Politeknik KP Jembrana Terima 75 Mahasiswa
Meski pembangunan gedung belum rampung, Politeknik Kelautan dan Perikanan (KP) Jembrana di Banjar Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, sudah menerima 75 mahasiswa tahun 2017 ini.
NEGARA, NusaBali
Dari 75 mahasiswa baru tersebut, 58 diantaranya dari luar Bali, 17 orang dari Bali. Dari 17 mahasiswa asli Bali itu, 14 orang di antaranya warga lokal Kabupaten Jembrana. Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan, dan Perikanan (PKP) Jembrana I Made Dwi Maharimbawa, mengatakan pembangunan gedung Politeknik KP Jembrana yang merupakan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dilakukan secara bertahap di atas lahan seluas 19 hektare bekas tanah timbul di Banjar Munduk, Desa Pengambengan.
Pembangunan tahap pertama yang masih dalam proses pengerjaan tahun 2017 ini, akan dibangun gedung untuk rektorat, ruang kuliah, dan asrama, dengan anggaran mencapai Rp 54 miliar lebih. “Pembangunannya termasuk pengelolaan, langsung dari pusat. Targetnya, nanti keseluruhan pembangunan sudah selesai dikerjakan tahun 2018,” katanya, akhir pekan lalu.
Selama proses pembangunan gedung berlangsung, kata Dwi Maharimbawa, pihak KKP sudah melakukan rekrutmen mahasiswa angkatan pertama Politeknik KP Jembrana, dengan jumlah sebanyak 75 orang. Mereka terbagi dalam tiga jurusan program Diploma III (D3), yakni Pengolahan, Pembudidaya, dan Tangkap. Sebanyak 75 mahasiswa ini kini masih mengikuti serangkaian pelatihan maupun praktik, dan rencananya akan kembali ke Jembrana untuk prosesi penyerahan sebagai taruna pada 25 Desember 2017.
“Untuk sekarang mereka masih mengikuti praktik di Sidoarjo, selama dua pekan. Kemarin itu, mereka ikut pembekalan di Rindam (Resimen Induk Daerah Militer). Nanti setelah ini, rencana mereka kembali mengikuti praktik di Bangsring, Banyuwangi,” ujarnya.
Namun Dwi Maharimbawa menyayangkan belum banyak mahasiswa lokal Bali, termasuk dari Jembrana. Dari 75 mahasiswa yang diterima itu, hanya 14 orang lokal Jembrana dari keseluruhan 17 orang Bali. Padahal untuk masuk Politeknik KP ini disediakan dua jalur, yakni jalur umum dan jalur khusus. Jalur umum adalah masyarakat yang bukan keluarga nelayan maupun pelaku usaha bidang perikanan. Mereka dikenakan biaya sebesar Rp 4.264.000. Sedangkan jalur khusus, yakni keluarga nelayan ataupun pelaku usaha perikanan, tidak dipungut biaya apapun alias gratis.
“Memang program ini sebenarnya ditujukan untuk masyarakat nelayan ataupun pelaku usaha perikanan, yang bergerak dalam budidaya dan tangkap. Karena masyarakat nelayan banyak di Jembrana, bahkan terbesar di Bali, ya kami harapkan ke depan lebih banyak anak-anak Jembrana bisa merebut peluang ini,” harapnya. *ode
Dari 75 mahasiswa baru tersebut, 58 diantaranya dari luar Bali, 17 orang dari Bali. Dari 17 mahasiswa asli Bali itu, 14 orang di antaranya warga lokal Kabupaten Jembrana. Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan, dan Perikanan (PKP) Jembrana I Made Dwi Maharimbawa, mengatakan pembangunan gedung Politeknik KP Jembrana yang merupakan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dilakukan secara bertahap di atas lahan seluas 19 hektare bekas tanah timbul di Banjar Munduk, Desa Pengambengan.
Pembangunan tahap pertama yang masih dalam proses pengerjaan tahun 2017 ini, akan dibangun gedung untuk rektorat, ruang kuliah, dan asrama, dengan anggaran mencapai Rp 54 miliar lebih. “Pembangunannya termasuk pengelolaan, langsung dari pusat. Targetnya, nanti keseluruhan pembangunan sudah selesai dikerjakan tahun 2018,” katanya, akhir pekan lalu.
Selama proses pembangunan gedung berlangsung, kata Dwi Maharimbawa, pihak KKP sudah melakukan rekrutmen mahasiswa angkatan pertama Politeknik KP Jembrana, dengan jumlah sebanyak 75 orang. Mereka terbagi dalam tiga jurusan program Diploma III (D3), yakni Pengolahan, Pembudidaya, dan Tangkap. Sebanyak 75 mahasiswa ini kini masih mengikuti serangkaian pelatihan maupun praktik, dan rencananya akan kembali ke Jembrana untuk prosesi penyerahan sebagai taruna pada 25 Desember 2017.
“Untuk sekarang mereka masih mengikuti praktik di Sidoarjo, selama dua pekan. Kemarin itu, mereka ikut pembekalan di Rindam (Resimen Induk Daerah Militer). Nanti setelah ini, rencana mereka kembali mengikuti praktik di Bangsring, Banyuwangi,” ujarnya.
Namun Dwi Maharimbawa menyayangkan belum banyak mahasiswa lokal Bali, termasuk dari Jembrana. Dari 75 mahasiswa yang diterima itu, hanya 14 orang lokal Jembrana dari keseluruhan 17 orang Bali. Padahal untuk masuk Politeknik KP ini disediakan dua jalur, yakni jalur umum dan jalur khusus. Jalur umum adalah masyarakat yang bukan keluarga nelayan maupun pelaku usaha bidang perikanan. Mereka dikenakan biaya sebesar Rp 4.264.000. Sedangkan jalur khusus, yakni keluarga nelayan ataupun pelaku usaha perikanan, tidak dipungut biaya apapun alias gratis.
“Memang program ini sebenarnya ditujukan untuk masyarakat nelayan ataupun pelaku usaha perikanan, yang bergerak dalam budidaya dan tangkap. Karena masyarakat nelayan banyak di Jembrana, bahkan terbesar di Bali, ya kami harapkan ke depan lebih banyak anak-anak Jembrana bisa merebut peluang ini,” harapnya. *ode
Komentar