Kemenristekdikti Moratorium Fakultas Baru
Jika ada penambahan satu fakultas maka minimal akan kehilangan 18 orang tenaga peneliti
JAKARTA, NusaBali
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melakukan penghentian sementara atau moratorium pembukaan fakultas baru di perguruan tinggi. “Kami melakukan moratorium agar perguruan tinggi tidak menghabiskan anggaran untuk pembangunan gedung kuliah dan pimpinan fakultas, serta untuk tunjangan pejabatnya,” ujar Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir di Jakarta, Kamis (2/11).
Nasir mengatakan pihaknya ingin agar perguruan tinggi betul-betul mengefektifkan anggaran untuk kepentingan perkuliahan atau apapun yang berkaitan dengan mahasiswa. “Moratorium untuk perguruan tinggi terutama yang negeri karena pembiayaan dari negara. Kalau swasta silakan tetapi saya sarankan jangan,” kata Nasir.
Selain karena dana, lanjut dia, moratorium itu dilakukan untuk mencegah kekurangan tenaga peneliti. Jika perguruan tinggi membuka fakultas baru maka minimal mereka akan kehilangan 18 orang dosen yang akan menempati jabatan struktural di fakultas.
Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Patdono Suwignjo mengatakan, jika seorang dosen sudah menduduki sebuah jabatan di dalam struktural kepemimpinan fakultas maka secara otomatis dia akan kehilangan hak penelitiannya.
"Tentu sangat disayangkan, karena Indonesia sedang mengejar posisi Malaysia di dalam penerbitan jumlah publikasi ilmiah internasional pada tahun 2018 setelah berhasil menyalip Thailand di tahun 2017." Patdono menjelaskan jika ada penambahan satu fakultas maka minimal akan kehilangan 18 orang tenaga peneliti. Sedangkan jika berhemat, fakultasnya digabung misalnya dari empat menjadi satu maka akan bertambah sekitar 74 orang tenaga peneliti.
Pemerintah, kata dia, mengimbau agar tidak terlalu banyak pejabat struktural di dalam lingkungan perguruan tinggi karena akan mengurangi kesempatan para dosen untuk melakukan penelitian dan mempublikasikan jurnal ilmiah internasional. Selain itu, Nasir meminta para pemimpin perguruan tinggi mengelola institusi pendidikan tersebut secara efisien agar mampu bersaing di dunia internasional.
"Saat ini perguruan tinggi mengadapi tantangan yang baru. Oleh karenanya pemimpin Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dituntut meningkatkan kapasitasnya dalam pengelolaan secara efisien agar mampu bersaing di dunia internasional," ujarnya di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan rektor atau direktur PTN harus tahu mengenai akademik, sumber daya dan keuangan, kemahasiswaan, penelitian, dan kesejahteraan pegawai. Nasir berpesan kepada pemimpin PTN untuk menentukan skala prioritas dalam pengelolaan perguruan tinggi. "Kalau bisa, fakultas itu tidak terlalu banyak," katanya.
Nasir berharap pemimpin PTN mampu meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan PT. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi.Selain itu, Nasir juga berharap pemimpin PTN terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tantangan pengelolaan PT dalam konteks konstruksi baru pendidikan tinggi Indonesia.
Sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo, Nasir mendorong pembukaan program studi (prodi) kekinian yang sesuai kebutuhan dunia kerja. Ia mencontohkan tentang dunia kerja yang membutuhkan banyak lulusan prodi logistik, mekatronika, dan pemasaran ritel. *ant
Nasir mengatakan pihaknya ingin agar perguruan tinggi betul-betul mengefektifkan anggaran untuk kepentingan perkuliahan atau apapun yang berkaitan dengan mahasiswa. “Moratorium untuk perguruan tinggi terutama yang negeri karena pembiayaan dari negara. Kalau swasta silakan tetapi saya sarankan jangan,” kata Nasir.
Selain karena dana, lanjut dia, moratorium itu dilakukan untuk mencegah kekurangan tenaga peneliti. Jika perguruan tinggi membuka fakultas baru maka minimal mereka akan kehilangan 18 orang dosen yang akan menempati jabatan struktural di fakultas.
Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Patdono Suwignjo mengatakan, jika seorang dosen sudah menduduki sebuah jabatan di dalam struktural kepemimpinan fakultas maka secara otomatis dia akan kehilangan hak penelitiannya.
"Tentu sangat disayangkan, karena Indonesia sedang mengejar posisi Malaysia di dalam penerbitan jumlah publikasi ilmiah internasional pada tahun 2018 setelah berhasil menyalip Thailand di tahun 2017." Patdono menjelaskan jika ada penambahan satu fakultas maka minimal akan kehilangan 18 orang tenaga peneliti. Sedangkan jika berhemat, fakultasnya digabung misalnya dari empat menjadi satu maka akan bertambah sekitar 74 orang tenaga peneliti.
Pemerintah, kata dia, mengimbau agar tidak terlalu banyak pejabat struktural di dalam lingkungan perguruan tinggi karena akan mengurangi kesempatan para dosen untuk melakukan penelitian dan mempublikasikan jurnal ilmiah internasional. Selain itu, Nasir meminta para pemimpin perguruan tinggi mengelola institusi pendidikan tersebut secara efisien agar mampu bersaing di dunia internasional.
"Saat ini perguruan tinggi mengadapi tantangan yang baru. Oleh karenanya pemimpin Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dituntut meningkatkan kapasitasnya dalam pengelolaan secara efisien agar mampu bersaing di dunia internasional," ujarnya di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan rektor atau direktur PTN harus tahu mengenai akademik, sumber daya dan keuangan, kemahasiswaan, penelitian, dan kesejahteraan pegawai. Nasir berpesan kepada pemimpin PTN untuk menentukan skala prioritas dalam pengelolaan perguruan tinggi. "Kalau bisa, fakultas itu tidak terlalu banyak," katanya.
Nasir berharap pemimpin PTN mampu meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan PT. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi.Selain itu, Nasir juga berharap pemimpin PTN terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tantangan pengelolaan PT dalam konteks konstruksi baru pendidikan tinggi Indonesia.
Sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo, Nasir mendorong pembukaan program studi (prodi) kekinian yang sesuai kebutuhan dunia kerja. Ia mencontohkan tentang dunia kerja yang membutuhkan banyak lulusan prodi logistik, mekatronika, dan pemasaran ritel. *ant
Komentar