Penulis Buku Hindu Penting Satukan Persepsi
Kehadiran buku-buku Agama Hindu yang semakin banyak belakangan ini patut diapresiasi.
DENPASAR, NusaBali
Namun buku-buku agama Hindu yang terbit dengan berbagai topik dan ulasan mesti ada kesatuan tafsir, yang selama ini multi tafsir. Menyadari pentingnya bahasa dan makna ini, membuat para penulis dari kampus Hindu se-Indonesia mengadakan pertemuan penulis buku Hindu.
Kegiatan Pertemuan Penulis Kampus Hindu (Penakamhi) yang digelar di Cakra Hotel Denpasar, 7-8 November 2017 diikuti oleh puluhan penulis dari 12 perguruan tinggi Hindu di Indonesia. Acara ini merupakan kerjasama majalah Wartam, Sakha Foundation, Universitas Hindu Indonesia (Unhi) dan didukung oleh Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI. Dalam acara ini akan dibahas tentang penerbitan buku-buku agama Hindu, mulai dari prosedur penerbitan, lembaga penerbitan, analisis isi, hingga teknik kepenulisan yang dibawakan langsung olah para penulis, akademisi serta narasumber lainnya.
“Acara ini mempertemukan para penulis buku agama Hindu. Dengan dikemas melalui tema memaknai bahasa dan membahasakan makna dalam Agama Hindu, kita mempertemukan mereka untuk menyatukan persepsi sekaligus media mendapatkan inspirasi,” ujar Ketua Panitia, IB Jelantik.
Pertemuan selama dua hari akan membahas banyak hal, diantaranya workshop yang diakhiri dengan testimoni atau pandangan umum mengenai penulis buku, lomba buku Hindu, lomba artikel Hindu, resensi buku, peluncuran buku, serta Award Winner. “Dari acara ini kami berharap munculnya dinamika pemikiran baru untuk penulisan buku Hindu. Apalagi di era digital seperti sekarang,” ungkapnya.
Harapan lainnya, dari kegiatan ini semoga bisa menyempurnakan gagasan para penulis dari masing-masing kampus Hindu di Indonesia. “Sekarang menulis buku sangat gampang sekali. Tidak seperti zaman dulu. Apalagi dalam bentuk digital, PDF sudah cukup,” jelasnya.
Sementara Rektor Unhi Dr Ida Bagus Dharmika menyoroti minimnya literasi Hindu yang bisa menjadi panduan dan acuan yang komprehensif. Akibatnya, pemahaman konsep beragama Hindu di Bali saat ini dinilai multitafsir. Ini menjadi tantangan para agamawan, akademisi maupun penulis Hindu ke depan. “Para penulis Hindu ini mempunyai peran penting dalam memberikan gagasan dan wawasan mengenai literasi Hindu,” katanya. *ind
Namun buku-buku agama Hindu yang terbit dengan berbagai topik dan ulasan mesti ada kesatuan tafsir, yang selama ini multi tafsir. Menyadari pentingnya bahasa dan makna ini, membuat para penulis dari kampus Hindu se-Indonesia mengadakan pertemuan penulis buku Hindu.
Kegiatan Pertemuan Penulis Kampus Hindu (Penakamhi) yang digelar di Cakra Hotel Denpasar, 7-8 November 2017 diikuti oleh puluhan penulis dari 12 perguruan tinggi Hindu di Indonesia. Acara ini merupakan kerjasama majalah Wartam, Sakha Foundation, Universitas Hindu Indonesia (Unhi) dan didukung oleh Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI. Dalam acara ini akan dibahas tentang penerbitan buku-buku agama Hindu, mulai dari prosedur penerbitan, lembaga penerbitan, analisis isi, hingga teknik kepenulisan yang dibawakan langsung olah para penulis, akademisi serta narasumber lainnya.
“Acara ini mempertemukan para penulis buku agama Hindu. Dengan dikemas melalui tema memaknai bahasa dan membahasakan makna dalam Agama Hindu, kita mempertemukan mereka untuk menyatukan persepsi sekaligus media mendapatkan inspirasi,” ujar Ketua Panitia, IB Jelantik.
Pertemuan selama dua hari akan membahas banyak hal, diantaranya workshop yang diakhiri dengan testimoni atau pandangan umum mengenai penulis buku, lomba buku Hindu, lomba artikel Hindu, resensi buku, peluncuran buku, serta Award Winner. “Dari acara ini kami berharap munculnya dinamika pemikiran baru untuk penulisan buku Hindu. Apalagi di era digital seperti sekarang,” ungkapnya.
Harapan lainnya, dari kegiatan ini semoga bisa menyempurnakan gagasan para penulis dari masing-masing kampus Hindu di Indonesia. “Sekarang menulis buku sangat gampang sekali. Tidak seperti zaman dulu. Apalagi dalam bentuk digital, PDF sudah cukup,” jelasnya.
Sementara Rektor Unhi Dr Ida Bagus Dharmika menyoroti minimnya literasi Hindu yang bisa menjadi panduan dan acuan yang komprehensif. Akibatnya, pemahaman konsep beragama Hindu di Bali saat ini dinilai multitafsir. Ini menjadi tantangan para agamawan, akademisi maupun penulis Hindu ke depan. “Para penulis Hindu ini mempunyai peran penting dalam memberikan gagasan dan wawasan mengenai literasi Hindu,” katanya. *ind
1
Komentar