Target Pertumbuhan Ekonomi 6,5 Persen
Dianggap Terlalu Tinggi, Pesimis Tercapai
SINGARAJA, NusaBali
Pemkab Buleleng memasang target pertumbuhan ekonomi kabupaten pada tahun 2018 mencapai 6,5 persen. Target tersebut diragukan bisa tercapai karena dianggap terlalu tinggi. Target pertumbuhan ekonomi kabupaten sebesar 6,5 persen itu tertuang dalam kebijakan umum anggaran (KUA) dan prioritas plafon anggaran sementara (PPAS) untuk RAPBD Tahun 2018. Tim ahli menilai dengan target tersebut sulit bisa tercapai dengan kondisi yang ada sekarang.
Koordinator Tim Ahli DPRD Buleleng, Nyoman Sukarma mengatakan, dari proyeksi data kabupaten yang terdiri dan jumlah investasi dan masyarakat, target pertumbuhan ekonomi mustahil bisa mencapai 6,5 persen. “Menurut hitungan kami, paling banyak 5 persen. Rasanya sulit tercapai 6,5 persen,” tegas mantan Sekda Buleleng ini usai rapat bersama Badan Anggaran DPRD Buleleng di Gedung DPRD Buleleng, Senin (6/11) siang.
Menurut Sukarma, hitung-hitungan tim ahli bisa saja berubah, mengingat data investasi dari Pemprov Bali dan rancangan APBN belum diketahui. Jika data APBD Provinsi dan APBN sudah diketahui, Sukarma mengaku kembali harus menghitung pendekatan pertumbuhan ekonomi yang dipasang pemerintah.
Hingga kini tim ahli mengklaim belum mengetahui metode apa yang digunakan pemerintah dalam menyusun pertumbuhan ekonomi. Apakah itu bersifat prediksi, proyeksi, atau perhitungan. Kalau toh menggunakan metode perhitungan, ia pesimistis target tersebut bisa tercapai. “Kalau hanya mengandalkan investasi di Kabupaten Buleleng, sulit mencapai angka itu. Kecil kemungkinannya,” ujar Sukarma.
Sementara Kepala Bappeda Litbang Buleleng, Gede Darmaja mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi itu dipasang berdasarkan asumsi. Perhitungannya dilakukan berdasarkan capaian tahun sebelumnya dan trend ekonomi. Baik itu di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional. “Semua yang kami pasang adalah asumsi. Perencanaan kami tidak terlepas dari tahun-tahun sebelumnya,” kata Darmaja.
Ia pun optimistis target itu bisa tercapai. Apalagi capaian pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 lalu, ada pada angka 6,1 persen. “Kami tetap yakin. Itu akan jadi pemicu untuk meningkatkan kegiatan investasi, terutama dari investasi swasta,” tandashnya.
Di sisi lain Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna menegaskan, tidak masalah pertumbuhan ekonomi itu ditarget 6,5 persen. Karena, target itu sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja dan sangat tergantung dari situasi yang ada nanti. “Kalau nanti memang sulit bisa tercapai, ya bisa ditijau ulang dan diubah.
Pemerintah Pusat juga seperti itu, karena target pertumbuhan ekonomi itu tergantung dari perkembangan situasi yang ada nanti baik secara nasional maupun daerah,” katanya. *k19
Koordinator Tim Ahli DPRD Buleleng, Nyoman Sukarma mengatakan, dari proyeksi data kabupaten yang terdiri dan jumlah investasi dan masyarakat, target pertumbuhan ekonomi mustahil bisa mencapai 6,5 persen. “Menurut hitungan kami, paling banyak 5 persen. Rasanya sulit tercapai 6,5 persen,” tegas mantan Sekda Buleleng ini usai rapat bersama Badan Anggaran DPRD Buleleng di Gedung DPRD Buleleng, Senin (6/11) siang.
Menurut Sukarma, hitung-hitungan tim ahli bisa saja berubah, mengingat data investasi dari Pemprov Bali dan rancangan APBN belum diketahui. Jika data APBD Provinsi dan APBN sudah diketahui, Sukarma mengaku kembali harus menghitung pendekatan pertumbuhan ekonomi yang dipasang pemerintah.
Hingga kini tim ahli mengklaim belum mengetahui metode apa yang digunakan pemerintah dalam menyusun pertumbuhan ekonomi. Apakah itu bersifat prediksi, proyeksi, atau perhitungan. Kalau toh menggunakan metode perhitungan, ia pesimistis target tersebut bisa tercapai. “Kalau hanya mengandalkan investasi di Kabupaten Buleleng, sulit mencapai angka itu. Kecil kemungkinannya,” ujar Sukarma.
Sementara Kepala Bappeda Litbang Buleleng, Gede Darmaja mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi itu dipasang berdasarkan asumsi. Perhitungannya dilakukan berdasarkan capaian tahun sebelumnya dan trend ekonomi. Baik itu di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional. “Semua yang kami pasang adalah asumsi. Perencanaan kami tidak terlepas dari tahun-tahun sebelumnya,” kata Darmaja.
Ia pun optimistis target itu bisa tercapai. Apalagi capaian pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 lalu, ada pada angka 6,1 persen. “Kami tetap yakin. Itu akan jadi pemicu untuk meningkatkan kegiatan investasi, terutama dari investasi swasta,” tandashnya.
Di sisi lain Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna menegaskan, tidak masalah pertumbuhan ekonomi itu ditarget 6,5 persen. Karena, target itu sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja dan sangat tergantung dari situasi yang ada nanti. “Kalau nanti memang sulit bisa tercapai, ya bisa ditijau ulang dan diubah.
Pemerintah Pusat juga seperti itu, karena target pertumbuhan ekonomi itu tergantung dari perkembangan situasi yang ada nanti baik secara nasional maupun daerah,” katanya. *k19
1
Komentar