Bupati Eka Wiryastuti Ngayah Ngigel Rejang Renteng
Ribuan Sameton Pasek Melasti dari Punduk Dawa ke Segara Goa Lawah
SEMARAPURA, NusaBali
Puluhan ribu krama Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) se-Nusantara mengikuti prosesi Melasti Ida Batara Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bathara Mpu Gana, Desa Pakraman Punduk Dawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Radite Wage Kuningan, Minggu (5/11) pagi. Mereka jalan kaki dari Punduk Dawa menuju Segara (Laut) Goa Lawah, Desa Pesinggahan, yang berjarak sekitar 2,5 kilometer. Usai prosesi melasti, Bupoati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti ikut nbgayah ngigel (menari) tarian sakral Rejang Renteng.
Prosesi melasti yang dimulai pagi sekitar pukul 08.00 Wita kemarin dipuput 8 sulinggih dengan diiringi 300 pamangku yang semuanya membunyikan genta. Setelah prosesi malasti selesai sekitar pukul 12.00 Wita, Ida Batara kembali distanakan di Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Punduk Dawa. Sebelum Ida Batara dis-tanakan di palinggih masing-masing, diiringi dengan Tari Rejang Re-nteng di areal pura.
Salah satu penari Rejang Renteng adalah Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Usai ngayah menari, Bupati Eka Wiryastuti ikut mendak pralingga Ida Batara, kemudian melakukan pengobatan non medis bersama 200 anggota Yayasan Siwa Murti Bali dengan disaksikan Panisepuh Siwa Murti Bali, Jro Mangku Subagia.
Dalam kesempatan itu juga diserahkan punia baik secara tunai maupuan secara simbolis dari donatur maupun pihak terkait. Salah satunya, dari Harian Umum NusaBali dengan punia sebesar Rp 10 juta yang diserahkan Sekretaris Redaksi Ni Ketut Ayu Puspawati kepada Ketua Umum MGPSSR Prof Dr dr I Wayan Wita SPJP, didampingi Ketua Panitia Pembangunan Pura Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Batara Mpu Gana I Gede Muliarsana.
Manggala (Ketua Panitia) Karya, Nyoman Putra Suarjana, mengatakan upacara melasti kemarin merupakan serangkaian puncak karya pujawali yang jatuh saat Pamacekan Agung pada Soma Kliwon Kuningan, Senin (6/11) ini. Ida Batara nyejer selama 11 hari. “Kegiatan ini didukung oleh sameton Pasek se-Nusantara, hampir diikuti hampir 60.000 pamedek,” ujar Putra Suarjana.
Putra Suarjana menambahkan, tingginya antusiasme krama Pasek diharapkan dapat diresapi sebagai hal yang positif, bahwa Pura Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Batara Mpu Gana ini dibangun atas kehendak Ida Batara kawitan dan niat baik dari pengusung. “Perlu dipahami, kita warga Pasek patut berbangga karena bisa membangun pura yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.”
Menurut Putra Suarjana, proses pengerjaan pura dilakukan sejak 6 bulan lalu dan seluruh palinggih sudah berhasil dibangun. Kini tinggal membangun pelengkap pura seperti tembok panyengker, wantilan, dan puwaregan.
Disebutkan pula, Pemacekan Agung kali terbilang istimewa dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, Pemacekan Agung diawali dengan rangkaian ngapat yang jatuh pada Purnamaning Kapat, Jumat (3/11), yakni matatah, mawinten, pawiwahan massal.
Sementara itu, Bupati Tabanan Putu Eka Wiryastuti terus melaksanakan komitmennya untuk ngayah secara sekala-niskala. Meskipun aktivitasnya sebagai kepala daerah cukup padat, Bupati Eka Wiryastuti menyempatkan diri ngayah sebagai penari Rejang Renteng di Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek, Minggu kemarin.
Pantauan NusaBali, Bupati Eka Wiryastuti berbaur bersama krama lainnya untuk menarikan Rejang Renteng saat nyanggra atau menyambut Ida Batara usai prosesi malasti ke Segara Goa Lawah. Tari Rejang Renteng kemarin dipersembahkan para penari dan penabuh dari Banjar Tegeh, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan, yang merupakan tempat asal Bupati Eka Wiryastuti.
Tampilnya Bupati Eka Wiryastuti menari Rejang Renteng kemarin siang, sempat menjadi pusat perhatian ribuan pamedek. Mengenakan kebaya putih dan kamben berwana kuning, gerakan Srikandi PDIP ini tampak gemulai mengikuti irama gamelan dan menjiwai tarian sakral tersebut.
Ditemui NusaBali seusai ngayah menari, Bupati Eka Wiryastuti mengatakan dirinya hanya sempat ikut latihan dua kali. Eka Wiryastuti mengaku sangat mencintai tarian sakral Rejang Renteng di banjarnya ini. “Sebelumnya, saya memang sempat menari tanpa latihan. Akhirnya, setelah itu ada keinginan untuk mempelajari betul-betul Tari Rejang Renteng. Saya sudah belajar dua hari dan astungkara tadi sukses,” ujar Bupati Wanita Pertama di Bali ini.
