Merpati Bali, Enggan Hinggap di Pulau Dewata
Klub basket putri Merpati Bali memang masih terbilang pendatang baru di kancah bola basket Indonesia, khususnya kategori wanita.
JAKARTA, NusaBali
Namun Merpati Bali enggan hinggap di Bali. Mengapa ? Tetapi, klub ini memiliki visi yang baik dalam pengelolaan pemainnya. Bernama Merpati Bali, basis mereka justru di Jakarta. Ada alasan khusus mengapa Merpati Bali memilih Jakarta sebagai markasnya.
"Kami beli klub, Tomang Sakti. Selain itu, ada alasan khusus mengapa Merpati Bali, pilih markasnya di Jakarta, lebih ke akademik," kata asisten pelatih Merpati Bali, Mulfih Farhan, di Viva.co.id.
Ya, manajemen Merpati Bali memang banyak merekrut pemain muda. Rata-rata dari mereka masih kuliah. Di sinilah peran manajemen Merpati Bali muncul. Mereka berupaya untuk mencarikan beasiswa ke pemainnya di bidang akademik, agar bisa melanjutkan jenjang pendidikan ke level universitas.
"Jakarta kan banyak kampus. Kami bisa carikan beasiswa untuk pemain kalau di Jakarta. Selain itu, fasilitas di Jakarta kan mendukung," terang Farhan.
Mayoritas pemain Merpati Bali memang masih kuliah. Tetapi, ada juga yang sudah lulus. Sebut saja Lamia Rasidi, Helena Maria Elizabeth Tumbelaka, dan Anne Inessa.
Merpati Bali pun menegaskan kesiapan untuk menghadapi Srikandi Cup yang akan bergulir 27 November 2017. Mereka pun berambisi menjadi juara setelah finis di posisi 3 musim lalu. "Target sih juara. Tapi, kami berkonsentrasi menyelesaikan setiap seri dengan baik," kata Muflih Farhan.
Farhan menyatakan juara bertahan musim lalu, Surabaya Fever, masih menjadi pesaing berat mereka. Namun Farhan menegaskan Merpati Bali kali ini bertekad untuk menggoyahkan dominasi mereka.
Merpati Bali sebenarnya sudah memiliki cara untuk mengatasi masalah ini. Caranya adalah para pemain sering berkumpul bersama di luar dan menjalin komunikasi saat mereka sedang libur.
"Kami bisa atasi itu. Bangun kekompakan di luar lapangan. Kami biasa berkumpul bersama," ujar point guard Merpati Bali, Agustin Elya. *
"Kami beli klub, Tomang Sakti. Selain itu, ada alasan khusus mengapa Merpati Bali, pilih markasnya di Jakarta, lebih ke akademik," kata asisten pelatih Merpati Bali, Mulfih Farhan, di Viva.co.id.
Ya, manajemen Merpati Bali memang banyak merekrut pemain muda. Rata-rata dari mereka masih kuliah. Di sinilah peran manajemen Merpati Bali muncul. Mereka berupaya untuk mencarikan beasiswa ke pemainnya di bidang akademik, agar bisa melanjutkan jenjang pendidikan ke level universitas.
"Jakarta kan banyak kampus. Kami bisa carikan beasiswa untuk pemain kalau di Jakarta. Selain itu, fasilitas di Jakarta kan mendukung," terang Farhan.
Mayoritas pemain Merpati Bali memang masih kuliah. Tetapi, ada juga yang sudah lulus. Sebut saja Lamia Rasidi, Helena Maria Elizabeth Tumbelaka, dan Anne Inessa.
Merpati Bali pun menegaskan kesiapan untuk menghadapi Srikandi Cup yang akan bergulir 27 November 2017. Mereka pun berambisi menjadi juara setelah finis di posisi 3 musim lalu. "Target sih juara. Tapi, kami berkonsentrasi menyelesaikan setiap seri dengan baik," kata Muflih Farhan.
Farhan menyatakan juara bertahan musim lalu, Surabaya Fever, masih menjadi pesaing berat mereka. Namun Farhan menegaskan Merpati Bali kali ini bertekad untuk menggoyahkan dominasi mereka.
Merpati Bali sebenarnya sudah memiliki cara untuk mengatasi masalah ini. Caranya adalah para pemain sering berkumpul bersama di luar dan menjalin komunikasi saat mereka sedang libur.
"Kami bisa atasi itu. Bangun kekompakan di luar lapangan. Kami biasa berkumpul bersama," ujar point guard Merpati Bali, Agustin Elya. *
Komentar