Penampahan, Pengungsi Diajak Mebat
Pemkab Klungkung akan mengajak mebat (memasak bersama) para pengungsi terdampak Gunung Agung asal Karangasem, di Posko GOR Swecapura, Desa Gelgel, Klungkung, pada Penampahan Galungan, Anggara Wage Dungulan, Selasa (31/10) pagi.
SEMARAPURA, NusaBali
Pemkab akan menyediakan celeng (babi) dan bumbu. Sedangkan, beras untuk nasi yang akan dimakan bersema masih tersedia di posko itu. Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada mengatakan, mebat bersama tersebut untuk memberikan kesempatan kepada para pengungsi terutama yang tidak bisa beraktivitas di rumahnya terkait status Gunung Agung di level IV (awas). Di samping itu, demi memupuk rasa kebersamaan. “Setelah selesai mebat nanti akan magibung dan makan bersama,” ujar Widiada kepada NusaBali, Selasa (24/10).
Lebih lanjut Widiada menyampaikan jumlah celeng yang akan disedikan untuk mebat akan dibahas dalam waktu dekat. Selain untuk pengungsi di GOR, rencananya celeng juga aka diberikan kepada pengungsi di luar GOR. Sehingga bagi pengungsi yang tidak bisa beraktivitas di kampung halamannya untuk mebat, bisa dilakukan di Klungkung. “Hal ini sempat disampaikan oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Untuk sarana mebat berupa blakas dan talenan (alas kayu) sudah disampaikan kepada pengungsi yang sempat pulang kampung agar membawanya ke GOR. Jika tidak sempat pulang karena situasi bencana, pengungsi tidak diharuskan membawa peralatan mebat tersebut.
Rencana tersebut disambut antusias warga pengungsi. ‘’Kami berterimakasih kepada pemerintah karena bersedia menyediakan bahan untuk mebat. Saya dan keluarga tentu akan ikut mebat di sini,” ujar Gusti Murjaya,40, pengungsi di GOR asal Banjar Dinas Gede, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem. *wa
Pemkab akan menyediakan celeng (babi) dan bumbu. Sedangkan, beras untuk nasi yang akan dimakan bersema masih tersedia di posko itu. Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada mengatakan, mebat bersama tersebut untuk memberikan kesempatan kepada para pengungsi terutama yang tidak bisa beraktivitas di rumahnya terkait status Gunung Agung di level IV (awas). Di samping itu, demi memupuk rasa kebersamaan. “Setelah selesai mebat nanti akan magibung dan makan bersama,” ujar Widiada kepada NusaBali, Selasa (24/10).
Lebih lanjut Widiada menyampaikan jumlah celeng yang akan disedikan untuk mebat akan dibahas dalam waktu dekat. Selain untuk pengungsi di GOR, rencananya celeng juga aka diberikan kepada pengungsi di luar GOR. Sehingga bagi pengungsi yang tidak bisa beraktivitas di kampung halamannya untuk mebat, bisa dilakukan di Klungkung. “Hal ini sempat disampaikan oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Untuk sarana mebat berupa blakas dan talenan (alas kayu) sudah disampaikan kepada pengungsi yang sempat pulang kampung agar membawanya ke GOR. Jika tidak sempat pulang karena situasi bencana, pengungsi tidak diharuskan membawa peralatan mebat tersebut.
Rencana tersebut disambut antusias warga pengungsi. ‘’Kami berterimakasih kepada pemerintah karena bersedia menyediakan bahan untuk mebat. Saya dan keluarga tentu akan ikut mebat di sini,” ujar Gusti Murjaya,40, pengungsi di GOR asal Banjar Dinas Gede, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem. *wa
Komentar