunung Agung meletus menjelang Galungan, mungkin sekarang meletus bertemu dengan otonannya. Memohon yang terbaik kepada Ida Sang Hyang Widhi," ungkap Wayan Rani seraya mengatakan pengungsi di wantilan Desa Adat Nyanglan sebanyak 9 kepala keluarga. *e
1
Komentar