Patung GWK Ditargetkan Tuntas Agustus 2018
Patung GWK diharapkan menjadi hadiah HUT ke–73 RI. Patung GWK ini akan menjadi patung tembaga terbesar di dunia.
MANGUPURA, NusaBali
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang akan menjadi ikon Bali kini memasuki tahap pemasangan modul. Dari total 754 keping modul yang direncanakan, yang sudah terpasang sebanyak 234 modul. Direncanakan periode 25 Oktober hingga 31 November 2017 terpasang 28 modul. Sebanyak 12 modul sayap dan 16 modul paruh.
Penggagas GWK, I Nyoman Nuarta, mengemukakan patung GWK merupakan patung tembaga terbesar di dunia. Tinggi patung mencapai 121 meter dan berada di ketinggian 230 meter di atas permukaan laut. Berat total patung mencapai 4.000 ton. Selain itu patung GWK juga terdiri dari 754 modul dengan ukuran 4 meter x 3 meter tiap modul.
Pada Rabu (25/10), patung yang berdiri di atas lahan seluas 60 hektare itu dilakukan pemasangan wajah garuda. Diharapkan pemasangan wajah garuda pada patung ini menandai penyelesaian tahap akhir dari perwujudtan patung. Penyelesaian patung ini melibatkan sebanyak 120 orang seniman.
“Kami berharap GWK akan selesai sebagai sosok patung pada Agustus 2018. Tetapi kawasannya sebagai cultural park masih terus akan dibangun dan dikembangkan,” tutur Nuarta, Rabu kemarin.
Untuk mencapai target, pihaknya melakukan berbagai trik kerja. Dikatakannya tantangan yang dihadapi dalam pemasangan modul adalah angin kencang. Jika angin tidak kencang, maka yang dikerjakan adalah pada bagian yang sulit. Dikatakannya, tower crane pengangkut beban pada proyek itu bisa bekerja dengan kecepatan angin di bawah 10 knot. Sementara pada bulan-bulan tertentu di kawasan GWK kecepatan anginnya mencapai 70 knot.
Nuarta menjelaskan bagian tersulit adalah badan garuda dan badan Wisnu. Patung Wisnu posisinya nanti bertumpu pada patung Garuda. Sementara pada bagian sayap, yang tersulit adalah bagian bulunya. Bulu itu sangat berat dan fungsinya untuk menahan angin yang kencang. Sehingga pembangunannya perlu konstruksi yang kuat, yakni baja yang berukuran besar.
“Satu bulu beratnya 8 ton. Sementara kemampuan crane hanya 5 ton. Itu berarti dipotong lagi dan akan dipasang ulang saat sampai di atas. Ini yang membutuhkan waktu lama. Namun kami optimistis pembangunannya rampung bulan Agustus 2018,” tandasnya.
Lebih lanjut dikisahkan proses perencanaan, perancangan sampai konstruksi patung GWK hingga kini sudah berjalan selama 28 tahun. GWK muncul pada 1989 sebagai gagasan untuk menciptakan land mark pariwisata Bali. Tahun 1990 mulai dilakukan pengembangan konsep melibatkan Nyoman Nuarta sebagai penggagas, Joop Ave (mantan Menteri Pariwisata, almarhum), Ida Bagus Oka (mantan Gubernur Bali, almarhum), Ida Bagus Sudjana (mantan Menteri Pertambangan dan Energi, almarhum).
Meski awalnya menuai pro dan kontra di masyarakat Ungasan ketika itu, tahun 1993 rencana pengelolaan mendapat restu dari Presiden Soeharto. Tahun 1994 hingga 1996 dilakukan pengelolaan terhadap land art di sekitar bukit Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, hingga menjadi seperti sekarang.
Selama periode awal tahun 2000 pengerjaan proyek yang telah berjalan lama itu mengalami npasang surut. Nuarta mengakan, kawasan ini sempat terkatung-katung antara lanjut atau tidak.
