Pengantar Surat Teror di Buleleng Diduga Anggota Jaringan Radikal
Sehari pasca teror ancaman bom yang ditebar melalui surat ke Kantor Camat Buleleng, jajaran terkait menggelar rapat koordinasi di Lobi Kantor Bupati Buleleng di Singaraja, Selasa (18/1).
SINGARAJA, NusaBali
Terungkap, aksi teror melalui surat tersebut diduga dilakukan oleh salah satu anggota jaringan radikal.
Rapat koordinasi di Lobi Kantor Bupati Buleleng, Selasa kemarin, dipimpin langsung Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra. Rapapat koordinasi ini menghadirkan seluruh perwakilan lapisan masyarakat. Dandim 1609/Buleleng, Letkol Inf Budi Prasetyo, juga hadir bersama Wakapolres Buleleng Kompol Michael R Risakotta. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Buleleng, HM Hidayat Abas, pun hadir dalam rapat koordinasi di Lobi Kantor Bupati tersebut.
Teror ancaman bom yang ditebar melalui surat ke Kantor Camat Buleleng, Senin (18/1) pagi, diduga dilakukan salah satu anggota jaringan radikal dari belahan Indonesia Timur. Dugaan tersebut disampaikan Dandim Budi Prasetyo. Menurut dia, meski belum tentu benar, namun pihaknya meyakini pria tak dikenal yang mengantar surat berisi ancaman teror bom di Kantor Camat Buleleng, Senin pagi pukul 08.30 Wita, merupakan salah satu anggota jaringan radikal.
“Kami belum tahu pasti jaringan apa, namun kemungkinan besar pengirim ancaman itu dari salah satu jaringan radikal yang ada di Indonesia Timur,” ujar Budi Prasetyo.
Jajaran TNI, kata Budi Prasetyo, telah menempuh beberapa langkah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, melakukan patroli bersenjata, memperketat pengamanan di hotel dan bank serta di pelabuhan-pelabuhan tradisional. Selain itu, Kodim 1609/Buleleng juga siapkan satu kompi pasukan yang siap digerakkan kapan saja.
“Yang menjadi perhatian khusus adalah pelabuhan rakyat di Buleleng yang jumlahnya cukup banyak. Kami sudah siapkan pasukan khusus untuk terus mengawal penduduk pendatang yang masuk dan keamanan di pelabuhan rakyat,” katanya. “Kita juga mengintenskan pengamanan di pintu masuk perbatasan antara Jembrana dan Buleleng, bergandengan dengan Polri,” imbuhnya.
Budi Prastyo menegaskan, wilayah Buleleng memiliki garis pantai terpanjang di Bali, yakni mencapai sekitar 144 kilometer. "Ini sangat berpotensi sebagai jalur masuknya kelompok-kelompok teroris yang ingin mengusik kedamaian di Bali," katanya.
Karena itu, Kodim 1609/Buleleng juga telah menurunkan satu pleton pasukan khusus mengamankan beberapa wilayah pesisir yang potensi digunakan sebagai jalur tikus masuknya teroris. Bagi dia, teror apa pun namanya, perlu ditanggapi serius, apalagi situasi dunia saat ini didominasi berbagai ancaman ISIS.
Sementara, Ketua MUI Buleleng, HM Hidayat Abas, menyatakan belum tahu soal anggota jaringan radikal yang mengirim surat ancaman bom ke Kantor Camat Buleleng. Terkait tulisan Arab yang dibubuhkan di bagian atas surat ancaman bom tersebut, menurut Hidayat, tulisan seperti itu memang digunakan beberapa negara sebagai lambang negara untuk mengagungkan Tuhan. Tapi, kata Hidayat, tidak ada ajaran agama yang membenarkan umatnya melakukan pembunuhan.
“Dalam ajaran Islam yang tertulis di dalam kitab suci, tidak dibenarkan membunuh sesama. Begitu pula saya yakini di ajaran agama lain. Jadi, mereka yang mengatasnamakan Allah untuk membunuh dan menyebarkan teror, sudah pasti tindakannya tidak benar dan melanggar ajaran agama,” tegas Hidayat.
Selanjutnya...
1
2
Komentar