Persiapan Kuningan, Tamiang dan Cenigan Diserbu Pembeli
Tamiang dan cenigan untuk persiapan Hari Raya Kuningan mulai diserbu krama, hingga penjual kewalahan karena banyaknya permintaan.
TABANAN, NusaBali
Seperti yang dialami Andreas, 40, warga asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang tinggal di Banjar Delod Puri, Desa/Kecamatan Kediri, Tabanan. Andreas menjual tamiang, cenigan, hiasan tamiang, perlengkapan penjor, dan daun lontar. Untuk mempersiapkan dagangannya ini dilakukannya sejak 3 bulan sebelum Galungan.
“Kewalahan untuk penuhi pesanan, banyak saya tolak. Apalagi sebelum Galungan, perlengkapan penjor cepat habis dan banyak pembeli tidak kebagian,” ucapnya ketika ditemui di kiosnya, Selasa "(7/10).
Dikatakanya, pesanan membeludak sejak sepekan sebelum Galungan dan hingga saat ini. Terutama perlengkapan upacara seperti tamiang, cenigan, dan hiasan tamiang yang selalu diburu pembeli. “Selain saya buat, saya juga membeli tamiang dan cenigan dari warga Kediri untuk kembali dijual,” imbuh Andreas.
Harga yang dipatok Adreas bervariasi mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 15.000 untuk tamiang dan cenigan. Sementara hiasan tamiang harganya mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 20.000.
“Yang beli tamiang dan cenigan saya kebanyakan pedagang untuk dijual kembali. Sementara ada juga yang membeli untuk pribadi. Ini sudah agak sepi, kalau sebelumnya toko saya ini penuh,” kata wanita yang menjual perlengkapan upakara ini sejak tiga tahun lalu.
Terkait dengan bahan baku, lanjut Andreas, dirinya sudah mempunyai langganan yang dikirim langsung dari Kupang (Nusa Tenggara Timur) dan Jakarta. Hingga saat ini sudah ada sekitar 3 truk tamiang, cenigan, perlengkapan penjor yang sudah terjual.
“Yang membeli ada dari Denpasar dan Badung karena saya ada kios juga di daerah Kapal, Badung,” beber Andreas.
Selain menjual perlengkapan upakara itu, dia juga menjual daun lontar. Satu ikat daun lontar dihargai Rp 310 ribu. Ada pula yang dijual kisaran harga Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu. “Bahan baku inilah yang saya datangkan dari Kupang dan Jakarta dikirim langsung ke kios saya,” ucapnya.
Disinggung omzet penjualan, Andreas mengakui selama Galungan dan Kuningan ini sudah dapat pemasukan sebesar Rp 1 miliar. Dia mendapat keuntungan bersih Rp 50 juta hingga Rp 70 juta. “Ini sudah bersih. Meskipun begitu, modal usaha ini banyak sampai ratusan juta,” tegasnya. Salah seorang pembeli, Alit Suciari, 25, mengatakan sangat terbantu dengan adanya penjual tamiang dan cenigan. Ia membeli tamiang untuk dibawa pulang ke Gianyar. Selain memang ingin simpel dia juga belum bisa membuat tamiang dan cenigan. “Saya belum bisa membuat, ini untuk bantu ibu saya agar tidak repot membuat di rumah,” jelasnya. *d
“Kewalahan untuk penuhi pesanan, banyak saya tolak. Apalagi sebelum Galungan, perlengkapan penjor cepat habis dan banyak pembeli tidak kebagian,” ucapnya ketika ditemui di kiosnya, Selasa "(7/10).
Dikatakanya, pesanan membeludak sejak sepekan sebelum Galungan dan hingga saat ini. Terutama perlengkapan upacara seperti tamiang, cenigan, dan hiasan tamiang yang selalu diburu pembeli. “Selain saya buat, saya juga membeli tamiang dan cenigan dari warga Kediri untuk kembali dijual,” imbuh Andreas.
Harga yang dipatok Adreas bervariasi mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 15.000 untuk tamiang dan cenigan. Sementara hiasan tamiang harganya mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 20.000.
“Yang beli tamiang dan cenigan saya kebanyakan pedagang untuk dijual kembali. Sementara ada juga yang membeli untuk pribadi. Ini sudah agak sepi, kalau sebelumnya toko saya ini penuh,” kata wanita yang menjual perlengkapan upakara ini sejak tiga tahun lalu.
Terkait dengan bahan baku, lanjut Andreas, dirinya sudah mempunyai langganan yang dikirim langsung dari Kupang (Nusa Tenggara Timur) dan Jakarta. Hingga saat ini sudah ada sekitar 3 truk tamiang, cenigan, perlengkapan penjor yang sudah terjual.
“Yang membeli ada dari Denpasar dan Badung karena saya ada kios juga di daerah Kapal, Badung,” beber Andreas.
Selain menjual perlengkapan upakara itu, dia juga menjual daun lontar. Satu ikat daun lontar dihargai Rp 310 ribu. Ada pula yang dijual kisaran harga Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu. “Bahan baku inilah yang saya datangkan dari Kupang dan Jakarta dikirim langsung ke kios saya,” ucapnya.
Disinggung omzet penjualan, Andreas mengakui selama Galungan dan Kuningan ini sudah dapat pemasukan sebesar Rp 1 miliar. Dia mendapat keuntungan bersih Rp 50 juta hingga Rp 70 juta. “Ini sudah bersih. Meskipun begitu, modal usaha ini banyak sampai ratusan juta,” tegasnya. Salah seorang pembeli, Alit Suciari, 25, mengatakan sangat terbantu dengan adanya penjual tamiang dan cenigan. Ia membeli tamiang untuk dibawa pulang ke Gianyar. Selain memang ingin simpel dia juga belum bisa membuat tamiang dan cenigan. “Saya belum bisa membuat, ini untuk bantu ibu saya agar tidak repot membuat di rumah,” jelasnya. *d
Komentar