Darurat Pengungsi Diperpanjang, Posko Batal Ditutup
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana berencana menutup Posko Siaga Bencana Gunung Agung. Jumat (10/11).
NEGARA, NusaBali
Namun rencana itu dibatalkan, menyusul perpanjang kondisi darurat pengungsi Gunung Agung hingga 23 November 2017. Meski demikian, sejumlah perlengkapan posko di halaman Kantor BPBD Jembrana, sudah dikosongkan. Pantauan, Jumat kemarin, posko yang biasa diisi sejumlah petugas dari BPBD, Tagana, maupun PMI, tidak ada lagi. Begitu juga dengan sejumlah peralatan, di antaranya meja maupun komputer dalam tenda posko, telah dipindahkan. Tumpukan bantuan untuk pengungsi yang sebelumnya di areal belakang Kantor BPBD, tidak ada lagi.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Jembrana Ketut Eko Susila Artha Permana, mengatakan, kekosongan posko tersebut, karena sedang dilakukan evaluasi keberadaan posko. Mengenai petugas piket posko tersebut, apakah cukup dengan menempatkan piket jaga di dalam Kantor BPBD Jembrana ataukah di dalam tenda posko. “Yang pasti posko tetap dibuka. Ya, kami mengikuti kondisi darurat penanganan pengungsi yang ditetapkan Pemprov Bali. Karena saat ini, ada perpanjangan kembali selama 14 hari, sampai 23 November, dari rencana berakhir, 9 November,” katanya.
Mengenai tumpukan bantuan pengungsi, menurutnya, telah dipindahkan dengan memimjam gudang di GOR Kresna Jvara, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Jembrana. Pemindahan tersebut, karena pertimbangan hujan belakangan ini. Dikhawatirkan bantuan itu rusak jika ditempatkan dengan sekadar ditutupi terpal seperti sebelumnya. “Khawatir rusak. Petunjuk dari pimpinan, bantuan di evakuasi ke tempat lebih aman, dan kami pinjam tempat di GOR Kresna Jvara,” ujarnya.
Saat ini, kata Eko Susila, masih terdapat pengungsi mandiri di Jembrana. Hanya saja, yang tersisa merupakan pengungsi asal Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. Sedangkan yang asal KRB I dan KRB II, sudah kembali pulang pasca penurunan status aktivitas vulkanik Gunung Agung dari awas menjadi siaga sejak akhir Oktober 2017. “Sekarang ini juga masih kami data, berapa pengungsi mandiri yang masih ada di Jembrana. Yang pasti, jumlahnya pasti turun drastis, dibanding datang keseluruhan pengungsi sebelumnya, 630 jiwa di Jembrana,” pungkasnya. *ode
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Jembrana Ketut Eko Susila Artha Permana, mengatakan, kekosongan posko tersebut, karena sedang dilakukan evaluasi keberadaan posko. Mengenai petugas piket posko tersebut, apakah cukup dengan menempatkan piket jaga di dalam Kantor BPBD Jembrana ataukah di dalam tenda posko. “Yang pasti posko tetap dibuka. Ya, kami mengikuti kondisi darurat penanganan pengungsi yang ditetapkan Pemprov Bali. Karena saat ini, ada perpanjangan kembali selama 14 hari, sampai 23 November, dari rencana berakhir, 9 November,” katanya.
Mengenai tumpukan bantuan pengungsi, menurutnya, telah dipindahkan dengan memimjam gudang di GOR Kresna Jvara, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Jembrana. Pemindahan tersebut, karena pertimbangan hujan belakangan ini. Dikhawatirkan bantuan itu rusak jika ditempatkan dengan sekadar ditutupi terpal seperti sebelumnya. “Khawatir rusak. Petunjuk dari pimpinan, bantuan di evakuasi ke tempat lebih aman, dan kami pinjam tempat di GOR Kresna Jvara,” ujarnya.
Saat ini, kata Eko Susila, masih terdapat pengungsi mandiri di Jembrana. Hanya saja, yang tersisa merupakan pengungsi asal Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. Sedangkan yang asal KRB I dan KRB II, sudah kembali pulang pasca penurunan status aktivitas vulkanik Gunung Agung dari awas menjadi siaga sejak akhir Oktober 2017. “Sekarang ini juga masih kami data, berapa pengungsi mandiri yang masih ada di Jembrana. Yang pasti, jumlahnya pasti turun drastis, dibanding datang keseluruhan pengungsi sebelumnya, 630 jiwa di Jembrana,” pungkasnya. *ode
Komentar