MUTIARA WEDA : Bhaga dan Lingga
Di dalam lotus dengan empat kelopaknya yang cemerlang, di pusat antara rektum dan anus, disana terdapat yoni berbentuk segitiga, yang dipuja oleh seluruh pelaku spiritual. Bentuk yoni ini disebut sebagai cubangnya kama.
Adharakhye gudasthane pakaja cha chaturdala
Tanmadhye prochyate yonih kamakhya siddha vandita
(Goraksha Paddhati)
Beberapa teks tantra menyebutkan bahwa di antara Muladhara cakra dan Svadishtana cakra ada sesuatu yang berbentuk segitiga, yang dipuja oleh pelaku spiritual, disebut dengan yoni. Di dalam triangular tersebut, dalam keadaan trance, terdapat cahaya abadi, yang juga merupakan ‘flame’ dari pralaya dan eksistensi akhir dari alam semesta. Ketika seorang yogi berada dalam kondisi trance tersebut, ia mampu merasakan kehadiran kekuatan ini, sehingga dia mampu mengatasi kelahiran dan kematian. Dikatakan yoni ini adalah tempat bersarangnya kama atau dimana kama itu berkumpul menjadi satu. Kama itu sendiri tidak lain merupakan bentuk dari kekuatan ilahi. Kekuatan Tuhan dan kama ini sangat efektif. Kekuatan abadi inilah yang menjadi dasar dari keberadaan dunia ini.
Tanmadhye prochyate yonih kamakhya siddha vandita
(Goraksha Paddhati)
Beberapa teks tantra menyebutkan bahwa di antara Muladhara cakra dan Svadishtana cakra ada sesuatu yang berbentuk segitiga, yang dipuja oleh pelaku spiritual, disebut dengan yoni. Di dalam triangular tersebut, dalam keadaan trance, terdapat cahaya abadi, yang juga merupakan ‘flame’ dari pralaya dan eksistensi akhir dari alam semesta. Ketika seorang yogi berada dalam kondisi trance tersebut, ia mampu merasakan kehadiran kekuatan ini, sehingga dia mampu mengatasi kelahiran dan kematian. Dikatakan yoni ini adalah tempat bersarangnya kama atau dimana kama itu berkumpul menjadi satu. Kama itu sendiri tidak lain merupakan bentuk dari kekuatan ilahi. Kekuatan Tuhan dan kama ini sangat efektif. Kekuatan abadi inilah yang menjadi dasar dari keberadaan dunia ini.
Yoni adalah Dewi Uma dan Lingga adalah Siva. Bhaga Sang Devi merupakan ibu dari alam semesta. Beliau adalah representasi kekuatan Tri Guna dari Lingga (Siva). Kekuatan Deva Siva yang direpresentasikan dalam bentuk Lingga secara abadi dihubungkan dengan Bhaga sang Devi dan kombinasi dari keduanya itu melahirkan alam semesta. Kekuatan penuh Mahalingga berada di dalam triangular yoni. Bagian atasnya bercahaya cemerlang seperti permata. Inilah kundalini yang mampu mengantar seorang Yogi mencapai tujuan akhirnya, yakni mencapai pembebasan. Sekali kita mampu merealisasikan fakta ini, maka kita akan memperoleh pengetahuan yang benar tentang Yoga. Maka dari itu, kita mesti bermeditasi pada kekuatan kundalini, yang mengitari Lingga sebagai bentuk terhalus dari alam dan kekuatan abadi dari ciptaan dan penghancuran semesta.
Menyimak cara pandang Goraksha Paddhati di atas, kita dilahirkan ke dunia sebenarnya membawa misi spiritual agar bisa kembali ke tempat asal. Hal ini diindikasikan terus-menerus dalam hidup. Bentuk terkasar dari indikasi tersebut adalah ketertarikan kita terhadap lawan jenis. Dikatakan bahwa di antara anus dan rektum terdapat bentuk segitiga yang disebut dengan yoni. Secara badani ini mengindikasikan bagian ‘intim’ wanita. Bagin intim ini adalah gudangnya kama. Boleh diterjemahkan kata ‘bhaga’ sebagai ‘vagina’. Karena bagian ini, nafsu birahi kita terpancing. Ini dipuja oleh sebagian besar orang. Artinya, secara insting kita adalah makhluk seksual, disembunyikan atau pun tidak kita terjebak di dalamnya. Jika kita laki-laki, maka ultimate yang kita pikirkan yang ada pada tubuh wanita adalah bagian intimnya, dan kita menginginkan itu. Demikian juga terjadi pada wanita terhadap laki-laki. Tidak ada kenikmatan yang melebihi dari itu ketika kita sedang beraksi di dalamnya. Kita jarang bosan untuk berkecimpung di dalamnya.
Menjadi seksual adalah sesuatu yang bagus, karena itu adalah natural dharma kita. Hanya saja, jika kita hanya berkecimping disana terus, kita tidak akan pernah mengalami kemajuan dalam spiritual. Kita telah menyia-nyiakan waktu sepanjang hidup. Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi. Misi spiritual dalam hidup kita telah gagal. Inilah yang memunculkan samsara berkepanjangan. Maka dari itu, untuk memenuhi misi spiritual tersebut, kita juga harus bergerak di satu sisinya lagi. Ibarat koin, menjalani natural dharma adalah salah satu sisi kehidupan. Sehingga, agar kehidupan kita lengkap, kita harus mampu juga menjalani transcendental dharma, sisi lain dari koin itu. Teks di atas mengatakan, bahwa dengan ketertarikan secara konsisten terhadap seksual, itu artinya ada semacam keterpanggilan secara terus-menerus untuk mengarahkan hidup kita menuju spiritual.
Nafsu atau kama menurut teks di atas merupakan kekuatan Ilahi. Artinya, dalam hidup kita harus mampu belajar dan menemukan metode untuk mentransformasi kama yang bersifat badani menjadi spiritual. Kesusahan kita ada di sini. Namun, setiap agama dan aliran kepercayaan telah mencobanya dengan banyak cara. Oleh karena demikian sulitnya, terkadang tindakan seks mesti dikatakan sebagai perbuatan hina, perilaku seksual adalah maya dan harus dikekang jika ingin maju dalam spiritual, ada pula yang mengatakan bahwa seks itu energi, sehingga kita jangan sampai terjebak oleh pelepasan energi tersebut melalui nafsu birahi. Untuk itu, kita harus mampu mengarahkan ke arah lain yang lebih positif dan produktif, dan lain sebagainya. Atau sebagaimana teks di atas, boleh kita juga menerima fakta bahwa seks itu adalah bagian dari kehidupan kita dan suci, sehingga yang diperlukan hanya men-transcend-nya. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
1
Komentar