“Ini sudah berjalan sangat lama. Saya sebagai seniman tak akan berhenti untuk melanjutkan karya besar ini. Kami coba mengejar agar Agustus 2018 selesai. Kami target selesai pada bulan Agustus tahun depan sebagai hadiah HUT ke–73 RI. Mudah-mudahan mampu selesai,” harapnya. *p
Penggagas GWK, I Nyoman Nuarta, mengemukakan patung GWK merupakan patung tembaga terbesar di dunia. Tinggi patung mencapai 121 meter dan berada di ketinggian 230 meter di atas permukaan laut. Berat total patung mencapai 4.000 ton. Selain itu patung GWK juga terdiri dari 754 modul dengan ukuran 4 meter x 3 meter tiap modul.
Pada Rabu (25/10), patung yang berdiri di atas lahan seluas 60 hektare itu dilakukan pemasangan wajah garuda. Diharapkan pemasangan wajah garuda pada patung ini menandai penyelesaian tahap akhir dari perwujudtan patung. Penyelesaian patung ini melibatkan sebanyak 120 orang seniman.
“Kami berharap GWK akan selesai sebagai sosok patung pada Agustus 2018. Tetapi kawasannya sebagai cultural park masih terus akan dibangun dan dikembangkan,” tutur Nuarta, Rabu kemarin.
Untuk mencapai target, pihaknya melakukan berbagai trik kerja. Dikatakannya tantangan yang dihadapi dalam pemasangan modul adalah angin kencang. Jika angin tidak kencang, maka yang dikerjakan adalah pada bagian yang sulit. Dikatakannya, tower crane pengangkut beban pada proyek itu bisa bekerja dengan kecepatan angin di bawah 10 knot. Sementara pada bulan-bulan tertentu di kawasan GWK kecepatan anginnya mencapai 70 knot.
Nuarta menjelaskan bagian tersulit adalah badan garuda dan badan Wisnu. Patung Wisnu posisinya nanti bertumpu pada patung Garuda. Sementara pada bagian sayap, yang tersulit adalah bagian bulunya. Bulu itu sangat berat dan fungsinya untuk menahan angin yang kencang. Sehingga pembangunannya perlu konstruksi yang kuat, yakni baja yang berukuran besar.
“Satu bulu beratnya 8 ton. Sementara kemampuan crane hanya 5 ton. Itu berarti dipotong lagi dan akan dipasang ulang saat sampai di atas. Ini yang membutuhkan waktu lama. Namun kami optimistis pembangunannya rampung bulan Agustus 2018,” tandasnya.
Lebih lanjut dikisahkan proses perencanaan, perancangan sampai konstruksi patung GWK hingga kini sudah berjalan selama 28 tahun. GWK muncul pada 1989 sebagai gagasan untuk menciptakan land mark pariwisata Bali. Tahun 1990 mulai dilakukan pengembangan konsep melibatkan Nyoman Nuarta sebagai penggagas, Joop Ave (mantan Menteri Pariwisata, almarhum), Ida Bagus Oka (mantan Gubernur Bali, almarhum), Ida Bagus Sudjana (mantan Menteri Pertambangan dan Energi, almarhum).
Meski awalnya menuai pro dan kontra di masyarakat Ungasan ketika itu, tahun 1993 rencana pengelolaan mendapat restu dari Presiden Soeharto. Tahun 1994 hingga 1996 dilakukan pengelolaan terhadap land art di sekitar bukit Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, hingga menjadi seperti sekarang.
Selama periode awal tahun 2000 pengerjaan proyek yang telah berjalan lama itu mengalami npasang surut. Nuarta mengakan, kawasan ini sempat terkatung-katung antara lanjut atau tidak.
“Ini sudah berjalan sangat lama. Saya sebagai seniman tak akan berhenti untuk melanjutkan karya besar ini. Kami coba mengejar agar Agustus 2018 selesai. Kami target selesai pada bulan Agustus tahun depan sebagai hadiah HUT ke–73 RI. Mudah-mudahan mampu selesai,” harapnya. *p
1
Komentar