KPK Cari Masukan Pembelajaran Antikorupsi
Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lebih dikenal saat melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT).
Gelar Diskusi Bersama Tokoh Bali di Penggak Men Mersi
DENPASAR, NusaBali
Sedangkan upaya pencegahan korupsi belum sepenuhnya menjadi perbincangan publik. Demikian diungkapkan pihak KPK, Irawati, dalam Focus Grup Discussion (FGD) dengan tema Diseminasi Inovasi Pembelajaran Antikorupsi Berdasarkan Nilai-nilai Agama dan Kearifan Lokal di Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Kesiman, Denpasar Timur, Kamis (26/10).
“FGD ini untuk mencari masukan agar ada satu model pembelajaran tentang antikorupsi secara terintegrasi, salah satunya pembelajaran berdasarkan Nilai Agama dan Kearifan Lokal. Sebab, pencegahan korupsi belum sepenuhnya berjalan dan menjadi perbincangan publik. Sementara ini, dalam menuntaskan korupsi masih dilihat ketika KPK mampu melakukan OTT,” ujar Irawati.
Padahal menurutnya, upaya pencegahan korupsi ini seharusnya yang menjadi perhatian serius semua pihak. Terutama model pembelajaran seperti apa yang harus dijalankan mulai anak-anak usia dini hingga perguruan tinggi. “Menurut kami, termasuk lembaga-lembaga non formal seperti adat, dan model penanganannya bisa dilibatkan untuk bersama-sama mencegah korupsi,” jelasnya.
Dalam FGD ini, sejumlah tokoh Bali hadir dintaranya Ketua Umum PHDI Pusat Wisnu Bawa Tenaya, tokoh Puri AA Ngurah Gede Kusuma Wardana, tokoh adat I Wayan Suarsa (Bendesa Adat Kuta), Guru Besar ISI Denpasar Prof Dr I Nyoman Sedana, tokoh dongeng Bali Made Taro, dan beberapa tokoh dan intelektual lainnya. Sedangkan dari pihak KPK dihadiri jajaran Bidang Fungsional Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan KPK Irawati dan Handayani.
Diskusi tersebut dimoderatori oleh Kelian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita. Diskusi berlangsung menarik dan menghasilkan beberapa masukan untuk model pembelajaran antikorupsi. Pada FGD itu, para tokoh Bali menyatakan kesiapan Bali menjadi percontohan memberantas korupsi diantaranya diutarakan para tokoh inteletual, mulai dari tokoh agama, bendesa adat, dosen, guru hingga seniman yang hadir.
Ketua Umum PHDI Wisnu Bawa Tenaya menjelaskan, sesungguhnya Bali memiliki kearifan lokal dan nilai-nilai agama yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam melaksanakan Dharma Agama dan Dharma Negara. Upaya pemberantasan korupsi dari sisi agama Hindu dan kearifan lokal di Bali, kata WBT, banyak yang bisa diambil untuk dijadikan acuan pembelajaran. “Intinya, upaya pemberantasan kosupsi dapat diberantas mulai dari kesadaran diri dengan mengembalikan kekuatan karakter, moral, mental yang sekarang ini mulai kendor,” kata WBT.
Lanjutnya, KPK bisa memulai bersama-sama jalinan komunikasi lintas sektoral, dan dari Bali bisa dimulai proyek percontohan anti korupsi di Indonesia. “Kami mengajak dari Bali bisa menjadi proyek percontohan antikorupsi. Bali memiliki kelengkapan dari sisi lokal jenius, baik agama, budaya, adat dan tata cara orang Bali,” jelasnya.
Sementara pendongeng Made Taro mengatakan, pembelajaran antikorupsi bisa dilakukan dengan mengajarkan kembali permainan tradisional serta cerita-cerita yang membidik dan memperkuat karakter anak. Upaya anti korupsi ini harus mulai dibicarakan sejak dini. “Melalui contoh-contoh dongeng, permainan anak, serta gending-gending kepada anak –anak, merupakan salah satu metode pembelajaran terhadap nilai-nilai karakter dan kejujuran dalam dunia anak. Sebab, nilai-nilai kejujuran sekarang ini sulit ditemui,” tandasnya. *in
Komentar