Psikis Pengungsi Anak-anak Jadi Sorotan
Kementerian Sosial (Kemensos) RI minta agar kondisi psikis anak-anak di tempat pengungsian menjadi perhatian semua pihak.
SINGARAJA,NusaBali
Mereka dikhawatirkan mulai jenuh setelah hampir dua bulan berada di tempat pengungsian. Psikis anak-anak pun dikhawatirkan mudah terguncang dibanding orang dewasa. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Buleleng Gede Komang, ketika mendampingi rombongan Kemensos menemui para pengungsi Gunung Agung yang berada di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kamis (9/11) siang.
Rombongan Kemensos terdiri dari puluhan anggota Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) hadiri bersama Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Marjuki dan Direktur Rehabilitasi Sosial Anak, Nahar. Rombongan Kemensos datang guna memulihkan kondisi psikis anak-anak pengungsi yang masih bertahan di Desa Tembok.
Ratusan anak-anak yang ada di sekitar Desa Tembok, diboyong ke Posko Pengungsian Camp Agung 5 Desa Tembok. Mereka disuguhkan sejumlah hiburan agar tak stres. Mulai dari sulap, serta sejumlah permainan-permainan lain yang dilakukan oleh para pekerja sosial, lewat program Pondok Ceria. Harapannya agar anak-anak kembali ceria dan tak jenuh dengan kondisi di pengungsian. Tak hanya itu, para pengungsi, khususnya anak-anak juga digelontor bantuan dari Kemensos. Bantuan itu berupa peralatan sekolah, selimut, dan alat-alat MCK.
Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang mengatakan, beberapa pekan sejak menghuni kamp pengungsian, kondisi psikis anak-anak memang merosot. Banyak anak-anak yang stress dan kehilangan keceriaan, karena terpisah dengan teman-temannya serta berada jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.
Selama ini Dinsos Buleleng bersama Sakti Peksos pun sudah keliling ke sejumlah kamp pengungsian untuk melakukan rehabilitasi sosial. “Kami motivasi agar mereka mau belajar terus, mau sekolah. Itu yang utama,” kata Gede Komang.
Sementara Dirjen Rehsos, Marjuki mengungkapkan, saat mengungsi anak-anak akan merasakan dampaknya, terutama dari sisi psikis. Apalagi anak-anak yang mengungsi di Desa Tembok, sudah mengungsi selama hampir dua bulan. “Anak-anak yang tadinya bersatu sama keluarga, teman-temannya di lingkungan, sekarang dia terpisah. Tentu dampak pengungsian itu sendiri bagi anak-anak sangat luar biasa,” kata Marjuki.
Atas kondisi tersebut, Kemensos menyatakan pendampingan psikososial mutlak diberikan. Sehingga anak-anak bisa beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, terutama lingkungan sekolah. Anak-anak pun bisa melaksanakan tugas-tugas sekolahnya. Jangka panjang, anak-anak bisa melepaskan trauma yang terjadi akibat bencana tersebut. “Kami sengaja bawa Pondok Ceria ini, agar mereka tetap ceria. Anak-anak ini kami harapkan tetap melakukan kegiatan seperti biasa,” imbuhnya.
Dari hasil kunjungannya ke Desa Tembok, Marjuki menyatakan semua hal sudah dikelola dengan baik. Bahkan masyarakat sangat terbuka dan mempersilahkan para pengungsi tinggal di rumahnya masing-masing. Sehingga penanganan pengungsi menjadi lebih menyeluruh. *k19
Rombongan Kemensos terdiri dari puluhan anggota Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) hadiri bersama Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Marjuki dan Direktur Rehabilitasi Sosial Anak, Nahar. Rombongan Kemensos datang guna memulihkan kondisi psikis anak-anak pengungsi yang masih bertahan di Desa Tembok.
Ratusan anak-anak yang ada di sekitar Desa Tembok, diboyong ke Posko Pengungsian Camp Agung 5 Desa Tembok. Mereka disuguhkan sejumlah hiburan agar tak stres. Mulai dari sulap, serta sejumlah permainan-permainan lain yang dilakukan oleh para pekerja sosial, lewat program Pondok Ceria. Harapannya agar anak-anak kembali ceria dan tak jenuh dengan kondisi di pengungsian. Tak hanya itu, para pengungsi, khususnya anak-anak juga digelontor bantuan dari Kemensos. Bantuan itu berupa peralatan sekolah, selimut, dan alat-alat MCK.
Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang mengatakan, beberapa pekan sejak menghuni kamp pengungsian, kondisi psikis anak-anak memang merosot. Banyak anak-anak yang stress dan kehilangan keceriaan, karena terpisah dengan teman-temannya serta berada jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.
Selama ini Dinsos Buleleng bersama Sakti Peksos pun sudah keliling ke sejumlah kamp pengungsian untuk melakukan rehabilitasi sosial. “Kami motivasi agar mereka mau belajar terus, mau sekolah. Itu yang utama,” kata Gede Komang.
Sementara Dirjen Rehsos, Marjuki mengungkapkan, saat mengungsi anak-anak akan merasakan dampaknya, terutama dari sisi psikis. Apalagi anak-anak yang mengungsi di Desa Tembok, sudah mengungsi selama hampir dua bulan. “Anak-anak yang tadinya bersatu sama keluarga, teman-temannya di lingkungan, sekarang dia terpisah. Tentu dampak pengungsian itu sendiri bagi anak-anak sangat luar biasa,” kata Marjuki.
Atas kondisi tersebut, Kemensos menyatakan pendampingan psikososial mutlak diberikan. Sehingga anak-anak bisa beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, terutama lingkungan sekolah. Anak-anak pun bisa melaksanakan tugas-tugas sekolahnya. Jangka panjang, anak-anak bisa melepaskan trauma yang terjadi akibat bencana tersebut. “Kami sengaja bawa Pondok Ceria ini, agar mereka tetap ceria. Anak-anak ini kami harapkan tetap melakukan kegiatan seperti biasa,” imbuhnya.
Dari hasil kunjungannya ke Desa Tembok, Marjuki menyatakan semua hal sudah dikelola dengan baik. Bahkan masyarakat sangat terbuka dan mempersilahkan para pengungsi tinggal di rumahnya masing-masing. Sehingga penanganan pengungsi menjadi lebih menyeluruh. *k19
Komentar