Depo Pasir di Sambirenteng Segera Ditutup
Depo pasir ini dijanjikan segera ditutup sambil menghabiskan stok yang ada di lahan seluas 60 are di Desa Sambirenteng.
SINGARAJA, NusaBali
Komisi I DPRD Buleleng akhirnya turun ke lokasi depo material Galian C di Banjar Beben, Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, setelah menerima keluhan warga. Hasilnya, pengelola depo mengaku segera menutup usahanya.
Komisi I turun ke lokasi Depo, Kamis (16/11) pagi. Rombongan yang turun, Dewa Putu Tjakra dan Nyoman Gede Wandira Adi, didampingi Camat Tejakula Nyoman Widiartha bersama Perbekel Desa Sambirenteng Wayan Ginantri. Rombongan diterima oleh pengelola Depo, I Gede Mangku Sunarta.
Di lokasi, rombongan Komisi I masih melihat aktivitas di Depo. Truk-truk pengakut pasir masih parkir menunggu giliran mendapatkan jatah pasir. Depo ini sudah beroperasi selama 17 hari. Pengelola Depo, Mangku Sunarta mengaku aktivitas yang ada sekarang hanya menghabiskan stok pasir yang sempat ditimbun.
Sunarta menyebut, setelah stok pasir habis yang diperkirakan dalam beberapa hari ke depan, ia akan menutup Depo tersebut. “Habiskan stok saja ini, nanti kami akan pindah ke Desa Tianyar Timur, Karangasem. Kami sudah punya lahan 3,5 hektar,” katanya.
Sunarta mengakui, selama beroprasi banyak keluhan dari warga sekitar. Nah berdasarkan kesepakatan yang difasilitasi oleh pihak Desa Sambirenteng dan Kecamatan Tejakula, akhirnya diputuskan menutup Depo. “Kami sangat menghormati masyarakat di sini (Sambirenteng, red), agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan kita bersama, kami memutuskan untuk pindah ke Desa Tianyar Timur,” akunya.
Sementara Dewa Putu Tjakra yang selama ini getol mempermasalahan Depo di Sambirenteng itu karena banyak keluhan warga, mengapresiasi keputusan pengelola Depo untuk menutup aktivitas bongkar muat pasir di Sambirenteng. Langkah penutupan itu untuk menghidari dampak yang mungkin muncul akibat keberatan warga. “Kita ingin memastikan, ternyata memang akan ditutup. Ya kita lihat ke depannya, karena banyak keluhan akibat aktivitas di Depo ini,” kata politisi Partai Demokrat asal Desa Tembok, Kecamatan Tejakula ini.
Keberadaan Depo di Desa Sambirenteng sudah dikeluhkan warga sejak mulai beroperasi. Selain timbulkan polusi udara akibat debu pasir, keberadaan Depo itu juga menjadi pemicu timbulnya kemacetan di jalan raya. Karena ratusan truk tiap harinya hilir mudik baik dari arah Karangasem maupun dari arah Buleleng menuju Depo.
Truk dari arah Karangasem membawa pasir guna diturunkan di Depo. Sedangkan truk dari arah Buleleng datang guna mengambil pasir di Depo. Karena jumlahnya banyak, truk-truk itu pun harus antre dengan parkir di pinggir jalan raya.
Depo pasir di Desa Sambirenteng memanfaatkan areal sekitar 60 are. Akibat pembelian pasir di Depo, harga pasir per truk menjadi mahal, untuk pasir jenis super tiap truk bisa mencapai Rp 1,4 juta, sedangkan pasir jenis cor bisa mencapai Rp 1,3 juta per truk dengan rata-rata berisi 8 kubik. Sehingga harga jual pasir ke masyarakat akan lebih mahal menjadi sebesar Rp 2,5 juta per truk. Kini dengan dipindahnya Depo ke Desa Tianyar Timur, diharapkan harga pasir bisa lebih murah. *k19
Komisi I DPRD Buleleng akhirnya turun ke lokasi depo material Galian C di Banjar Beben, Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, setelah menerima keluhan warga. Hasilnya, pengelola depo mengaku segera menutup usahanya.
Komisi I turun ke lokasi Depo, Kamis (16/11) pagi. Rombongan yang turun, Dewa Putu Tjakra dan Nyoman Gede Wandira Adi, didampingi Camat Tejakula Nyoman Widiartha bersama Perbekel Desa Sambirenteng Wayan Ginantri. Rombongan diterima oleh pengelola Depo, I Gede Mangku Sunarta.
Di lokasi, rombongan Komisi I masih melihat aktivitas di Depo. Truk-truk pengakut pasir masih parkir menunggu giliran mendapatkan jatah pasir. Depo ini sudah beroperasi selama 17 hari. Pengelola Depo, Mangku Sunarta mengaku aktivitas yang ada sekarang hanya menghabiskan stok pasir yang sempat ditimbun.
Sunarta menyebut, setelah stok pasir habis yang diperkirakan dalam beberapa hari ke depan, ia akan menutup Depo tersebut. “Habiskan stok saja ini, nanti kami akan pindah ke Desa Tianyar Timur, Karangasem. Kami sudah punya lahan 3,5 hektar,” katanya.
Sunarta mengakui, selama beroprasi banyak keluhan dari warga sekitar. Nah berdasarkan kesepakatan yang difasilitasi oleh pihak Desa Sambirenteng dan Kecamatan Tejakula, akhirnya diputuskan menutup Depo. “Kami sangat menghormati masyarakat di sini (Sambirenteng, red), agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan kita bersama, kami memutuskan untuk pindah ke Desa Tianyar Timur,” akunya.
Sementara Dewa Putu Tjakra yang selama ini getol mempermasalahan Depo di Sambirenteng itu karena banyak keluhan warga, mengapresiasi keputusan pengelola Depo untuk menutup aktivitas bongkar muat pasir di Sambirenteng. Langkah penutupan itu untuk menghidari dampak yang mungkin muncul akibat keberatan warga. “Kita ingin memastikan, ternyata memang akan ditutup. Ya kita lihat ke depannya, karena banyak keluhan akibat aktivitas di Depo ini,” kata politisi Partai Demokrat asal Desa Tembok, Kecamatan Tejakula ini.
Keberadaan Depo di Desa Sambirenteng sudah dikeluhkan warga sejak mulai beroperasi. Selain timbulkan polusi udara akibat debu pasir, keberadaan Depo itu juga menjadi pemicu timbulnya kemacetan di jalan raya. Karena ratusan truk tiap harinya hilir mudik baik dari arah Karangasem maupun dari arah Buleleng menuju Depo.
Truk dari arah Karangasem membawa pasir guna diturunkan di Depo. Sedangkan truk dari arah Buleleng datang guna mengambil pasir di Depo. Karena jumlahnya banyak, truk-truk itu pun harus antre dengan parkir di pinggir jalan raya.
Depo pasir di Desa Sambirenteng memanfaatkan areal sekitar 60 are. Akibat pembelian pasir di Depo, harga pasir per truk menjadi mahal, untuk pasir jenis super tiap truk bisa mencapai Rp 1,4 juta, sedangkan pasir jenis cor bisa mencapai Rp 1,3 juta per truk dengan rata-rata berisi 8 kubik. Sehingga harga jual pasir ke masyarakat akan lebih mahal menjadi sebesar Rp 2,5 juta per truk. Kini dengan dipindahnya Depo ke Desa Tianyar Timur, diharapkan harga pasir bisa lebih murah. *k19
Komentar