Eka Wiryastuti selaku Ketua Dewan Penasihat Yayasan Siwa Murti Bali, kemarin juga menggelar pengotaban medis dan non medis, bersama Panisepuh Siwa Murti Bali, Jro Mangku Subagia, dan 200 anggotanya. Kegiatan pengobaan ini disambut hangat oleh pamedek. Selain itu, Eka Wiryastuti juga menyerahkan asuransi kematian dan kecelakaan masing-masing Rp 30 juta kepada para sulinggih. *wa
Prosesi melasti yang dimulai pagi sekitar pukul 08.00 Wita kemarin dipuput 8 sulinggih dengan diiringi 300 pamangku yang semuanya membunyikan genta. Setelah prosesi malasti selesai sekitar pukul 12.00 Wita, Ida Batara kembali distanakan di Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Punduk Dawa. Sebelum Ida Batara dis-tanakan di palinggih masing-masing, diiringi dengan Tari Rejang Re-nteng di areal pura.
Salah satu penari Rejang Renteng adalah Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Usai ngayah menari, Bupati Eka Wiryastuti ikut mendak pralingga Ida Batara, kemudian melakukan pengobatan non medis bersama 200 anggota Yayasan Siwa Murti Bali dengan disaksikan Panisepuh Siwa Murti Bali, Jro Mangku Subagia.
Dalam kesempatan itu juga diserahkan punia baik secara tunai maupuan secara simbolis dari donatur maupun pihak terkait. Salah satunya, dari Harian Umum NusaBali dengan punia sebesar Rp 10 juta yang diserahkan Sekretaris Redaksi Ni Ketut Ayu Puspawati kepada Ketua Umum MGPSSR Prof Dr dr I Wayan Wita SPJP, didampingi Ketua Panitia Pembangunan Pura Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Batara Mpu Gana I Gede Muliarsana.
Manggala (Ketua Panitia) Karya, Nyoman Putra Suarjana, mengatakan upacara melasti kemarin merupakan serangkaian puncak karya pujawali yang jatuh saat Pamacekan Agung pada Soma Kliwon Kuningan, Senin (6/11) ini. Ida Batara nyejer selama 11 hari. “Kegiatan ini didukung oleh sameton Pasek se-Nusantara, hampir diikuti hampir 60.000 pamedek,” ujar Putra Suarjana.
Putra Suarjana menambahkan, tingginya antusiasme krama Pasek diharapkan dapat diresapi sebagai hal yang positif, bahwa Pura Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Batara Mpu Gana ini dibangun atas kehendak Ida Batara kawitan dan niat baik dari pengusung. “Perlu dipahami, kita warga Pasek patut berbangga karena bisa membangun pura yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.”
Menurut Putra Suarjana, proses pengerjaan pura dilakukan sejak 6 bulan lalu dan seluruh palinggih sudah berhasil dibangun. Kini tinggal membangun pelengkap pura seperti tembok panyengker, wantilan, dan puwaregan.
Disebutkan pula, Pemacekan Agung kali terbilang istimewa dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, Pemacekan Agung diawali dengan rangkaian ngapat yang jatuh pada Purnamaning Kapat, Jumat (3/11), yakni matatah, mawinten, pawiwahan massal.
Sementara itu, Bupati Tabanan Putu Eka Wiryastuti terus melaksanakan komitmennya untuk ngayah secara sekala-niskala. Meskipun aktivitasnya sebagai kepala daerah cukup padat, Bupati Eka Wiryastuti menyempatkan diri ngayah sebagai penari Rejang Renteng di Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek, Minggu kemarin.
Pantauan NusaBali, Bupati Eka Wiryastuti berbaur bersama krama lainnya untuk menarikan Rejang Renteng saat nyanggra atau menyambut Ida Batara usai prosesi malasti ke Segara Goa Lawah. Tari Rejang Renteng kemarin dipersembahkan para penari dan penabuh dari Banjar Tegeh, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan, yang merupakan tempat asal Bupati Eka Wiryastuti.
Tampilnya Bupati Eka Wiryastuti menari Rejang Renteng kemarin siang, sempat menjadi pusat perhatian ribuan pamedek. Mengenakan kebaya putih dan kamben berwana kuning, gerakan Srikandi PDIP ini tampak gemulai mengikuti irama gamelan dan menjiwai tarian sakral tersebut.
Ditemui NusaBali seusai ngayah menari, Bupati Eka Wiryastuti mengatakan dirinya hanya sempat ikut latihan dua kali. Eka Wiryastuti mengaku sangat mencintai tarian sakral Rejang Renteng di banjarnya ini. “Sebelumnya, saya memang sempat menari tanpa latihan. Akhirnya, setelah itu ada keinginan untuk mempelajari betul-betul Tari Rejang Renteng. Saya sudah belajar dua hari dan astungkara tadi sukses,” ujar Bupati Wanita Pertama di Bali ini.
Eka Wiryastuti selaku Ketua Dewan Penasihat Yayasan Siwa Murti Bali, kemarin juga menggelar pengotaban medis dan non medis, bersama Panisepuh Siwa Murti Bali, Jro Mangku Subagia, dan 200 anggotanya. Kegiatan pengobaan ini disambut hangat oleh pamedek. Selain itu, Eka Wiryastuti juga menyerahkan asuransi kematian dan kecelakaan masing-masing Rp 30 juta kepada para sulinggih. *wa
Komentar